Gia tidak bisa mengerti, ketika ia harus selalu hadir ketika Ema dan semua orang mengeksekusi salah satu teman nya, lagi. Mungkin, ini sudah ke puluhan kali, sekarang gadis kecil bernama Gia itu telah berusia 20tahun, dan dia benar benar tumbuh menjadi gadis yang dingin dan penuh ambisi. Gia bukan tipikal gadis yang suka banyak bicara, ia hanya akan melakukan perintah tanpa bertanya. Disini, ada beberapa teman teman yang telah bersama nya sejak kecil, tentunya yang beruntung dan selamat dari eksekusi Ema, ada pula yang baru saja bergabung dan harus dilatih, ditempa habis habisan. Gia sudah tidak memiliki rasa iba ataupun sedih ketika melihat seseorang harus di siksa, dengan kata lain disiksa untuk menjadi seseorang yang kuat sepertinya, namun tak semuanya bisa bertahan, pun ia sudah berkali kali melihat mayat yang gagal sebelum berperang.
***
Gia duduk bersantai sembari mengunyah permen karet yang menjadi favoritnya selama ini, menanti perintah dari Ema maupun John untuk melenyapkan seseorang."Selamat pagi, Gia." sapa seseorang dari luar, yang tidak lain adalah Ema.
Gia menoleh ke sumber suara lalu mengangguk. "Selamat pagi, Ema." singkatnya.
Ema begitu kagum pada Gia, sejak kecil Gia tidak pernah memberontak dan tidak pernah berusaha kabur seperti anak anak yang lain, meski Ema harus berkali kali membuat Gia melihat pembunuhan secara langsung, dan menjadikan Gia sebagai objek dari segala uji coba nya. Kini, Gia tumbuh sempurna, Gia adalah sosok manusia buatan yang menurut Ema tidak ada cacat nya.
"Kau lelah? apa kau butuh liburan? katakan, kau mau kemana? Eropa? atau kemana? aku yang akan membiayai semuanya." ucap Ema sebelum duduk di kursi yang menghadap langsung pada Gia.
Gadis itu menatap Ema tanpa ekspresi. "Tidak, terimakasih."
"Perfect.." Ema bahkan tidak bisa berkata kata melihat betapa sempurna nya Gia, disaat yang lain banyak mengeluh, tetapi Gia sama sekali tidak mengeluh, bahkan menolak tawaran istirahat dari Ema. Kemudian, Ema yang sudah mengantongi nama untuk menjadi target pun, langsung menugaskan Gia untuk menyelesaikan misinya.
Ema mengeluarkan lembaran kertas, tentunya berisi tentang foto, identitas dan beberapa info menarik yang menjadi bahan untuk Gia hari ini. Lalu, gadis itu meraih lembaran tersebut.
"Hanya ini?." tanya nya seraya membolak balikkan lembaran tersebut.
Ema menganggukkan kepalanya. "Semua sudah mendapatkan bagian nya masing masing, milikmu adalah yang sekarang kau pegang. Seperti biasa, lakukan dan jangan sisakan apapun, dia harus lenyap karena telah ingkar janji." jelas Ema.
"Baik, aku pergi sekarang."
Sebelum Gia pergi, Ema meraih tangan nya dan mengatakan sesuatu.
"Ada apa, Ema?."
"Tim mu, aku menambahkan seseorang, aku ingin dia belajar darimu. Tapi, jangan pula kau meremehkan dia, dia adalah seseorang yang terpilih, sebagaimana aku telah memilihmu. Hanya saja, aku ingin dia melihat kehebatan mu."
Gia menaikkan salah satu alisnya kemudian mengangguk paham. "Baik, aku pergi sekarang."
***
Gia menaiki mobil jeep hitam, bersama dengan 5 orang lainnya yang sudah membawa senjata tajam masing masing. Kali ini, adalah seorang petinggi yang rupanya mulai lelah bermain main dengan Ema, dia berontak bahkan mengancam. Semua begitu hening, tidak ada yang bergurau ataupun mengobrol membahas sesuatu yang tidak penting. Namun, Gia merasa jika ada seseorang yang tengah menatapnya, kebetulan mobil jeep disini memang telah di modifikasi, dimana kursinya berubah saling berhadapan dengan total 4 kursi, dan ditambah dengan kursi supir serta kursi sebelah supir. Ia mendapati seseorang yang terlihat asing, dan ia baru saja ingat jika Ema "menambah" 1 orang lagi pada tim nya, mungkin pria ini yang dimaksud.
KAMU SEDANG MEMBACA
RUNNIN'
FanfictionBagaimana jika seorang gadis kecil harus merelakan hidupnya untuk sebuah eksperimen? bagaimanakah kehidupan nya setelah menjadi tikus percobaan pada suatu sel?