Bagian pertama; Sebenarnya.. Aku kenapa, ya?

1 0 0
                                    

Kala itu aku merasa aneh, seharian penuh rasanya ingin tidur terus. Hatiku rasanya sedih seperti ada yang mengganjal, aku bingung.. sebenarnya aku kenapa, ya? Awalnya mungkin aku mengira karena aku kelelahan, tapi pekerjaanku sehari-hari cuma main handphone, makan, dan tidur. Tapi, rupanya perubahan dalam diriku tidak hanya dirasakan oleh diriku sendiri, ah, mama terlalu peka dengan perubahan sikapku, ya?

Aku mulai menjadi seorang yang suka menyendiri, bahkan aku seperti menjaga jarak dengan keluargaku sendiri. Nenek seringkali melihat keadaanku di rumah, memastikan aku sudah makan atau belum. Tapi kala itu, aku merasa bahwa kehadiran nenek itu mengganggu waktu sendiriku. 'kenapa sih harus bolak balik menengok aku? Orang tuaku saja tidak sampai segitunya.' oh, tentu saja aku mengatakannya didalam hati, tak mungkin aku mengucapkannya secara gamblang.

Tapi, perubahan sikapku pastinya disertai sebab. Apa sebabnya? Orangtuaku jarang sekali memiliki waktu untukku, terlalu sibuk dengan pekerjaannya. Dari sana, aku mulai sering mengurung diri didalam kamar. Aku menjadi pribadi yang kasar, sering sekali berkata dengan nada tinggi.

Mungkin, inilah dimana puncak dimana aku merasa harus benar-benar merubah sikapku. Memergoki mama yang sering melakukan panggilan video dengan laki-laki, berfoto, bahkan lelaki tersebut menggunakan foto profil wajah mama. Kaget, tentu saja. Aku masih terlalu kecil, jadi aku bingung harus melakukan apa. Aku mulai memikirkan apa yang akan terjadi jika aku mengatakan ini kepada nenekku. Tidak, aku tidak berpikir secara positif. Pikiranku berkabut. Dan itu mungkin menjadi awal bagiku untuk mengetahui apa itu selfharm.

Aku mulai melukai diriku sendiri, tidak peduli akan sesakit apa. Yang terpenting aku bisa melampiaskan apa yang kurasa hari itu juga. Tidak, aku tidak menggunakan benda tajam seperti silet ataupun jarum. Aku melakukannya pertama kali dengan gantungan baju. Karena itu satu satunya benda tajam yang aku lihat.

Hari berikutnya aku melukai diriku lagi, tapi bukan dengan gantungan baju. Melainkan dengan sapu lidi. Aku mematahkan satu batang sapu lidi tersebut, lalu aku menggunakan bagian yang tajam untuk melukai diriku sendiri. Aku melakukannya di kedua lenganku.

Hari berikutnya aku tidak melukai tanganku lagi, aku menunggu beberapa hari agar goresan tersebut memudar. Disitu aku mulai menggunakan benda tajam, seperti jarum. Namun sialnya, jarum tersebut tumpul. Tapi aku tetap melakukan hal tersebut hingga aku merasa puas.

Saat itu, aku masih sekolah dasar, kelas lima.














.

Halo, Ini aku.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang