(Tak tak tak)
Derap langkah terus terdengar sepanjang lorong jalan,membuat beberapa pria berjaz hitam berdiri tegap dengan mebusungkan dada gagah bak kesatria yang tengah memberi hormat pada sang kaisar.
"Panggilkan asena !!" Teriak angkara membuat para pria berjaz hitam berlari gagah memanggil orang yang tersebut oleh sang pemimpin.
Mata angkara meneliti setiap org yang berada di ruangan bernuansa hitam dengan corakan ungu galaxy,menatap intes para anak buah nya , yang menurut nya tidaklah berguna
Angkara menutup kedua matanya membayangkan masa lalu nya yang menimbulkan keinginan besar saar dirinya dewasa,tentang gadis itu, tentang malam itu, tentang suara tangisan itu, ah manis nya gadis kecil berbola mata hitam pekat yang membuat nya penasaran, selalu.
"Siap tuan muda angkara "wanita berpakain serba hitam datang kemudia membungkukan tubuhnya memberi hormat.
"Perjalanan barang barang menjijikan itu apakah sudah kau urus ?"angkara menikan satu kakikanya memapah di kaki satunya,sembari meminum secangkir kopi hitam yang berada di atas meja kecil yang ada di samping nya.
"Sudah tuan"tegas asena tak berani menatap kara.
"Emm"kara menaikan wajah perempuan berwajah tionghoa dengan sebuah pistol .
Asena menelan salivanya.
"Siapa yang urus?"tanya kara menaikan sebelah alis tebalnya,menatap asena dengan tatapan menyelidik.
"T,,tuan heki "jawab asena takut .
(Brak)
"Stupid!,kau tau heki di bunuh tadi malam!"sela sekertaris arfa yang berada di sisi angkara
"A,,,,aaaa,,,apa?"mata asena membulat, (tidak mungkin kan tadi malam siapa)batin asena.
"Diam!!!!"tegas angkara
"Dia dibunuh oleh sorang perempuan aku ingin kau mencarinya !!!!!!!"tegas angkara.
☆☆☆☆☆☆☆☆☆
"Wahhhhh tau gak keren bangat lohhhh" riuk riuk siswi begerombol membincangkaan sesuatu yang tidak penting seperti biasa,membuat telinga ze risih dengan hal macam ini.
"Itu ihhh manis bangett kayak bayiiii"
"Anak baru ya, gemezzz nyaa"
(Brisik bangat sih lebay )gumam ze .
(Kenapa sih gua gak lulus, udh 4 thn gua disini bosenin bangat sih)gumam ze manatap malas seisi kelas nya.
Ze memasangkan earphone di kedua telingannya, memejamkan matanya perlahan.
"Ehem boleh aku duduk disini"ujar seorang pria berwajah imut, kulitnya mulus nan putih, alisnya juga tebal , apalagi bibirnya berwarna pingk bak oppa oppa korea.
(Kayak pantat bayi)
Gumam ze menatap malas kara.
(Cihh)desis kara mencoba tetap tersenyum manis.
"Duduk tinggal duduk aja sih dek!"sergah ze nampak kesal pada kara yang sok imut di depan nya.
Kara hanya diam menaikah satu alisnya .
"Dek?"kara menyirat bingung.
"Ya iyalah kheh!,asal lu tau gua ini udh 5 thn di kelas ini dengan angkatan yang terus ganti tiap taunnya " ketus ze membuang wajah ke depan.
(What the fuck).
(Apa dia seumuran gua?)guman kara melamun.
"Gak usah melamun hey!" Ujar monic mendekat kemeja kara dan ze.
"Sudahlah kara dia ini kakak kelas kita harusnya, dia hanya sedang gabut dan ingin menua di sekolah, hihihihihi" ejek monic tanpa melihat wajag ze yang nampak sedikit terusik.
"Mending duduk sama aku aja yuk " tawar monic mengenggam tangan kara.
"Saya gak mau maaf"kara tersenyum manis ke arah monic.
Lalu memilih duduk manis di samping ze dengan membuka sebotol air berwarna biru muda.
"Ihss"monic berdesis menatap ze dengan tatapan jijik lantas pergi ke tempat asal nya.
"Wahh ehh ak,,,"baru saja kara ingin berbicara ze langsung menatap tajam wajahnya.
"DIAM,ANGKARA RAJA ZEGARA"ujar ze dingin menatap tajam kara dengan menusuk.
Kara mengangguk pelan."ok".
Guru pemateri datang, kelas pun berlangsung tanpa sebuah perkenalan dari murid baru satu ini yang wajahanya menurut ze seperti pantat bayi karna terlalu mulus.
Berbeda dengan ze yang fokus menatap papan tulis, angkara hanya sibuk menatap wajah ze dengan teliti.
"Dia mirip,,,,,".
☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆
YOU ARE READING
Angkara
General Fiction"siapa, siapa, siapa yang salah" lirih seorang gadis kecil yang memiliki bola mata hitam legam serta bibir berwarna pich, bibir nya bergetar tatakala ia melihat sosok perempuan paruh baya yang tergeletak lemah di atas lantai rumah nya sendiri. "kamu...