Aku adalah seorang remaja putri, namaku
Laura. Aku bersekolah di salah satu sekolah swasta di daerah jakarta . Banyak orang menyebutku anak perempuan yang sempurna. Karena aku dianugerahi kecantikan yang luar biasa, kepintaran yang hebat, dan keramahan yang anggun. Tapi tak kusangka, sesuatu terjadi merubah semua itu.Dulu saat aku SMP, aku disukai oleh banyak sekali lawan jenisku. Tetapi tak seorangpun aku jadikan sebagai pacarku. Sebab aku pikir SMP itu masih belum pantas pacaran. Masih terlalu kecil untuk mengenal cinta.
Kini aku SMA, dan menurutku aku telah siap berpacaran. Aku yang tetap sekolah di sekolah yang sama, masih tetap mejadi idola banyak lelaki tampan. Tapi aku tidak mau berpacaran dengan laki-laki hidung belang, yang sudah banyak aku soroti sejak SMP. Kebanyakan teman laki-lakiku hanya mencintai untuk beberapa waktu. Sedangkan waktu itu, aku mencari yang benar-benar setia kepadaku. Dan itu, sangat sulit sekali.
“Woi, ngelamun aja,” kejut Allisya temanku dari belakang. Ia adalah sahabatku yang amat baik dari aku SMP.
“Ah, parah ngagetin aja kamu ini,Allisya,” komentarku kepad Allisya karena aku paling tidak suka dikagetin pas lagi merenung. Dan kurasa Allisya tahu hal itu.
“Yah, maaf-maaf deh. Emang lagi ngapain sih? Semedi ya bu?” tanya sahabatku ini sambil makan snack yang dibawanya dari kantin.
“Ha? Semedi? Emang aku Ki Joko Pinter apa?”tanyaku balik.
“Loh terus ngapain?”
“Ya, merenunglah…” jawabku.
“Ya ampun.. laura…Laura...Apa sih yang direnungin? Bakal ketinggalan sama yang lain kamu kalo tiap istirahat kerjaannya merenung,” keluh Nia karena ia bosan melihat sahabatnya ini tukang ngelamun.
“Ya mau gimana lagi. Hobiku sejak kecil merenung itu,” kataku enteng.
“Ya ampun mang kamu gede ntar mau jadi perenung?”
“Ya enggak lah.”
“Ya udah jangan ngerenungin hidup mulu. Ntar nggk bahagia loh hidup kamu. Mending kamu kenalan tuh sama anak baru yang baru mau masuk besok.”
“Ha? Anak baru? Cowok ya? Darimana?”
“Aku denger sih dia dari sekolah swasta di Jogja, anaknya alim banget loh kayanya.”
“Yang bener ni?”
“Ya coba aja liat di ruang guru sana.”
Akupun melesat keluar ruang kelas menuju ruang guru. Aku tak peduli sekarang Allisya di kelas sendirian.
Sesampainya aku di ruang guru, aku melongok dari luar jendelanya yang cukup tinggi. Aku harus jinjit setinggi mungkin untuk melihat kedalamnya. Dan ternyata Nia berbohong. Yang kulihat dari luar hanya guru-guruku yang sudah tua. Dan tiba-tiba aku terkejut dan terjatuh karena aku terlalu jinjit.
“Ehem!” seru seorang laki-laki dibelakangku.
Aku yang terjatuhpun, melihat sesosok laki-laki tinggi, berkulit coklat, berambut tipis, dan cukup tampan menurutku. Ia memberikan tangannya kepadaku, dan aku menyambutnya. Ia menarikku bangun, dan aku merapikan diriku.
“Maaf, saya tadi telah ngintip ruang guru,” tukasku menyesal.
“Loh? Memang ada apa di dalam?” tanya laki-laki itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
kisah sepasang kekasih
JugendliteraturBASMALAH NIGISTA SA'BA EBALEND GRALIND as Laura Magdalena Michella RADEN RAKHA DANISWARA PUTRA PERMANA as Stanley Wilson Permana