Sang penyelamat

1 1 0
                                    

"Ada apa ini, kenapa pula dengan cucuku?"Nenek pun keluar dengan bertanya setelah melihat suara gaduh yang terdengar dari dalam kamarnya.

Sehingga suatu suara mengagetkan membuat para gadis berhenti dari tawa dan canda yang mereka ciptakan.

Untunglah nenek keluar sebagai penyelamat ku.

" Oh...maaf mengganggu waktu istirahat nenek."Balas Reein dengan sopannya.

Nenek pun berjalan mendekat dengan langkah kaki yang sangat sulit, mengingat usianya yang sudah tua terkadang sering sakit-sakitan. Membuat sedikit-sedikit kekuatan yang di miliki hilang.

Aku pun hanya mampu terpaku, berusaha mengimbangi rasa yang ada dalam jiwa. Walau semua masih ada sisa rasa kekalutan menjalar dalam rongga jiwa nyata bunyi yang di hasilkan dari gemelutuk kedua kakiku disana mengundang tanya dari sang nenek.

"Bagas, kenapa dengan kakimu? "Terlihat disana mereka sedang menahan tawa.

"Oh ini nek, sedang lelah latihan sepak bola. " Jawabku asal yang mana nenek sangat paham bahwa aku sangat menyukai sepak bola.

"Ya sudah sana Bagas istirahat, jangan capek-capek. " Nasehatnya yang mana dapat Aku jawab dengan anggukan saja.

"Para bidadari ini siapa Gas? " Nenek pun bertanya lagi tatkala melihat sekumpulan gadis ada di depannya.

"Mereka adalah mahasiswa yang akan menginap di sini Nek, yang sedang melakukan tugas akhir di desa kita ini. " Terangku dengan sedikit bernafas lega tatkala Reein sudah berangsur menjauh berapa jarak dariku untuk dapat bersalaman dengan Nenek.

"Nenek pikir mereka semua pacar kamu Bagas."

Omongan nenek membuat gadis pun riuh tertawa lagi dengan kerasnya dengan sorakkannya.

"Nenek ini adalah orang tua dari Pak Samsul." Terangku menjawab tanya yang mereka salurkan dari mimik wajah yang kentara.

"Saya Reein dan ini semua teman saya ada Ratna,Dea,Zayba,Gita maaf sekali lagi menggangu istirahat nenek. " Dengan menjabarkan satu persatu teman-temannya.

Mereka pun bersalaman dengan sopan tanpa suara gaduh seperti barusan.

"Ya sudah antarkan mereka ke dalam kamarnya masing-masing Gas."

Nenek pun berbalik langkah ke dalam kamar setelah itu, secepat kilat akhirnya Aku pun melangkahkan kaki tatkala terbebas tanpa mereka gadis usil.

"Lo mas Bagas ini main lari aja." Teriak salah satu dari mereka yang tak lain dari suara Dea.

Mereka pun bergegas mengikuti langkah kaki lebarku mengejar agar dapat mempermainkan diriku yang pemalu ini.

Tanpa banyak kata Dea hadir di depan menyusulku dengan tawanya.

"Ini kamar kalian, jika kalian butuh apa-apa bisa manggil saya."

Tunjukku pada sebuah kamar yang luasnya 4×6 persegi yang mana sangat muat di isi lima anggota dengan tempat tidur yang tertata rapi mengisi ruangan.

"Saya butuh hati om ini."

Gadis dengan sebahu itu yang mana tadinya keliatan pendiam kini hadir dengan aksinya menyulut yang lain.

"Apaan kamu, hati mas Bagas sudah tertata pada si Reein itu, harap minggir seratus langkah." Protes Dea dengan menyibak zayba ke kiri.

Oh sial, Aku harus cepat-cepat keluar dari ruangan ini sebelum matang pikirnya. 

"Iya kan mas. "Dea pun mendekat dengan manja bergelayut di lengan kokohnya.

Terlihat di depan kami Reein ingin tertawa terbahak melihat aksi Dea.

"Lebih baik kalian istirahat, pastinya kalian capek dari perjalan jauh." Putusku akhirnya dengan berlalu tanpa menunggu jawaban dari mereka.

Aku pun bergegas pergi tanpa perlu menutup pintu kamar agar cepat terhindar dari ke usilan para gadis cantik tersebut.

Terlihat di atas sana langit berwarna gelap pertanda hujan akan turun dengan tiba-tiba.

Tanpa menununggu lama Aku pun bergegas menutupi kayu hasil yang Aku belah taditadi, agar tak basah kuyup kehujanan.

Setelah itu Aku pun bergegas ke dapur untuk membuatkan sejumlah makanan untuk nenek juga untuk yang lain dibantu dengan tenaga di panti tersebut.

Kami pun sibuk mengupas bawang yang akan dijadikan bahan untuk menumis sayur kangkung yang telah di bersihkan oleh bang Ilyas di sana.

"Gas, ada berapa gadis yang menginap disini?" Tanya bang Yudi yang mana saat ini terlihat sibuk membalik tempe goreng di atas kompor.

"Lima bang. "

"Cantik-cantik macem bidadari katanya." Mang Ilyas pun datang menimpali.

"Iya, ada satu yang makin cantik malahan pak Samsul bilang ada yang sampai terpana." Mas Adi datang ikut bergabung dengan bahan perbincangan malam hari ini dengan menaruh sekeranjang nasi masak olahan dari dapur sebelah.

Mateng lah Aku, kali ini.

"Siapa memangnya bang, kalau boleh tau?"

"Itu perjaka yang saat ini sedang memakai kaos putih." Tunjuk nya tak lain pada diriku yang mana saat ini sedang mengocok telur dalam wadah.

"Beneran Kamu itu Gas ke pincut hati sama si eneng di dalam sana? " Bang Adi tak henti bercanda dengan mendekatiku saat ini.

Mereka pun saling curi pandang dengan jahilnya membuatku bersuara akhirnya.

"Ya egak lah bang,mana ada cinta pada pandangan pertama. "

Mereka pun tertawa dengan keras setelah puas dapat menggodaku yang terkenal pendiam ini apalagi setelah mendengar jawaban yang Aku beri.

"Ngaku lah Gas, kami pun bahagia mendengar kau yang pendiam jarang bisa bergaul dengan cewek itu." Kata Ilyas mengusik jiwa namun semua yang di kata benar adanya.

"Sedangkan kami di sini sudah ada pasangan masing-masing tinggal kamu saja yang belum, mumpung ada para gadis pepet salah satu diantara mereka Gas." Saran mas Adi yang blak-blakan tanpa pikir panjang.

"Iya loh, jarang ada gadis cantik dari kota terlebih pintar lagi yangmau dengan anak kampung seperti kita ini. " Sambung bang Yudi dengan antusiasme yang tinggi.

Macem sinetron saja pake di jodohkan saja pikirku, namun Aku malas untuk banyak bicara melawan banyaknya para pembuli saat ini pasti kalah diriku yang sendiri ini.

"Ada feeling berat gitu disana, kayaknya gadis itu sama terpesonanya." Tutur bang Yudi saat ada disana ikut melihat dari kejauhan akan peristiwa tadi sore.

"Bang neng Reein belum tentu suka sama saya, ngapain repot ngak ada kerjaan,nyuruh saya deketin. " Ucapku yang tak terlalu yakin akan kata hatiku.

"Oh namanya Reein, nama yang bagus cantik bener dia, penasaran Aku gadis yang buat adik kita terpesona." Bang Adi berucap dengan menumpukan jari telunjuknya di pelipisnya tanda ia sedang berfikir.

"Efek kelamaan jomblo ini ya. "

"Bang disini yang jomblo ngak hanya Aku itu ada Asep." Protes ku tanpa pikir panjang mengundang gelak tawa mengambang di udara.

"Asep kan beda dengan Kamu Gas."

"Mangkanya di coba Bagas, mari kita bantu Bagas untuk pede Kate dengan gadis itu." Usul bang Yudhi yang langsung diterima oleh yang lain.

Dengan di selingi tawa akan candaan tanpa terasa pekerjaan kami pun usai.Hingga kini satu persatu hasil olahan masakan kami telah tertata di atas meja siap untuk di makan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 13, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

TransformersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang