1

128 27 9
                                    

“Aku udah sering banget bilang sama kamu, jangan ikutan balap motor begini.”

“Aku minta maaf Mas.”

“Kamu slalu begini Alisa, kalau aku gadateng gimana jadinya kamu!”

“Oh Mas perhitungan sama aku?”

“Harus bedain perhitungan sama khawatir Lis”. Arsen mengacak rambutnya frustasi “Aku datang kesini karena aku khawatir takut kamu kenapa-napa. Denger kamu jatuh dari motor, aku panik banget”.

“Tapi aku gapapa Mas.”

Arsen menarik dagu Alisa “Ini yang kamu bilang gapapa?”

Alisa menangis

“Sstt udah-udah.” Arsen menenangkan “Kamu tunggu disini, aku cari obat dulu.”

Alisa termenung, tak seharusnya ia terpancing hasutan Amelia. Amelia mantan Arsen, ia mengajak Alisa tanding balapan. Amelia menggertaknya, katanya
“Kalau kamu gadateng, artinya dari segi apapun kamu kalah dari aku. Arsen salah pilih pasangan.” Namun naasnya ternyata Amelia berbuat curang, motornya dipepet dan menyebabkan ia jatuh. Lalu Arsen datang tepat waktu, entah dari mana Arsen tau.

“Hadap sini.”

Lamunan Alisa buyar

“Ngagetin tau Mas.”

“Lamunin apa hm?.”

Alisa menggeleng

“Kenapa ganurut?.”

“Karena aku kepancing Mas.”

“Sama Amelia lagi?”

Alisa mengangguk

Arsen menghela nafas lelah “Udah aku bilangin berapa kali, gausah ladenin dia.Akibatnya jadi gini kan? Ganurut sama aku sih.”

“Masa aku dibilang kalah jauh sama dia, dan kamu salah pasangan”. Adunya “Aku gaterima dong Mas”.

Arsen mendengus geli ia mengusap dagu Alisa, “Kamu yang paling cantik, kamu
segalanya”.

“Gombal”.

“Gombalnya kekamu aja”.

Alisa senyum-senyum salting, mukanya merah. Arsen emang jago bikin anak
melayang.

“Sayang Alisa”.

Tuh kan Arsen, Alisa bisa mati melayang kalau begini.

***

“Makasih Mas udah anterin aku sampai rumah.”

“Boleh aku masuk?”

“Jangan Mas, orang tua ku bisa marah kalau tau Mas anterin aku kerumah”.

“Aku hadapi.” Yakinnya “Aku gamau kamu dimarahin sendirian karena pulang malem-malem”. Terangnya “Lagipula rasanya pecundang kalau aku gak menghadap keorang tua kamu, aku juga butuh ketemu mereka”. Arsen menatap lamat Alisa, “Percaya sama aku yah.”

Tapi sebelum itu, ayah Alisa sudah berdehem dan memandang keduanya dengan tatapan mengintimidasi. “Masuk!”. Perintah ayah Alisa

Alisa ketakutan, ia memandang Arsen sebentar

Alisa masuk!” ujarnya tanpa mau dibantah

Arsen melirik Alisa, “Kamu masuk, biar ini jadi urusan aku”.

Alisa nurut

Ayah Alisa memandang Arsen, “Kita bisa duduk dulu disana.”

Arsen mengikuti Ayah Alisa, keduanya kini telah duduk diteras halaman rumah
“Silahkan jelaskan”. Tandas ayah Alisa

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 25, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Suamiku GusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang