Wanita dengan kebaya bernuansa putih khas pakaian menikah memasuki kamarnya. Kamar yang biasanya ia tempati sendiri kini sudah berubah status menjadi kamarnya dan sang suami. Lea duduk di kursi samping pintu sambil memandangi kamarnya, masih tak menyangka bahwa dirinya sudah menikah.
Pandangan Lea teralihkan ke suara pintu yang terbuka. Bagus memasuki kamar, masih menggunakan pakaian akad tapi minus dengan jas putihnya. Melihat istrinya yang sedang duduk, ia menarik kursi dan duduk di hadapan istrinya.
"Makasih. Makasih udah mau nerima gue jadi suami lo," ucap Bagus dengan memandang istrinya.
"Ih apaan sih lo gus? Don't say that thing, geli gue. Gue mau jadi istri lo juga karena ditunjukin Tuhan kalo gue harus terima ajakan nikah lo," jawab Lea yang hanya dibalas pandangan oleh Bagus.
"Lagian gue masih gak tau alasan kenapa lo ngajak gue nikah. Gue yakin alasan kemarin yang lo ceritain sebelum gue terima ajakan lo bukan versi lengkapnya kan?" Cecar Lea.
"Iya, nanti gue ceritain," jawab Bagus.
"Okay, deal. Udah sana ganti baju atau gak mandi. Gue mau ngapus make up dulu nih, keburu muncul jerawat," ujar Lea berusaha berdiri dari tempat duduknya. Namun, tangan Bagus mencegahnya untuk berdiri.
"Kenapa?" tanya Lea. Bagus hanya terdiam, berusaha mengatur kalimat yang ingin dia ucapkan. Belum juga dilontarkan, Lea mengajak Bagus untuk berdiri di tengah kamar.
"Gus, coba deh tangan lo lebarin ke samping. Kayak burung mau terbang," perintah Lea.
"Ngapain?" tanya Bagus heran.
"Udah ih lakuin dulu, nanti juga tau kok." Jawab Lea dengan intonasinya yang khas.
Bagus melakukan apa yang diperintahkan Lea. Saat tangannya sudah membuka di samping badan, Lea maju selangkah menghapus jarak diantara keduanya. Lalu tangannya beringsut memeluk Bagus.
"Lo kalo mau dipeluk bilang aja kenapa sih? Jangan cuma diem, sambil gerakin tangan gak jelas kayak tadi. Kan kita juga udah nikah," ucap Lea sambil menyenderkan kepalanya di dada Bagus. Lea dapat mendengar detak jantung Bagus yang berirama kencang.
"Aduh, gue kenapa agresif gini sih? Biasanya gak gini," batin Lea. Menyadari apa yang baru dilakukan, Lea ingin melepaskan pelukannya pada Bagus.
Bagus menahan tangan Lea yang ingin melepaskan pelukannya pada badan Bagus. "Katanya udah nikah, peluknya yang lama lah," ucap Bagus diakhiri dengan kecupan di atas kepala Lea.
Mereka menikmati keheningan yang terbentuk. Hanya terasa degup jantung dan tubuh yang memanas sambil saling mengucap syukur dan doa di dalam hati karena akhirnya sang tambatan hati sudah dapat dimiliki.
YOU ARE READING
Warna Warni
General FictionKenapa warna warni? Karena isinya macem-macem, ada cerita pendek tentang percintaan atau mungkin cuma kalimat keresahan yang gue rasain.