Entah sejak kapan...
Ruth merasa bahwa hidupnya hampa. Ia merasa hambar dengan kehidupan yang selalu mengulangi kegiatan yang sama; bangun tidur - sekolah - mengikuti bimbingan belajar - pulang - tidur. Kecualikan dengan makan-minum maupun membersihkan diri yang sudah pasti selalu dilakukan.
Bukannya Ruth tidak mensyukuri hidupnya, ia merasa nyaman. Hanya saja terkadang relung hatinya bersuara, berkata bahwa ia mengharapkan suatu perubahan.
Sesuatu.
Yang bahkan Ruth tidak tahu akan apa itu.
"Ruth-"
"Ruth-!"
"Ruth? Halo?!"
Kesadaran Ruth terhempas seketika pada realita, ia terlonjak kaget. Ah, ternyata sekarang ia masih duduk di bangku kelasnya. Tapi orang-orang di kelasnya masih berlalu lalang jadi ia rasa waktu pelajaran masih belum dimulai.
"Euh, ya?" ia menyahut sembari menormalkan detak jantungnya.
"Akhirnya kamu membalas. Aku sedikit cemas melihatmu yang melamun, kupikir kamu sedang sakit. Kamu baik-baik saja?"
Gadis ini, yang bertanya pada Ruth. Jujur saja, Ruth tidak bisa dibilang teman dekat dengan gadis ini, dia selalu baik kepada semua orang di kelas hingga membuat Ruth yakin bahwa gadis ini adalah jelmaan malaikat sesungguhnya.
Baik sekali, kamu malaikat ya?
Ruth jadi penasaran, bagaimana pandangannya ketika menjalani kehidupannya? Hanya ingin tahu saja, tidak berniat merasakannya.
Ruth hanyalah sekadar pengamat, yang tidak sanggup mengambil peran utama. Menurut Ruth, ia tidak cocok menjadi pusat perhatian.
"Ruth! Kamu melamun lagi? Sepertinya kamu benar-benar sedang sakit. Pulanglah, biar aku izinkan."
Ruth menggeleng pelan.
"Tidak perlu, aku baik-baik saja," ia tersenyum.
"Benarkah? Yasudah, tapi jika kamu sakit maka jangan ragu untuk mengambil izin," lalu gadis itu pergi setelah Ruth mengangguk.
[ ♟ ]
Ruth menghela napas usai mengambilnya dalam-dalam. Waktu belajar telah usai untuk hari ini, sekali lagi, ia merasakan hal yang sama,
Belajar itu menyenangkan, tapi Ruth merasa kosong.
Diedarkan arah pandangnya ke penjuru bagian kelas,
Dinding dan lantainya yang terbuat dari semen dan kayu membuat penerangan di dalamnya minim. Beruntung, cahaya Matahari yang merembes melalui jendela membuatnya tidak terlalu gelap.
Bangku-bangku siswa dan guru pun terbuat dari kayu sepenuhnya, membuat ruangan memiliki aroma khas akan kayu itu sendiri. Ditambah dengan papan tulis hijau yang sudah ditulisi kapur putih.
Ruth suka suasananya. Terasa ramai nan menyenangkan. Tidak terisi sepi yang melompong seperti di rumahnya── yang hanya diisi olehnya karena Ayah yang jarang dirumah sebab perihal pekerjaan.
Yasudahlah, ini waktunya Ruth untuk pulang.
·
"Nak Ruth sudah pulang, nak?" suara itu menyapa kala Ruth menginjakkan kaki dirumahnya. Suara wanita paruh baya yang terdengar lembut ketika memanggil namanya. Memang sekedar basa-basi, tapi tidak bisa dibenarkan jika tidak dibalas, tidak sopan.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐍𝐈𝐒𝐊𝐀𝐋𝐀─ 𝐨𝐧𝐞 𝐩𝐢𝐞𝐜𝐞
Fanfictionx OC. Niskala (n.) abstrak. Ruth, gadis dengan kepribadian yang biasa-biasa saja dengan kehidupan yang juga biasa saja. Jika ditanya bagaimana dengan kehidupannya yang sedang berjalan, maka ia akan menjawab bahwa ia menjalaninya dengan nyaman. Namun...