Chapter 8 : Home

701 80 11
                                    

"I'll be your home"

[Dear Dream-NCT Dream]




[Dear Dream-NCT Dream]

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


***




Pagi-pagi sekali, Harsa sudah diinterogasi oleh kedua orang tuanya sebab dirinya luka-luka—mereka sampai rumah tengah malam dan menemukan Harsa yang tertidur dengan luka-luka. Alih-alih mengatakan bahwa dia dikeroyok banyak orang kemarin, Harsa malah mengatakan bahwa dia bertengkar dengan teman sekolahnya. Beruntung Gara ikut mengiyakan ucapannya sehingga kedua orang tua Harsa percaya meskipun ... Gara merasa bersalah setelahnya karena telah berbohong. Bagaimanapun, pemuda itu mengerti bahwa Harsa hanya tidak ingin membuat kedua orang tuanya tambah khawatir.

"Tapi beneran kamu gak apa-apa? Memar kamu makin gelap gitu," kata Mama yang terus saja khawatir. Saking khawatirnya, wanita itu tidak mau beranjak sedikitpun dari samping si sulung Harsa, padahal pemuda itu sedang berusaha menikmati sarapan paginya.

Harsa menjauhkan kepala dari tangan sang Mama yang tidak berhenti menyentuh wajahnya untuk memastikan luka itu menyebar atau tidak. "Harsa baik-baik aja, Ma. Udah ah, Harsa mau makan gak jadi mulu," kata pemuda itu merengut.

Di seberangnya, Gara hanya tersenyum miring melihat kelakuan sahabatnya yang seperti anak kecil di dekat Mamanya.

"Oke, oke," Mama mengalah dan mulai menurunkan tangannya dari wajah si sulung. "Tapi hari ini kamu gak boleh ke mana-mana. Kamu harus istirahat di rumah biar Mama bisa mantau keadaan kamu."

Harsa yang berhasil menelan rotinya itu berkata, "Oh iya, hari ini Harsa mau ke rumah temen bareng Gara, Ma."

"Ke mana? Gak, kamu harus istirahat pokoknya!"

"Harsa berhutang sesuatu sama dia, Ma. Sebentar aja, kok. Harsa janji setelah ini bakal nurut sama apa yang Mama bilang. Ya?" Harsa memelas, membuat Mama merasa tak tega.

Mama menghembuskan napasnya. "Ya udah. Tapi bener, ya, kamu janji setelah itu harus istirahat."

Harsa tersenyum cerah seperti biasanya. Pemuda itu mengacungkan kedua jempolnya dengan semangat.

Gara masih menjadi penonton di depan Harsa itu lagi-lagi tergelak dengan sifat anak kecil sahabatnya. Meski begitu, dia bersyukur karena Harsa masih bertahan dan baik-baik saja sampai saat ini. Tak mau sifat abainya terhadap Harsa kembali terulang, Gara berjanji untuk selalu siap sedia ketika pemuda itu membutuhkan dirinya. Termasuk rencananya hari ini, mereka berdua akan pergi ke rumah Ardhan.

Gara belum mengatakan bahwa dia sudah bertemu Ardhan kemarin. Dia akan diam dan menuruti apapun kemauan Harsa hari ini, untuk menebus rasa bersalahnya kemarin.

"Ma, liat sepatu kets pink punya Hasya, gak?" Seorang gadis cantik tiba-tiba muncul dari ruang tengah.

"Di rak sepatu emangnya gak ada?" Mama balik bertanya seraya bangkit dari duduknya.

ETERNITYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang