My soul
JoJo's Bizarre Adventure © Hirohiko Araki.
Request for : ...
Karena kau jiwa ku, maka akan ku korbankan semua usaha ku. -Dio Brando.
.
.
."Papa!! Hiiihh ada kecoak!!" gadis kecil berumur sembilan tahun memukul kecil sang Ayah. "Tinggal di pukul pakai sapu, kamu letoy deh. Masa sama kecoak takut." ejek si ayah-Dio Brando, tanpa membuka matanya.
(Name) yang geram karena di ejek. Memukul Dio lebih keras. "Kecoaknya terbang. Papa... Ihh ga perhatian." rengek (Name). Dio tak mengubris pukulan dan rengekan sang anak dan malah melanjutkan tidurnya kembali.
Melihat Papa nya begitu, (Name) langsung mengambil sendok kayu untuk sup dari dapur. "Kalau Papa ga mau nemenin pukul kecoaknya, aku pukul Papa nih. Bukan kecoaknya." ancam (Name).
Dio berdecak. "Iya. Papa temenin, sudah cepetan." Dio mengambil perut sang anak untuk di gendong. "Kamu udah umur sembilan kok masih takut kecoak."
"(Name) gak takut, Pah. (Name) cuman geli, soalnya dia hiiihh" kata (Name) bergidik ngeri pada hewan kecil mematikan baginya. Dio berdecih.
"Kamu berat, makan apa sih."
"Makan orang." jawab (Name) asal. Membuat Dio sedikit kesal. Dan mengacak kasar surai pirang milik (Name). "Terserah."
(Name) terkikik. "Papa baperan, gak asik." cemooh (Name). "Tapi (Name) sayang, gimana dong." Dio hanya menatap datar sang buah hati. Mereka sudah sampai di depan kamar (Name), kamar dengan dominan warna putih dan kuning pastel.
Dio menurunkan tubuh kecil (Name). "Mana kecoaknya?" tanya Dio. "Tadi dia ada di dekat meja belajar." jawab (Name) menyembunyikan dirinya di belakang badan kokoh Dio.
Plakk!!
Seekor kecoak yang ingin di tangkap kini berada tepat di kening Dio. "AAAaa!!" (Name) menjerit dan kabur ke ruang tengah, meringkuk di bawah meja. Sedangkan Dio yang di tinggal oleh (Name) terpaksa membuang kecoak biadab ke tong sampah.
Tapi sebelum di buang, Dio menyemprotkan 'sedikit' pembasmi kecoak sampai kecoaknya kalah telak dan mati. Sadis memang kepala keluarga Brando ini.
***
"(Name) bangun, sudah pagi. Papa ga mau cari alasan kalau kamu telat." Dio menepuk-nepuk pipi gembil si putri kecil. "(Name) Brando, kalau kau tidak bangun papa bakar semua buku Ensiklopedia milik mu."
"IYA! IYA, AKU BANGUN. TAPI JANGAN BAKAR ENSIKLOPEDIA KU." Dio reflek membekam mulut (Name). "Berisik. Mandi sana, terus nanti sarapan." kata Dio lalu melenggang pergi dari kamar.
(Name) bangun sambil terantuk-antuk. Sesekali kepala miliknya bertabrakan dengan dinding. Dio menghela nafas dalam-dalam. Dia sudah terbiasa dengan sifat (Name) yang susah di bangunkan kalau sedang tidur.
Puk!
(Name) mendudukan tubuhnya di kursi meja makan. Bocah bersurai pirang tersebut menunggu sarapan yang belum matang. "Nih, makan buah. Biar sehat." kata Dio sembari menyodorkan sepiring pisang dan apel yang sudah terpotong.
"Papa hari ini cuma masak cream soup, sore ini kamu eskul kan? Papa tambah uang jajan-nya." Dio kembali melanjutkan rutinitas-nya tiap pagi hari. "Bekal kamu, isinya seperti biasa." imbuh Dio.
"Iya, pah. Papa nanti lembur?" tanya (Name) tak bersemangat, maklum tubuhnya masih pingin tidur. "Gak tahu, soalnya jadwalnya kadang berubah. Tapi kalau papa lembur kamu jangan lupa makan."
"Makan apa?"
"Ya makan sup-nya lah, dodol. Papa nanti pulang sebentar jemput kamu sama angetin makanan." (Name) hanya ber-oh saja.
Dio duduk di meja makan, dan mencubit hidung mancung (Name). "Papa ngeselin!" dengus kesal. "Kamu mah baperan, ga asik." ujar datar Dio. "Asikin saja."
***
"Dengerin kata gurunya." Dio membenarkan sedikit rambut panjang sang bocah. "Ga boleh banyak ngobrol yang ga penting." imbuhnya.
(Name) mengganguk kepalanya. "Iya bawel deh. Kasih jari tengah nih." (Name) menunjukan jari tengah miliknya pada Dio dengan wajah sumringah. " Gak sopan kamu."
"Siapa kau minta di sopanin." Dio menoyor kepala (Name). "Canda, Pah. Atuh tong marah kitu¹." Dio hanya menghela nafas kembali. "Dah, papa kerja dulu. Belajar yang rajin biar kaya."
"YOII PAH!!"
Tap tap tap.
"GEORGEE!!!!" Merasa terpanggil, anak laki-laki dengan kacamata pilot mainannya menoleh. "(Name)!" dan mereka melakukan toss khas mereka. "Kamu bareng Paman Speedy?"
Bocah yang di panggil George mengganguk. "Ya sudah! Yuk ke kelas, btw kamu sudah kerjain PR Bahasa Nippon."
"Sudah, mau nyontek ya?"
"Ya ketahuan. Gak asik."
George yang gemas dengan kelakuan anak gadis di sampingnya yang suka membuat urat siapapun keluar. Ia sedikit menyentil dahi mulus (Name), yang di mana membuat si empu mengaduh kesakitan. "Aku ajarin, nyontek itu ga baik." sabda George.
Mendengar nya jiwa (Name) sudah keluar seperempat. "Dih, orang Inggris di suruh belajar bahasa asing. Susah tahu." dengus (Name). George hanya menggeleng-geleng kepala. "Makanya, kalau guru bahasa Jepang lagi jelasin kamu jangan ngerumpi."
"No rumpi rasanya hambar."
"(¬_¬)."
***
Sore hari selepas melakukan tabiat-nya. Terlihat bocah perempuan sedang cemberut di depan gerbang sekolah. Sambil sedikit mengerutu dan memaki sang bapak. "George sudah pulang duluan lagi." (Name) berujar lusuh.Ia menghentakkan kaki kecilnya. "Lama banget si Papa, padahal aku sudah ngabarin."
Ckiiit.
"Nungguin lama?"
"Y."
Meski nyawa ku taruhannya. -Dio Brando.
.
.
.
.
.
[A/N]
H-h-hai m-minna s-s-san. //apsh.
Hai semua-! Ceritanya ini aku ga ubah banyak, karena ini masih berlanjut. //tertawa jahat.
Jadi tunggu saja ya!!
Bubyyeee!!!
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐅𝐨𝐫 𝐘𝐨𝐮 | ᴊᴊʙᴀ
Rastgele'Jika mencintaimu adalah sebuah dosa, maka aku biarlah aku bangga dengan dosa ku.' Only part 1-6. ©Hirohiko Araki.