Wrong Place

77 10 0
                                    

Jihan memang memiliki kepribadian yang bisa dibilang kasar, dari kecil selalu mendapatkan ucapan dengan nada tinggi membuat emosinya sering kali terlepas.

"han, nanti malam ada anak temen ayah yang mau ketemu kamu... " belum selesai dengan ucapannya jihan langsung menolak mentah mentah.
"gak. " ucapnya melengos pergi menuju kamarnya, tapi sang kakak malah berucap
"kalau orang tua ngomong itu dengerin sampai selesai dan diam ditempat bukannya dipotong dan pergi gitu aja. " ucapnya pada jihan, jihan hanya melihat tanpa berkata dan pergi tanpa membalas ucapannya.

Menutup pintu kamarnya dan bersembunyi dibalik pintu merosotkan tubuhnya kebawah, memeluk lututnya.

"hah... Sial" lirihnya dan air mata yang turun tanpa diperintah, menangis tanpa suara adalah kebiasaannya. 17 tahun hidup selalu saja seperti ini berakhir menangis didalam kamarnya dan gelap yang menemaninya.

Jam sudah menunjukan jam 8 malam, jihan sudah selesai melakukan bersih bersih dan memakai baju santainya ia selalu melewatkan makan malamnya, ia menyiapkan headphone untuk menemaninya belajar, tapi belum ia duduk di kursi belajarnya suara ketukan pintu mengintrupsi, ia segera membukanya. Terdapat sang ibu dengan pakaian formal.

Sang ibu terlihat tak bersahabat
"Kamu belum siap siap?" tanyanya, jihan terdiam tak paham sang ibu sudah memasuki kamarnya dan mencari baju didalam lemari jihan mencari dress yang bagus,
"nih pakai, terus dandan yang cantik, buruan!!" ucapnya memberikan dress yang sudah dipilihnya kepada jihan dengan kasar
"kalau kamu belum siap juga, siap siap kamu besok berangkat sendiri tanpa supir" ancamnya dan menutup pintu kamarnya dengan kasar. Sebenarnya jihan tak takut dengan ancamannya toh dia biasanya berangkat tanpa supir.

"hah.. " Nafasnya terdengar berat, ia pun dengan berat hati mengganti pakaiannya dan berdandan, setidaknya ia tak harus memalukan dirinya sendiri.

Selesainya ia mengaca kembali,

Dan menghela nafasnya, mencoba tersenyum walau terpaksa.

"udah selesai belum lu?" tanya sang kakak di luar kamarnya,
"udah, sebentar" jawab jihan dan segera keluar dari kamar, sang kakak hanya melihat dan berjalan duluan turun kebawah,
"Jangan malu maluin. " ucapnya, jihan hanya diam bahkan setiap ada acara saja ia tak pernah diajak, terkadang ia merasa iri dengan sang kakak, tapi apa boleh buat ia hanyalah anak kedua tanpa perhatian.

Keduanya telah sampai di ruang tamu, jihan melihat keluarga teman ayahnya sudah datang dan mengobrol dengan sedang sang ibu dan ayah.

"nah ini dia anakku, yang pake baju biru namanya cassandra yang satunya lagi jihan, seumuran kok sama kamu" ucap si ibu memperkenalkan kedua anaknya,

"yang laki laki mana bu? " tanya sang tamu perempuan
"oh si johan lagi nginep dirumah temennya biasa lah anak anak" ucap si ibu. Jihan merasa diperhatikan pun mencari siapa sang pelaku yang membuatnya risih.

Cowok yang dibilang seumuran dengannya memperhatikan dirinya pun merasa ke gep dan mengalihkan pandangannya kemana saja asal tak bertatap dengan jihan. Jihan hanya diam melihat kelakuannya.

"nyonya makan malam sudah siap" ucap sang pelayan pada si ibu.
"ayo kita makan, mari" ucap si ibu membawa tamunya menuju ruang makan, diikuti sang kakak disampingnya dan sang ayah yang mengobrol dengan temannya, menyisakan jihan dan laki laki sang anak dari pasangan sang tamu

"mari" ucapku menunjukan jalan padanya, berjalan berdampingan menuju ruang makan.

Sesampainya mereka, memulai makan tanpa berbicara, jihan menyantap makan malam itu tanpa nafsu.

Selesai makan malam, sang tamu laki laki menyampaikan alasan kedatangan nya

"Jadi kami kesini karna kami ingin menjodohkan anak kami dengan anak dari keluarga hardata" ucapnya
"anakku ada 3 mana yang ingin kau jadikan menantu? " ucap sang ayah dengan senyumnya.
"tentu saja anak keduamu, kan anak pertamamu sudah memiliki kekasih, lagi pula anakku tertarik padanya. " ucap sang tamu dengan tawanya.

HOW?! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang