Wanita itu kini berada di ruang tempat penyimpanan brangkas-brangkas berisi data bodoh. Inilah pekerjaannya yang sangat melelahkan bahkan menyangkut nyawa wanita cantik itu. Seharusnya rekannya yang mengambil data-data itu tapi karena ia ahli dalam menyabotase sistem jadi wanita ini yang terkena imbasnya. Cloe mengarahkan senter kearah salah satu brangkas dan mencari nama yang dituju. Tapi, sialnya alarm itu berbunyi. Dia berlari dengan membawa koper berwarna abu-abu yang berisi data itu.
"Berhenti! Aku pastikan kau tidak ingin pulang dengan namamu saja. serahkan koper itu!"
"Sialan" gerutunya. Dia mendengus kasar dan memutarkan tumit, wanita itu bisa melihat pria berpakaian seperti penjaga dengan mengarahkan senjata itu kearahnya.
"Bagus"
"Kaulah yang seharusnya akan mati Tuan" meletakkan koper itu dengan cekatan dan hati-hati. Mereka berdua berlari secara bersamaan. Tangannya hampir memukul pelipis pria itu tapi sialnya, dia berhasil menghindar dan memutarkan tangan Cloe. Mengerang kesakitan dan tanpa kehabisan akal kaki kirinya langsung menendang bagian penis pria itu. Memutarkan tubuh 90 derajat dan menancapkan sebuah pisau yang dia ambil dari saku celananya m. Dia mengerang kesakitan lalu ambruk di hadapannya. Tersenyum puas kearahnya sembari memasukkan pisau tersebut. Merebut senjata itu dan duduk di punggungnya lalu menembaknya sebanyak dua kali. Walau dia sudah mati tetap saja wanita itu belum puas jika belum menembaknya.
"Sayang lihatlah, sepertinya aku akan membawa beberapa lembar uang dari dompetmu. Kau tahu? ini melelahkan dan aku butuh sedikit imbalan" bisiknya kearah telinga pria ini yang dipastikan telah mati. Dia melihat isi dompetnya lalu mengambil beberapa lembar uang. Dia berdiri dan mengambil koper itu lalu berjalan dengan santai sambil memakai kacamata ray-ben hitamnya.
'James, jemput aku sekarang!'
Wanita memasukkan handphone-nya dan melihat kearah CCTV yang terpasang di sudut pintu keluar. Ia memberikan senyuman terbaik dan melayangkan hormat dua jari.
"Cloe, cepatlah"
"Brengsek. Sabarlah" Cloe masuk ke dalam mobil van hitam. Mendengus kasar dan melepas kacamatanya. Cloe melempar koper itu kearah belakang.
"Sialan kau!"
"Apa lagi, hah?"
"Kau sengaja membuatku terjebak di gedung bodoh itu?!"
"Kau pikir? Aku yang berurusan dengan system mereka, tidak susah? Sudahlah, Ledakan gedung itu" memutarkan kedua bola matanya dan mengambil benda seperti remote kecil lalu menekan tombol merah. Mereka langsung melihat gedung dari kejauhan sekitar seratus meter yang meledak berkeping-keping.
Mereka kini berada di sebuah club yang berada di kota New York. Keinginan Cloe untuk merefreshkan dirinya dari kejadian tadi. Suara dentuman keras terus terdengar di club ini. Sesekali gadis berambut coklat itu memandang jijik kearah jalang-jalang yang berpakaian seksi.
Cloe Leona Voxyn. Dia tidak seperti layaknya wanita pada umumnya. Cloe lebih suka berada di club, daripada berada di sebuah mall. Dia dulu tidak bersikap seperti ini, sebelumnya ia baik-baik saja dan sangat bahagia. Ada alasan tertentu ia bersikap berbeda semenjak kepergian kedua orang tuanya yang mati di tangan seseorang.
"Vic, kau tau apa yang aku pesan disini"
"Haha. Baiklah Voxyn"
"Shut up! Berhenti memanggilku seperti itu atau aku akan membunuhmu disini" ancam Cloe sambil menatap tajam kearah bartender di depannya. Dia benci dengan nama belakangnya yang menurutnya itu adalah nama aneh dan membawa sial.
"Cloe, Lepaskan tanganmu dari pria itu" saran James kepada Cloe. Akhirnya dia melepaskan dengan kasar dan duduk disamping James. Pria berambut pirang ini memiliki sifat yang bisa merendamkan emosi Cloe walau kadang ia juga harus mendapatkan macam-macam ancaman darinya. Itulah sikap Cloe tidak pernah merasa kasihan pada siapapun.
"Vodka untukmu Cloe" tersenyum miring dan meneguknya.
"Aku pesan satu lagi"
"Kau gila?"
"Shut your fuck mouth up!" meminum lagi dengan sekali tegukan dan berjalan kearah lantai dansa dan menari sesuai hati.
"Vic, seperti biasa margarita" ucap seseorang yang berada di samping James. Melirik kearah pria itu. Menautkan kedua alisnya seperti ia pernah melihat wajah pria itu. Ia terus memandanginya hingga ia juga berbalik memandangi James.
"Apa yang kau lihat?"
"Settle down dude. You're Edward Clint, right?" menyerngit bingung lalu mengangguk cepat dan meminum pesanannya. James rasa yang diceritakan oleh bosnya itu sangat pendiam, berkarisma dan sangat dewasa. Tapi, perkiraannya salah.
"Well, How do you know?"
"Tidak penting untuk kau" James kembali melihat kearah Cloe berada yang sedang menari dengan pria asing itu.
"Tidak penting? Itu penting bagiku" katanya tapi James tidak mengubrisnya.
"Hi bodoh! aku berbicara padamu, Tuan. Memerhatikan sesuatu, huh?"
"Ya. Teman gilaku"
"Dimana dia?" James mengarahkan matanya kearah Cloe yang sedang menari tidak jelas dan kadang ia juga mencium pipi pria yang berada di sampingnya.
"Lebih baik kau jangan mendekatinya. Dia tidak segan-segan membunuh jika kau menyetubuhinya"
"Really? Hahah She's so sexy"
"Whatever" memutarkan kedua bola matanya lalu meninggalkan Edward disana sendiri. Lebih baik James istarahat di rumah dan membiarkan Cloe seharian disini.
Edward langsung mendekati teman wanita dari pria berambut pirang itu. Ia melihatnya yang sedang menari panas di antara lelaki berhidung belang dan sesekali pria yang ada di sekitarnya memukul bokong Cloe dengan panas lalu meremasnya gemas. Edward mendorong pria itu dari hadapan Cloe dan mulai menari bersama dengan Cloe. Ia kaitkan kedua tangan kekarnya di pinggul Cloe. Senyum puas tergambar jelas di bibir Edward yang melihat wanita itu menari tanpa memerdulikan siapa dirinya dan mau apa yang dilakukannya.
"Hi manis, ingin bermain denganku?" bisik Edward di telinga Cloe lalu menggigit kecil daun telinganya membuat Cloe mendesah lalu terkekeh geli.
"Bermain? Bermain maksudmu seperti ini?" ucap Cloe melihat kearah wajah Edward dan tangan kanannya meraba dada bidangnya membuat Edward mendesah tertahan menerima sentuhan dari Cloe.
"Apakah aku dibayar nantinya?" tanya Cloe yang kini telunjuknya bermain di sekitar paha Edward. Pria berambut keriting itu hanya tersenyum nakal kearahnya. Edward semakin tidak sabar dan langsung menempelkan bibirnya dengan bibir Cloe. Mulai bermain di bibirnya dan tangan kananya meremas bokong Cloe.
"Kau akan menyukai permainan ini sayang. Bagaimana kuantar kau ke tempat kau tinggal? disini kita tidak akan puas"
"Baiklah, Ini kartu namaku" Cloe memberikan sebuah kartu nama dan Edwardyang melihat namanya itu hanya tersenyum puas.
"Cloe Leona Voxyn" ucap Edward dengan nada kecil.
Tidak butuh waktu yang lama mereka tiba di tempat Cloe tinggal. Edward langsung membukakan pintu mobil untuk Cloe lalu menggendong tubuhnya.
"Dimana kamarmu?"
"Di lantai atas dengan cat berwarna hitam" sesegera mungkin Edward berjalan cepat dan masuk ke dalam kamar Cloe. Dengan cepat Edward menutup pintu itu dengan salah satu kakinya.
To Be Continued...
KAMU SEDANG MEMBACA
Furious
General FictionShe was the girl who was very cruel and didn't have the slightest heart, but when he met him in her mission something happens. "My name Cloe Leona and i hated my last name Voxyn" WARNING! : THIS STORY CONTAINS WITH SEXUALY, VIOLENCE, STRONG AND EROT...