Malam Kelam

60 24 13
                                    

Tak semua orang merasa bersyukur atas apa yang telah di sadari, apalagi suatu kesalahan yang telah di perbuat.

Bagi Arin, penyesalan adalah penyesalan. Kata maaf hanyalah bentuk penenang, agar tak berlarut untuk menyalahkan diri. Sisanya, hal itu akan tetap menjadi boomerang di kehidupannya, bahkan seumur hidupnya.

Kisah Arin, yang menyesali perbuatannya, karena telah berprasangka buruk dan mencelakai temannya. Ketakutan gadis itu kian menjadi setelah kehilangan teman asramanya. Meski tak semua orang menyalahkan perbuatannya, namun nyatanya, Arin lah yang melakukan semuanya.

Di tengah malam, Arin selalu terbangun, di jam yang selalu sama yaitu jam 3 pagi. Seperti biasa juga Arin selalu mengambil air untuk minum karena terbiasa kehausan pada jam tertentu. Karena telah menjadi kebiasaannya, ia tak pernah merasa takut meski ia harus berjalan sendirian ke ruangan dapur, bahkan menyusuri gelapnya lorong kamar asrama. Dan bersyukurnya ia juga tak pernah menemukan atau mengalami hal yang buruk selama ini.

Namun dari sekian malam yang ia lalui, di satu malam, Arin pertama kalinya mengalami kejadian yang pada akhirnya membuat ia trauma pergi sendiri di tengah malam. Setelah mengambil air seperti biasanya, dan saat ingin kembali ke kamar, tepat saat ia hendak mulai memasuki lorong asrama yang sangat gelap tanpa membawa penerangan sedikit pun, di sana hanya ada cahaya bulan yang masuk melalui jendela.

Arin menemukan sosok hitam berdiri di ujung lorong. Lebih tepatnya di depan kamarnya, sosok itu berdiri menghadap pintu. Arin sontak memaku, jantungnya seketika berdegup kencang. Tak terlihat jelas siapa yang berdiri di sana, serba hitam dengan rambut panjang sepunggung membuat Arin bergidik ketakutan.

Beberapa menit berdiri tak berkutik, tanpa sadar Arin menjatuhkan botol airnya hingga menimbulkan dentuman cukup keras. Hal itu, jelas kemungkinan akan menyadarkan sosok gelap di ujung sana. Arin memundurkan tubuhnya beberapa langkah, dan naasnya tiba-tiba sekujur kedua kaki Arin menjadi kaku. Gadis itu juga sengaja tak mengeluarkan suara apalagi berteriak, karena takut kalau sosok itu malah bergerak apalagi mengetahui keberadaan Arin.

Namun kembali lagi, dentuman itu ternyata membuat sosok itu tersentak. Dengan rambut yang menjuntai hampir menutupi seluruh wajah, dia bergerak perlahan, tepatnya menghadap ke arah berdirinya Arin.

Deru nafas Arin tak bisa di kontrol lagi, ia lantas memilih berlari kembali ke dapur. Segera mungkin ia menyembunyikan diri. Dengan ketakutan setengah mati, Arin menutup rapat-rapat mulutnya dengan telapak tangan. Jikalau ia berteriak, sosok itu akan lebih dulu menghampirinya ketimbang teman-teman asramanya yang tengah tertidur pulas.

Keringat dingin mulai berkucur di pelipisnya, Arin mulai mendengar langkah kaki sosok itu perlahan mendekat ke arahnya. Saat itu, Arin hanya bisa berharap ia pingsan saja daripada harus melihat makhluk mengerikan itu.

Keadaan semakin mencekam, tiba-tiba Arin mendengar suara,

“Jangan tinggalkan aku sendiri...”

Suara itu benar-benar pelan melirih, seperti hanya berbisik di jarak yang kurang dari satu meter. Mendengar itu, Arin tiba-tiba pingsan.

Asrama ini angker.

Itulah yang di simpul Arin setelah bercerita tentang kejadian semalam. Semua teman Arin mengintrogasinya karena salah satu dari mereka menemukan Arin tertidur di sudut dapur yang terhimpit oleh kulkas dan rak piring.

Arin bercerita bagaimana ia menemukan sosok hitam berambut panjang itu hingga suara mengerikan yang terdengar oleh telinganya pada malam itu. Kekeuhnya, sosok itu adalah hantu penunggu asrama yang kesepian. Itulah pendapat mutlak Arin.

The Dark DaysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang