4. Taerae

204 27 0
                                    

Cerita ini hanya kiasan dan fiksi serta tidak sepenuhnya sesuai dengan kehidupan asli sang tokoh

Jadi berbijaklah dalam membaca dan memberikan komentar, terima kasih 🙏

-----

-----

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-----

Brak! Brak!

"Taerae, kau kenapa?!" Teriak salah seorang pemuda disampingnya melihat Taerae yang tiba-tiba membanting gitar kesayangan untuk kesekian kalinya hingga patah terbelah.

Taerae kembali terdiam, pikirannya masih dilanda kekacauan hingga sekarang.

Dia sangat frustasi mengingat dirinya terus ditolak bekerja sama dengan perusahaan rekaman musik.

Padahal sudah banyak lagu yang ia ciptakan serta suaranya yang merupakan kategori bersuara emas.

Lantas mengapa para perusahaan selalu menolaknya? Sebenarnya apa yang kurang dari dirinya?

Bahkan bukan hal itu saja yang ia pikirkan sekarang.

Dirinya anak tertua dan harus menjadi penopang keluarganya. Sementara saat ini bahkan dirinya belum mendapatkan penghasilan apapun dari pekerjaan bermusiknya.

Penghasilan yang tak seberapa itu malah didapatkannya dari pekerjaan tambahan yang lain.

Ia harus bagaimana sekarang?

Impiannya sejak dulu seakan sirna ditelan oleh kenyataan dunia yang tak pernah menerima keberadaan dirinya.

Haruskah ia kembali menyerah pada mimpinya?

-----

"Taerae, selamat ulang tahun!" Ucap sang ayah kala Taerae masih berusia 8 tahun saat itu.

"Terima kasih papa!" Balas Taerae pada sang ayah dengan senyuman khasnya.

"Ini untukmu. Papa tau kau sangat menyukai ini sampai-sampai selalu mengambil punya papa diam-diam, kan?" Interogasi beliau sembari mengusak surai putranya itu membuat Taerae menyengir malu.

Hadiahnya yakni sebuah alat musik gitar akustik dengan punya Taerae saat ini berwarna coklat muda sedangkan milik sang ayah berwarna coklat tua.

Ayahnya merupakan seorang musisi. Gitarnya sudah seperti barang kewajiban yang akan selalu dibawanya kemanapun, ke rumah maupun ke studionya.

Setiap harinya selepas pulang sekolah, Taerae pasti akan selalu memainkan gitar barunya itu bersama dengan sang ayah dan bernyanyi bersama hingga beliau kembali ke studio untuk bekerja pada malam hari.

Lagu kesukaannya yang sering ia nyanyikan bersama dengan sang ayah, stranger day.

Saat-saat itu sangat menyenangkan dan hangat. Taerae begitu mengagumi sosok sang ayah yang menjadi musisi sukses, meraih impian yang diinginkannya sejak kecil.

Ia ingin mengikuti jejak sang ayah yang sangat keren baginya kala itu. Begitu polos dan jujur dengan harapan kecilnya yang begitu tulus.

Tanpa mengetahui bahwa diluar sana, dunia tak seramah bahkan mungkin sekejam yang tak terduga.

Begitulah dunia, begitulah kehidupan.

Sosok yang seharusnya akan terus menjadi sosok yang dikagumi bagi seorang Taerae kala saat muda. Sekarang ia dapat merasakan betapa menyakitkan dan pahitnya dunia yang digeluti oleh sang ayah.

Hingga membuat beliau harus mengalami hal yang tidak seharusnya ia terima. Yang seharusnya beliau dapat bahagia daripada memilih memikul beban rasa bersalah kepada yang ditinggalkannya.

Bahkan suara-suara yang terus meneriaki dan menghujat namanya kini malah tertawa puas dengan kabar tersebut dibalik sebuah ketikan tak berperasaan yang mereka berikan.

Taerae hanya bisa terdiam mematung dan tersenyum getir mendengarnya, sebab dirinya juga sedang berada di tahap yang nyaris sama dengan sang ayah.

Dan apakah hal ini bisa dikatakan sebuah keberuntungan atau justru keputusan ini membuatnya semakin lelah.

Ia berusaha bertahan, setidaknya hingga sekarang.

Tapi ia tidak tau, akan berapa lama ia bisa bertahan dari semua ini?
.
.
.
.
.
.
.
.

Papa, apa lebih baik aku kembali mengikuti jejakmu dan menemanimu disana? Terbebas dari jeratan dunia yang begitu beringas ini?

Sebab jika memang pada akhirnya aku tidak bisa meraih impian apapun, setidaknya aku ingin merasakan sebuah kebebasan, sama seperti papa.

-----

Terus melangkah di jalan ini

Aku pun menyusuri hari yang sudah berlalu

Mimpi-mimpi yang tak bisa kugapai, kini perlahan kehilangan cahayanya

Bisakah aku melepaskan kesedihan untuk sejenak saja di hari yang panjang ini?

Dengan hawa yang terasa sesak dan asing

Malam ini menekan hatiku dengan lembut

"Si tukang mengeluh, si senyum kosong"

Begitulah mereka mengenalku

Bahkan cinta dan benci, melaluiku begitu saja

Makna yang berulang-ulang menghilang dari hidupku

Hingga nyaris membuatku tertidur saat fajar

Akankah aku menemukan sedikit saja kebahagiaan itu?

- Stranger Day by Ma Eunjin

Our Life Is HopeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang