Rembulan bersinar terang, langit tanpa bintang menjadikan rembulan itu sebagai pusat keindahan langit pada malam ini. Angin berhembus cukup sedang dalam padang rumput terawat yang dipenuhi batu penanda. Tudung merah dari hoodiemu melindungi rambutmu agar tetap tertata.
Ekspresi datar sambil melihat batu, kamu mengusap batu itu lembut. kelopak mata yang bengkak dan memerah, tatapan lurus yang kosong telah menjelaskan suasana hati gadis ini. Ia terduduk di samping batu nisan tersebut.
"Apa gue nyusul ayah aja ya? Gue dah capek banget, anjing. Semua makin parah kalau balik kerumah karena ada...pria itu"- dalam batinmu
Pandangan tertuju pada sosok pria tinggi besar yang berada di pintu pemakaman, ia sedang menunggu disana. Smirk terukir diwajah kusut mu, menertawakan kemalangan nasib.
"Haha..ha-ha-hahahahaaaaahhh... bangsat!"
Kamu bangkit dan mengucap salam perpisahan pada nisan tua ini. Berjalan pelan menuju pintu masuk dan keluar terdekat, disana telah berdiri pria yang membuat hidupnya semakin mendeita. Langkah panjang dan cepat melewati pria itu layaknya pilar tua tidak bernilai yang hanya menjadi pajangan tua. Tangan besar menepuk pundakmu, menghentikan langkahmu "Lepas" ucapmu tanpa menoleh.
"Aku mengkhawatirkanmu, ibumu juga merasakan hal yang sama. Ayo kembali ke rumah y/n" ucapnya lirih namun tertap terdengar kaku
Kamu terkekeh sesaat lalu menepis kuat tangannya, "Enggak! Khawatirkan aja istri dan anakmu!" tidak berani menatap matanya, kamu mengucapkan perkataan tidak sopan itu dengan melihat tanah.
"Y/n, kau juga putriku" intonasinya rendah, hatimu gemetar. Pria ini memperjelas fakta yang berusaha kamu terima dengan susah payah selama dua minggu belakangan. Matamu memanas dan dengan cepat air mata menggenang. Kamu berusaha menutupinya dengan berlari menuju Megumi di tempat parkir.
Belum sampai parkiran tubuhmu merasa melayang, saat sadar kau sudah berada di pundak pria yang ingin kau hindari. "Lepas! Turunin!! Gua gak mau pulang!!" mendengar perkataan tidak sopan yang dilontarkan padanya pertama kali membuatnya terkejut "Gua?"
"Bodo amat! lepasin!! Lepasin gua!" kamu memberontak namun tetap tidak menghasilkan harapan. Hingga akhirnya kamu memasuki mobil. Kamu berhasil kabur saat pria itu berjalan untuk memasuki pintu satunya, namun pengejarannya tersebut tidak bertahan lama. Ia berhasil menangkapmu dan kembali memasukkanmu kedalam mobilnya. Kini tangan dan kakimu diikat dengan kain yang entah bagaimana bisa berada di dashboard mobil, ia memakaikan seatbelt untuk perlindungan akhir agar kamu tidak kabur.
Jam didalam mobil menunjukkan pukul 22.45, suasana basement sangat sepi. Pria itu menatapmu ia mengikatkan kain untuk membuatmu diam. Dengan keadaanmu yang seperti itu, pria ini mengangkutmu di pundaknya menuju rumah dengan melewati jalur tangga darurat. Kamu terus berontak sia-sia "HMMM..HNGGGGH..MMMMHHMMMMM!!" teriakan tertahanmu menggema sepanjang ruangan tangga darurat.
.
.
Pria itu menoleh menatap angka yang berada di atas pintu merah yang menunjukkan angka 3, maka butuh empat lantai lagi untuk sampai rumah. Semakin dekat kamu menuju rumah semakin brutal kamu dalam meronta untuk melarikan diri. Hempasan kakimu mengenai area selangkangan pria itu, remasan tangan yang menopang tubuhmu menguat membuatmu sedikit merintih sakit. Pria itu menahan sakit yang menjalar dari testisnya lalu menghentikan langkahnya perlahan. Ia menatapmu sinis sambil berdecak jengah. Kamu merasa bersalah awalnya namun tersadar dengan penderitaan yang kamu lalui, kembali kamu lancarkan aksimu namun kali ini gagal.Ia menahannya dengan tangannya.
Tinggal membuka pintu merah dengan huruf diatasnya 7, kamu akan sampai di rumah. Kembali kamu membabi buta memberontak dan menggeliat dan berteriak. Kali ini tendangan mu mengenai target yang sama dan pria itu merasakan sakit yang luar biasa dari sebelumnya pada testisnya. Ia melemparmu lalu membungkuk ke tanah sambil menggenggam asetnya dan menahan rasa itu agar segera berlalu. Kamu terbentur tembok dan berusaha bangun dengan kaki dan tangan yang diikat. Pemulihan rasa sakit pria itu lebih cepat dari bangkitnya kamu, pria itu melakukan kabedon dan tangan lainnya mengusap celananya.
"You little...ssh. How dare you to make me like this?"
Tatapannya berubah,kini bulu kudukmu meremang. Terdapat rasa bersalah namun rasa sakit mendominasi hatimu. Pria itu mendekat dan berbisik padamu, "Kalau kamu terus bersikap seenaknya, saya juga akan melakukannya padamu"
.
.
Pintu terbuka, kain yang mengikat di tubuhmu sudah terlepas semua. pemandangan pertama saat memasuki rumah adalah melihat ibumu yang masih mengenakan pakaian kerja tertidur di sofa, ia terlihat kelelahan. Ia terbangun, terkejut melihat anaknya telah kembali. Ia bangkit dan memelukmu erat. "Kamu dari mana aja sih nak? Ibu khawatir" tidak ada balasan darimu. Kamu mematung dan menahan sakit di hatimu.
"Aku mau mandi dulu bu" kamu melangkah pergi menuju kamarmu, pintu kamar tidak benar-benar kamu tutup. Kamu mengintip keluar kamar, menatap dua pasang insan yang saling mencintai semakin lama semakin harmonis hubungan mereka. Ibumu mencium bibir pria itu dan tersenyum lebar, "Terimakasih ya mas Kento" namun kamu tidak dapat melihat bagaimana ekspresi pria itu karena membelakangimu. Pria itu menarik lembut pipi istrinya kembali menautkkan bibir mereka, perlahan ciuman itu makin panas maka keduanya beralih ke kamar masih dengan bibir yang berpaut satu sama lain.
Pintu kamar ditutup, nafas berhembus perlahan dan sesak yang kamu rasa. Air mata menetes kian deras, tangan menutup mulut sendiri agar tidak mengeluarkan suara yang dapat didengar.
"Gimana ini? Gua makin jatuh kedalam?!" - batinmu
im back minna~
Gomen karna watashi memiliki beberapa alsan untuk jarang muncul yaitu:
1. Lupa pw :'))
2. Gabisa bagi waktu
3. Krisis ide
4. Males nulis (MAAPP JANGAN KICK!!)
Setelah sekian lama fakum, akhirnya mimin dapet ide. Jaadiii nulis lagi dengan ide yang baru dech ehehehe..
Gitu aja ya gess, moga suka cerita barunya, bibiye~
KAMU SEDANG MEMBACA
STEPDADDY
FanfictionNobara menampar lenganmu saat sampai di rumah. Ia terkejut dengan pemandangan yang baru di rumahku, wajahnya terkejut dengan mata yang membelalak serta mulut yang membentuk o yang ditutup oleh telapak tangannya. Saat sampai di kamar, ia kembali mena...