Aku?

7 2 0
                                    

Amerta tengah terduduk dibawah rintikan hujan malam, tak ada dingin yang mampu memadamkan api kemarahannya saat itu, ia mengepal tangan kemudian memukul angin hampa didepannya. Air matanya bersatu dengan tetes hujan dibawah malam kelabu hari itu. Kepalanya terlalu berisik untuk malam yang sunyi.

***

"Hey Mer, masih jomblo aja sih? Ngak laku ya?," Goda beberapa orang yang tak pernah ia anggap teman,
"Memang kamu sudah punya apa hum?,".
"Heh semua orang tuh butuh partner hidup, mau sama siapa kalau lu tua nanti?," Sergah seorang lelaki,
"Tidak semua orang memiliki goals yang sama dengan anda, tidak semua orang menganggap anak adalah aset untuk kehidupan masa depan, bersyukurlah saya tidak memiliki pemikiran sepicik anda." Sahutnya ringan.

Ia tak pernah mengerti mengapa hampir semua orang menganggap anak adalah aset untuk dipetik kemudian hari. Apakah anak memang berfungsi demikian atau mereka yang berprinsip bodoh otaknya tengah tidak berfungsi?

Aku Amerta, seorang gadis yang memutuskan tidak akan pernah berkeluarga. Terdengar ekstrim untuk sebagai telinga, atau mungkin aneh untuk sebagian manusia. Mari ku beri tau apa itu trauma yang sesungguhnya...

***

"Aku hamil mas, kamu harus tanggung jawab." Ucap seorang wanita dipenuhi kekhawatiran,
"Lah itu salah kamu kenapa bisa kebobolan, aku masih mau sekolah mana mau tanggung jawab."
"Terus anak ini gimana? Dia butuh sosok ayah dari kamu juga mas, lagian ini kan keinginan kamu." Belanya,
"Lagian jadi cewek kok mau aja dibodohi."
Wanita itu berlalu pergi, ia takut seseorang tau tentang kehamilannya.

Ia mengurung diri ditempat tidurnya, ia terpuruk atas apa yang terjadi namun tidak banyak yang bisa diperbuat.
"Nak? Kenapa jarang main sama temenmu sekarang, terus kok makin gendut sih?," Tanya orang tuanya,
Tanpa sadar wanita itu menangis sesenggukan, air matanya tak mampu lagi ia bendung, sakitnya sudah meradang.
"Aku hamil buk." Cicitnya ditengah sesak,
"Hamil sama siapa? Kok bisa? Kamu tuh ya emang wanita murahan." Amuk sang ibu berujung lemparan barang disekelilingnya, wanita itu makin terisak menyadari sakitnya sang ibu mengetahui anaknya tengah hamil tanpa pernikahan.

Wanita itu kembali kekamarnya memeluk kakinya sendiri untuk menguatkan diri. Pintunya diketuk kasar sambil sesekali didobrak,
"Buka pintunya, bapak mau ngomong sama kamu." Teriak suara yang sangat dia kenal,
"Nak? Siapa yang begitu ke kamu? Biar bapak datangi orangnya." Pelukan hangat itu makin membuatnya merasa sangat sakit, ketulusan hati bapaknya membuatnya malu.
Wanita itu bercerita tentang apa yang terjadi padanya, memberitahu siapa laki-laki yang telah menghamilinya.

***

"Sayang? Ayolah aku udah pengen banget nih." Rayu seorang laki-laki padanya.
"Ngak mas, aku ngak mau."
"Ayolah kalau sampai kebobolan aku bakal tanggung jawab kok, percaya deh sama aku."
"Ngak mas aku ngak mau kecewain bapak sama ibu." Tolaknya lembut,
Laki-laki itu tidak terima atas penolakan apapun dengan alasan apapun, ia memaksa wanita itu melayani hasratnya dibelakang sekolah yang jarang didatangi orang.
Wanita itu memberontak namun tenaganya tak cukup kuat itu melepaskan diri.

Beberapa waktu setelahnya laki-laki itu telah menjauh dari dirinya.

***

"Permisi Bu Pak, saya orang tua dari Derana."
"Owh iya silahkan ada apa ya Pak Bu?," Sambut seorang ibu yang akan menjadi mertuanya.
"Jadi gini Bu, saya kesini dengan niat untuk meminta pertanggung jawaban dari anak ibu karena telah menghamilinya putri saya." Jawab bapak penuh kelembutan, Derana makin tertunduk dihadapkan situasi seperti itu.
"Hah? Dia hamil cucuku? Ngak mungkin anakku begitu, kalian mau jebak keluargaku kan?,"
"Tenang Bu, lebih baik panggil anak ibu dulu untuk bicara disini." Tenang bapak Derana.
Sang ibu keluar dari rumahnya seraya berteriak,
"Tolong, ada orang yang mau fitnah aku." Teriaknya hingga membuat beberapa warga keluar dari rumahnya.
"Liat mereka mau fitnah anakku udah ngehamilin pelacur itu." Ucapnya sambil menunjuk Derana,
"Bu jaga ya mulutnya, anak saya bukan pelacur seperti yang ibu katakan, justru anak ibu yang memperkosa anak saya dengan paksa." Bela sang bapak sambil menarik putrinya kepelukannya,
"Mana mungkin keluarga rendahan seperti kalian mau mengaku, kalau ngaku penjara penuh." Elaknya.

Bapak Derana memutuskan pergi karena tak mau keluarganya semakin dipermalukan, ia memilih jalur hukum untuk keadilan putrinya.

"Sudah nak gpp, ada bapak disini, jaga kesehatan ya kasihan anakmu kalau sedih terus."

***

"Permisi, Pak Bu saya kesini untuk membawa saudara Boni menjalani pemeriksaan ke kantor kepolisian."
"Loh kenapa? Anakku salah apa Pak?,"
"Kami mendapatkan laporan bahwa anak ibu dan bapak telah melakukan perbuatan asusila kepada saudari D."
"Itu fitnah Pak, anakku ngak mungkin begitu, mereka itu keluarga pelacur."
"Bu udah, bawa aja pak anak saya, ayo Boni ikut mereka ke kantor polisi." Lerai bapak dari Boni.

"Loh Pak, anak kita ngak salah yang salah pelacur itu."
"Biar dia jelaskan sendiri dikantor polisi Bu."
"Kenapa bapak belain pelacur itu sih Pak?,"
"Bu, dia bukan pelacur, dia anak keluarga yang cukup terpandang didesanya asal ibu tau itu, bapak ini cuma tukang becak Bu."

Sang ibu tidak terima karena anaknya dilaporkan ke polisi, ia memutuskan mendatangi rumah Derana, tak sulit mencari kediaman wanita itu.

"Buka pintunya, dasar pelacur murahan."
"Ibu mau cari siapa?," Tanya salah seorang pegawai dirumah itu.
"Mana bos mu sama pelacur itu hah?,"
"Jaga mulutmu ya, anakku bukan pelacur." Bela bapak Derana,
"Cabut tuntutan kalian dari anakku Boni."
"Ngak akan kalau kalian tidak bertanggung jawab atas putri saya."
"Saya bilang cabut."
"Tidak, anak saya berhak dapat keadilan."
"Liat saja keluargamu akan hancur." Umpat ibu Boni.

***

"Damar? Ganggu keluarga mereka, ibu ngak mau tau mereka harus hancur." Luap sang ibu pada putranya yang berprofesi sebagai dukun.
"Ngak, bapak ngak mau ngerusak keluarga orang."
"Bapak ini kenapa sih? Udah kena guna-guna mereka ya?,"
"Ibu yang kenapa, anak kita udah jelas-jelas salah kenapa masih terus dibela?," Jawab bapak Boni,
"Dan kamu Damar, berani kamu ikutin kemauan ibu mu, bapak ngak akan segan-segan hancurin ruang praktekmu." Lanjutnya.

***

Setelah Boni dimintai keterangan pihak kepolisian, ia memutuskan untuk bertanggung jawab menikahi Derana.
Namun itu tidak menjadi akhir kesulitan wanita itu.
Boni dan keluarga sengaja memeras keluarganya juga mencoba berkali-kali menggugurkan kandungannya.
Ibu Boni juga mendatangi seorang dukun untuk menjadikan bayi diperut Derana sebagai tumbal.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 18, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ASRARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang