...Sudah dua bulan berlalu. Kehidupan rumah tangganya keduanya masih sama. Perlakuan manis Mark tempo hari pun sudah tak bisa Haechan rasakan lagi. Pria itu kembali dingin padanya.
Dan sesuatu yang aneh terjadi pada dirinya akhir-akhir ini.
"Huekk!!" Haechan berlari menuju kamar mandi dan memuntahkan cairan bening yang membuatnya mual sedari pagi. Mark yang sudah kesal Haechan terus muntah seperti itu memutuskan untuk mengikutinya ke kamar mandi.
"Haech―"
"Huekk!"
"Huekk!! Huekk!!"
"Haech―"
"Huek! Maafkan aku, Mas―Huekkk" Haechan terus memuntahkan cairan itu hingga dirinya lemas. Mark yang merasa kasihan membantu Haechan untuk mengeluarkan muntahan itu dengan cepat.
"Keluarkan semuanya"
"Huekk!!"
Mark berakhir tak berangkat kerja, karena kondisi sang istri tak memungkinkan untuk ditinggal sendirian dirumah yang terbilang luas dan besar itu.
Mark berhasil membuat Haechan makan makanannya dengan baik hingga selesai. Sedangkan sang empu terus menahan rasa mualnya yang semakin menjadi.
"Merasa baikan?"
Haechan mengangguk. Ia sebenarnya berbohong.
"Kamu membohongiku" Mark menyimpan mangkuk bubur itu diatas nakas lalu mendekati Haechan dan membisikkan sesuatu di telinganya.
"Bilang padaku jika kamu mual, jangan berbohong atau aku siksa seperti malam itu"
"Aku baik-baik aja, Mas. Aku udah baikan" Ujar Haechan cepat.
"Baik. Aku akan pergi kerja sekarang. Jaga dirimu" Mark bangkit keluar dari kamar. Meninggalkan Haechan yang terdiam sejenak mencerna apa yang telah terjadi.
...
"Tidak mungkin, bukan?" Haechan menatap ponselnya yang memperlihatkan hasil pencariannya di kolom pencarian.
Tanda-tanda Kehamilan
1. Mual
2. ...
"Aku hamil?" Haechan menunduk dan mengelus perutnya yang masih rata. Membayangkan banyak hal yang akan terjadi setelah Mark tahu ia hamil dan setelah bayi itu lahir. Mengisi kekosongan diantara dirinya dan sang suami.
"Aku takut Mas marah.. Mas, maafin aku.." Haechan menunduk dan menutup wajahnya dengan kedua tangan. Dirinya menangis menyalahkan semuanya.
Menyalahkan dirinya.
Menyalahkan bayinya.
Menyalahkan apa yang dua bulan yang lalu Mark lakukan padanya.
Haechan hanya takut. Haechan takut jika Mark tak menerima kehadiran bayi ini dan menyuruhnya aborsi. Ia tak mau. Ia juga takut.
...
Pagi-pagi sekali Haechan bangun sebelum Mark bangun. Ia berencana melakukan sesuatu untuk membuktikan dirinya hamil atau tidak.
Haechan bangun dari kasurnya lalu membuka laci lemari. Membukanya lalu mengambil sesuatu dari sana. Kakinya melangkah pelan menuju kamar mandi.
"Semoga akurat"
Haechan duduk setelah melepas celananya.
Haechan berusaha kencing sembari memegang satu benda ditangannya. Setelah ia berhasil mengeluarkan urinnya, tangannya masuk keantara kedua kakinya. Mengarahkan benda itu masuk ke alat privasinya.
Menunggu sebentar lalu menariknya lagi.
"Garis dua?"
tok tok!
"Haechan? Kau didalam? Cepat keluar, aku ingin kencing!" Haechan gelagapan. Dengan cepat setelah membersihkan alat pribadinya, ia bangkit dan memakai celananya dengan cepat. Tak lupa membawa alat itu keluar bersamanya.
"Silahkan, Mas" Mark masuk lalu menutup pintu kamar mandi itu dengan kencang. Haechan berjengit kaget saat suara kencang pintu itu terdengar tepat ditelinganya.
...
Siang hari setelah dirinya selesai membersihkan rumah. Ia masuk kedalam kamar dan membawa benda yang bernama testpack itu bersamanya.
"Garis dua?"
"Artinya aku hamil?" Haechan menggigit bibirnya kuat. Ia berusaha menahan tangis bahagianya. Ia senang ia akhirnya memiliki seorang anak. Ia tak tahu akan secepat ini.
"Selamat datang, bayiku.." Ujarnya lirih sembari mengelus perut ratanya lembut.
...
Sudah hampir 5 bulan usia kehamilan Haechan. Sudah hampir 5 bulan pula Mark tak tahu apapun yang Haechan alami selama ini. Mark tak tahu jika istrinya tengah mengandung anaknya.
"Haechan! Kamu melunturkan kemeja kerjaku lagi? Bagaimana bisa?!" Haechan membungkuk untuk mengambil kemeja Mark yang pria itu banting kebawah.
"Shh.. Aahh.." Mark merenyitkan dahinya heran saat mendengar suara Haechan yang terdengar meringis kesakitan.
"Aku salah.. Seharusnya aku duduk.." Lirih Haechan. Setelah meraih kemeja tersebut, ia pun berusaha untuk kembali bangkit berdiri lagi.
"Ada apa sama kamu?" Tanya Mark penuh selidik.
"Gak, Mas. Gak apa-apa. Maafin aku, kemeja Mas jadi banyak yang luntur. Maafin aku, Mas" Mark menghela nafas kasar lalu pergi meninggalkan Haechan yang merasa bersalah.
"Aku takut kamu tahu kalau aku hamil anak kamu, Mas.. Aku gak berani liat respon kamu kalau kamu tahu yang sebenarnya.."
tbc.

KAMU SEDANG MEMBACA
Mas?
Short Storyend. [markhyuck short story] • warn: mpreg publish: 29/04/23 highest rank: #53 - mark (02/03/2025) - chanmilkjen ; 2023