Hujan telah mengguyur kota Depok. Hawa dingin dan semerbak kesejukan membuat aku semakin semangat untuk menjalani kegiatan rutin dihari libur. Biasanya aku pergi ke kedai di sore hari untuk sekedar membeli cemilan atau menumpang baca buku. Hari ini aku memutuskan untuk pergi ke kedai area Margonda, katanya ada kedai baru yang lucu.
Kedai ini cukup sepi, mungkin karena habis hujan. Saat aku datang, hanya ada lima pengunjung lainnya yang sedang berkutik dengan laptop dan lainnya berbincang hangat dengan lawan bicaranya. Aku mulai melihat menu yang ada di meja depan dan mulai memesan.
"Mas, susu vanilanya satu, kue lapisnya 1, sama onion ringnya 1 ya."
Sembari menunggu pesananku jadi, aku mencari sudut nyaman untuk disinggahi. Sudut itu dekat dengan jendela halaman belakang dan ada dua kursi di sana. Aku mengeluarkan buku yang menjadi target bacaanku minggu ini.
Saat mulai membaca ternyata pesananku sudah jadi. Aku lantas segera menuju meja depan untuk mengambil pesanan.
"Eh Lisa," Seru seseorang saat aku hendak meraih pesananku.
Alisku mengkerut sebentar, bingung siapa yang menyapa. "Eh Rama, halo."
"Sendirian aja lo?" Tanyanya, aku yakin itu hanya basa basi."Iya, mumpung libur jadi me time deh. Lo sama siapa?" Tanyaku dengan basa basi juga.
"Sendirian juga sih. Kalo gak keberatan, duduk bareng boleh gak?"
Ternyata dia tidak hanya basa basi, aduh bagaimana ini. Aku hanya mau sendirian, apalagi ini ada dia. Aku urungkan niatku untuk menolak pertanyaannya, lalu aku anggukkan kepala sebagai bentuk persetujuan.
Dia langsung membawakan pesanan kami menuju pojok nyamanku yang sekarang sepertinya bukanlah tempat yang nyaman lagi.
"Gimana kabar lo?" Haduh, pertanyaannya klise abis.
"Baik kok. Udah lama banget ya kita gak ketemuan"
"Iya, terakhir tuh pas kita SMA kelas 1 gak sih? Gak sengaja papasan," jawabnya.
"Eh, masih inget aja hahaha," aku gak percaya kalo dia masih inget pertemuan itu.
"Lo sekarang kerja di sini gak di Surabaya?"
"Iya, gue di RSUI sekarang. Lumayan kerjanya jadi deket rumah," jawabku.
"Eh kemaren gue abis dari situ tau. Nyokap gue abis check up. Rumah lo emang masih yang lama?" Tanyanya dan aku menganggukkan kepala.
"Bisa dong ya kapan-kapan gue main," ucapnya dengan nada bercanda.
Obrolan kami ternyata memakan banyak waktu. Tak terasa waktu sudah berjalan dua jam. Aku dan Rama terlalu asik berbincang atau mungkin sebenarnya hanya Rama yang terlihat enjoy karena aku sedari tadi menahan perasaan aneh.
Bertemu Rama adalah impianku sedari kita berpisah. Bisa kembali berbincang dan melemparkan bualan adalah impianku dari tahun ke tahun. Rama itu mantan pacarku. Pacar cinta monyet yang tidak tahu kenapa susah sekali dilupakan. Padahal, aku yang meminta pisah tapi aku juga yang sulit melupakan. Gara-gara pernah mengenal dia, aku jadi sering membandingkan dirinya dan lelaki yang tengah dekat denganku. Aku seperti menjadikan dia modul sop untuk mencari tambatan hati.
Aku tidak paham apa yang aku rasakan sekarang. Dari tadi aku mempertanyakan apa yang sedang aku rasakan. Seharusnya aku merasa senang atau mungkin berdebar saat mengobrol. Debaran itu ada tapi hanya saat dia menyapaku diawal, selebihnya aku hanya merasa seperti bertemu teman lama. Aku tidak paham rasa senangku ini karena akhirnya bertemu tambatan hati yang telah lama aku nanti kembali atau hanya sekedar bisa mengobrol dengan Rama lagi.
"Lo punya pacar gak, Lis?" tanyanya tiba-tiba menghentikan isi pikiranku yang bimbang.
"Hah? Tiba-tiba banget hahaha. Lo mau jodohin gue sama temen lo?" jawabku becanda.
"Jadi, lo tuh punya pacar apa engga?" tanya Rama lagi memastikan.
"Engga. Gak tau nih, abis putus sama lo kok gue malah gak pernah jadian lagi," jawabku bercanda.
"Hahaha bisaan banget. Sabtu besok gue ada trip ke curug daerah Bogor. Kalo lo libur hari itu, mau ikut gak?"
"Hm, harusnya sih itu jadwal gue libur ya. Tapi coba gue liat minggu depan ya. Emang sama siapa aja?" tanyaku memastikan."Sama nyokap bokap gue doang palingan,"
"Lah, gue gak ganggu liburan keluarga lo emangnya?" aneh banget, tiba-tiba ngajakin liburan bareng keluarga.
"Ya enggak lah, kan gue yang ngajak. Lagian gue emang suka ngajakin temen-temen gue kok," jawabannya buat aku langsung mengutuk diriku yang terlalu percaya diri.
"Oalah, okay. Bisa enggaknya gue pastiin minggu depan ya Ram."
Handphoneku berdering, pertanda ada telepon. Ternyata telepon dari ibuku yang memintaku untuk segera pulang dan membawakan pesanannya. Aku memang tadi janji sama ibu untuk bawa soto mie kesukaannya.
"Ram, sorry banget ini ibu gue nelfon dah nyuruh balik. Soalnya tadi gue janji bawain soto mie buat makan malem. Eh malah keasikan ngobrol sama lo," aku berujar dan mulai memasukkan barangku.
"Mau gue anter balik gak?"
"Gak usah, gue bawa motor kok,"
"Okay, hati-hati ya. By the way minta nomor lo dong Lis buat mastiin planning mingdep. Gak enak kalo chat lewat instagram," mintanya dengan tangan menjulurkan handphonenya.
"Udah, nih. Nice to meet you, Ram. Never imagine can meet you again. Bye, balik duluan." Aku tersenyum dan melambai kepadanya.
Hari ini seru. Semacam mimpi jadi kenyataan. Akhirnya impianku bertemu Rama bisa tercapai. Ternyata benar apa yang aku asumsikan selama ini. Aku itu hanya rindu dengan kenangannya saja, bukan dengan orangnya. Aku memang senang bertemu rama, merasa seru bisa berbincang asik dengannya, dan bisa menjalin komunikasi lagi dengannya.
Aku kira ketika aku ketemu Rama akan banyak salah tingkah atau memerah. Namun, berdebar atau perasaan seperti orang kasmaran pun tak ada. I think today i realize that my feelings to him already gone and i never looked back again. Pertemuan ini bisa jadi hanya selingan atau mungkin memang jalan Tuhan untuk aku bisa berteman lagi dengannya.
Intinya aku senang, aku tidak perlu selalu mempertahankan perasaanku untuknya. I'm not in love with him anymore.
YOU ARE READING
Warna Warni
General FictionKenapa warna warni? Karena isinya macem-macem, ada cerita pendek tentang percintaan atau mungkin cuma kalimat keresahan yang gue rasain.