prolog

663 97 21
                                    

Note : jangan mengharapkan 'kemanisan' dalam cerita ini.













___

Sosok ayah seperti apa yang kalian inginkan?

Lembut, penuh kasih sayang dan senyum manis yang selalu melekat di wajahnya. Penggambaran ayah yang memilik sifat penyayang pastinya.

Atau ayah yang tegas, namun selalu mendukung semua atau apa yang kalian impikan selama ini. Ini adalah tipe ayah yang cukup dibenci tapi juga diharapkan bagi sebagian orang.

Atau yang seperti ini. Kaya raya, selalu memanjakan dirimu dengan keloyalan serta harta yang tak akan habis hanya untuk memuaskan keinginan dari anak semata wayangnya.

Semua itu adalah tipe ayah yang selalu Takemichi harapkan dari seorang pria bersurai panjang berwarna merah muda khas mawar.

Dirinya selalu mengharapkan perhatian kecil dibalik wajah garang dan sifatnya yang bisa dibilang cukup buruk untuk berhadapan dengan anak dibawah umur.

Ia selalu berusaha mendapat perhatian itu, entah hanya sekedar menanyakan 'kau baik-baik saja?' atau 'apa kau sudah makan?' . Takemichi menginginkan itu semua. Namun, yang ia dapatkan hanyalah bentakan, kekerasan, dan cacian yang keluar dari mulut penuh dengan obat haram.

Tapi, itu hanya harapan lama. Sekarang, Takemichi sudah tak menginginkan sosok ayah yang lembut atau apalah itu. Yang dirinya harapkan adalah pria tua itu mati bagaimana pun caranya.

Jika tak bisa, maka dirinya lebih memilih untuk mati agar pria tua itu puas.







___


Malam yang sunyi tepat dibangunan megah khas pinggiran kota. Kelap-kelip dari hewan mistis yang berterbangan menjadi cahaya sementara bagi pemuda kecil yang saat ini tengah duduk bangku taman.

Netranya yang segelap lautan dalam tampak menawan meskipun tak ada cahaya didalamnya. Helaan napas dingin terus berhembus pelan demi menghilangkan rasa takut dan juga gundah gelisah.

Jemari nya yang lembut meremat satu helai kain biru muda berhiaskan darah di sana.

Ia menatap kain itu lamat. Tak lama, setetes darah menetes tepat dari hidung kecilnya. Ia terdiam sebentar, lalu mengusap darah yang ada di hidungnya dengan kain kecil tadi.

"Aku benci ini." Ucapnya menatap kilat semak belukar.

"Jika ayah bodoh itu membenciku, kenapa dia mau merawat manusia bodoh ini."


Netra biru kelam itu menutup sebentar. Menikmati angin malam yang berhembus kencang. Ia merasa ini adalah yang terbaik daripada harus berada di rumah yang cukup membuat dadanya sesak.

Yang dirinya mau adalah kebebasan. Seperti Eren Yeager.


Kaki yang menggantung segera menapak di tanah. Kain biru dibuangnya sembarang tanpa memikirkan bahwa tempat dimana ia membuang kain itu adalah kawasan bersih.


Ia berjalan menyusuri kawasan taman yang penuh dengan lampu. Semerbak harum bunga dan helaian daun kering berterbangan mengikuti kemana Takemichi pergi.





___


Sosok pria tinggi tegap berdiri didepan pintu dengan sebilah katana berada ditangannya. Tatapan yang tajam dan menusuk itu hanya melihat kesatu arah. Kilat tajam pada mata zambrudnya itu seakan bisa membunuh siapapun yang tanpa atau dengan sengaja melihat akan mati seketika.

Tapi itu tidak mungkin karena ini hanya cerita biasa. Bukan fantasi seperti dicerita sebelah.

Takemichi menatap datar apa yang ada di hadapannya. Ia tak merasa takut maupun terintimidasi oleh tatapan maut dari sang 'ayah' tercinta.

"Darimana saja kau? Siapa yang mengizinkanmu keluar dari rumah ini?" Tanya sosok itu penuh penekanan.

Takemichi mendongak menatap lawan bicaranya. Sepertinya ia bisa menebak jika pria tua itu akan segera menyeret dan memukulnya dengan benda yang sejak tadi mengisi kekosongan tangannya.


Mending gandengan sama saya😊

"Bukan urusanmu." Ucap Takemichi pelan.

Ia ingin mengatakan itu dengan lantang, tapi dirinya masih belum mau mati ditangan duda kaya raya ini. Ia harus menguasai semua hartanya dulu, lalu pergi kemana saja dimana dirinya tak harus berusaha dengan duda yang berstatus sebagai ayahnya.

Pria tua itu mengerutkan dahinya. Merasa bahwa sang anak tengah berusaha melawan dirinya dengan kata-kata yang seharusnya tak keluar dari mulut anak berusia 10 tahun.

"Hah? Coba katakan dengan jelas apa yang kau katakan tadi?!" Seru Sanzu yang berusaha memahami apa yang dikatakan Takemichi tadi.

Takemichi menghentakkan salah satu kakinya. Ia mengangkat salah satu kakinya dan segera menendang 'burung' kecil yang ada di selangkangan sang ayah.

*dung

"Akhhhh, kau...."

"Dasar ayah tuli, bodoh, bajingannn." Teriak Takemichi dengan keras.




___































Kembali di lapak SanTake😘

Entah kenapa agak susah lepas dari lapak ini😭
Ayo hidupkan lapak ini lagi.
Dan, Terima kasih bagi yang masih bertahan dengan  saya izu_mizu

 Dan, Terima kasih bagi yang masih bertahan dengan  saya izu_mizu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pinterest.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 19, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

My Dad is Crazy || Sanzu x TakemichiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang