Hayoo part ini juga harus ramee ya komen nya biar bisa up lagi mwehehe.
Happy reading : D
Sorry for typo
•••••
Makan malam sudah selesai sejak beberapa waktu lalu, namun tidak seperti biasanya yang dihiasi canda tawa keluarga kecil Sehran. Hesa sempat demam akibat kejadian tadi siang yang menimpanya, sehingga di rumah mewah yang digadang-gadang kan seharga 20 miliar itu hening sejak sepulangnya mereka dari sekolah Hesa.
Saat ini bocah itu tiduran di sofa panjang depan televisi yang ada diruang tengah, plaster lukanya bahkan sekarang bersanding dengan plaster penurun panas. Bocah itu menonton tayangan kartun UpinIpin kesukaannya dalam diam.
Jihan datang dengan sebotol susu hangat di tangannya, bersama Sehran yang juga datang dari ruang kerjanya setelah menyelesaikan pekerjaannya. Keduanya saling tatap ketika duduk dikedua sisi tempat Hesa berbaring.
"Adek, ini susunya,"
"Makasyi Mami..."suaranya lirih membuat Jihan menghela nafas pelan akan hal itu.
Suhu tubuh anak itu sudah tidak lagi tinggi, hanya tersisa keringat dingin saja setelah meminum obat penurun panas beberapa jam yang lalu.
"Tadi di sekolah Hesa kenapa?"tanya Jihan sambil mengelus surai lembut bocah itu.
Hesa memilih duduk dan menyandarkan dirinya pada tubuh Sehran yang mana membuat sang ayah langsung membawanya kedalam pangkuan pria itu.
"Tadi, Alden celita kalauw Papi seling masyuk tivi, telus katana kalauw seling masyuk tivi itu pasti kalena mau dipenjala gala gala kolupsyi. Alden bilang kolupsyi itu menculi uang olang-olang sekaligus menipu juga,"terangnya pada sang Ibu.
Hal itu tentu saja membuat Sehran terdiam menatap istrinya yang terkekeh pelan.
"Jadi adek tadi nggak fokus main karena dibilangin sama Alden kalau Papi sering masuk televisi karena korupsi?"Hesa mengangguk polos membuat Sehran menghela nafas jengah. Apa ia salah karena telah memasukan Hesa di sekolah itu?
"How? Do you want me or you to explain yourself?"
Kini tubuh Hesa dibalik hingga duduk berhadapan dengannya, ditatapnya lembut netra kelam sang putra. Lihat, bahkan tatapan polos itu tak pernah bisa membuatnya marah.
"Dengar, Papi tidak mencuri uang siapapun dan tidak menipu siapapun. Papi tampil di televisi, masuk di berita-berita itu karena prestasi Papi. Karena Papi sukses dan membantu negara,"Sehran menjeda kalimat terakhirnya karena merasa sudah terlalu rumit.
"Plestasi itu apa Papi?"
"Prestasi itu pencapaian dan penghargaan,"Hesa mengangkat wajahnya untuk menatap wajah sang ayah.
"Sepelti abang Jenan dan kakak Iel juga? Plestasi yang ada di dinding kamal yang di lumah besalnya Dudu?"
"Iya, itu juga prestasi mereka,"
"Jadi Alden salah? Belalti ndak semuwa olang yan masuk tivi itu ditangkap polisi dan kolupsyi?"
"Alden tidak salah juga sayang, Alden hanya kurang tepat,"bibir mungil Hesa sibuk membentuk huruf 'o' menanggapi perkataan Jihan.
Hesa menenggelamkan wajahnya di dada bidang sang ayah, kedua tangannya mencoba memeluk tubuh kekar itu namun hanya sampai setengah tubuh Sehran saja.
"Papi~"panggil Hesa dengan suara lirih.
KAMU SEDANG MEMBACA
【 𝙃𝙚𝙨𝙖 】
Fanfiction𝐈𝐚 𝐝𝐢𝐥𝐚𝐡𝐢𝐫𝐤𝐚𝐧 𝐝𝐚𝐫𝐢 𝐫𝐚𝐡𝐢𝐦 𝐬𝐞𝐨𝐫𝐚𝐧𝐠 𝐰𝐚𝐧𝐢𝐭𝐚 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐛𝐞𝐤𝐞𝐫𝐣𝐚 𝐝𝐢 𝐜𝐥𝐮𝐛 𝐦𝐚𝐥𝐚𝐦 𝐬𝐞𝐛𝐚𝐠𝐚𝐢 𝐰𝐚𝐧𝐢𝐭𝐚 𝐩𝐞𝐧𝐠𝐡𝐢𝐛𝐮𝐫. 𝐀𝐩𝐚 𝐬𝐚𝐥𝐚𝐡 𝐣𝐢𝐤𝐚 𝐬𝐞𝐨𝐫𝐚𝐧𝐠 𝐚𝐧𝐚𝐤 𝐤𝐞𝐜𝐢𝐥 𝐦𝐞𝐧𝐠𝐡𝐚𝐫𝐚...