Kisah lama

396 40 3
                                    

Kau tidak perlu macam macam, ingat? Aku bisa melalukan apapun, Hinata.

Notifikasi pesan paling atas yang Hinata baca di ponsel putihnya. Baru saja dikirimkan tiga menit yang lalu. Desahan kasar Hinata keluarkan, seolah semua hal tidak ada lagi yang bisa mendeskripsikan perasaannya kali ini. Bahunya menurun, ia menunduk. Seharusnya titik ini menjadi akhir dari luka yang telah Hinata alami dan memulai jalan yang lebih baik. Tapi seperti yang semua orang tahu, kenyataan tidak seindah harapan.

"Sudah selesai?"

Hinata hanya mengangguk lesu. Pikirannya sudah tidak bisa fokus pada gambar design di depannya. Dan kehadiran wanita dengan cepolan dua di depannya pun sama sekali tidak ingin digubrisnya.

Tepat sudah dua tahun, hubungan yang selalu didambakan semua orang itu hanyalah sebuah kepalsuan. Entah berapa kali Hinata menemukan pria berambut putih itu bersama wanita lain. Bahkan Hinata sendiri sudah tidak ingat kapan terakhir kali ia merasakan tersipu dan berdebar selayaknya pasangan pada umumnya. Mungkin di tahun pertama mereka menjalin hubungan? Atau pertama kali Hinata menemukan prianya bersama wanita lain? Ah-rasanya tidak pantas untuk dikatakan seperti itu. Karena Hinata rasa pria itu tidak seutuhnya menjadi miliknya.

Jadi ketika Hinata mengangkat wajahnya dan memeriksa ponselnya kembali, hanya helaan nafas panjang yang ia lakukan sebelum membereskan barang barangnya.

Sakura

Aku yakin tidak salah orang, Hinata. Bukankah dia benar kekasihmu? Aku melihatnya memasuki penginapan di Ame.

Ini sudah keberapa kali? Kau sungguh gila jika masih mempertahankannya!

Apa jangan jangan kau diancam?

HEII!!! Kau tidak membalas pesanku terus!

Amethyst-nya menatap lama jajaran design design baju yang telah dikerjakannya. Butik yang dimiliki ibunya ini tidak besar, jadi ia belum bisa dikatakan sukses. Sudah tahun keempat setelah lulus di universitas dan memutuskan untuk meneruskan butik mendiang sang ibu bersama kakak iparnya. Imajinasinya tiba tiba menjadi liar, ya-seperti biasa. Saat Hinata tertekan seperti ini otaknya tiba tiba bisa bekerja lebih cepat. Kedua bola mata dan jari jarinya bergerak serentak. Mengacak kembali alat alat gambarnya dan memulai coretan coretan halus dengan pensil.

"HEI! Tidak jadi pulang?" Tenten berkata dengan suara kerasnya.

Benar, mood dan jadwalnya jadi benar benar berantakan karena pria toxic yang dijadikannya pasangan.

....

Malam ini hujan deras, petir, dan juga angin yang berhembus kencang. Hinata tertegun di dalam mobilnya. Seharusnya ia ketakutan setengah mati, tapi tidak dengan kali ini. Foto foto yang baru diterimanya jauh lebih menakutkan.

Toneri

Aku bisa menyebarkannya kapanpun


Itu bukan tubuhku, Toneri.


Mereka tidak akan peduli apa itu tubuhmu atau bukan? Kau lupa? Aku adalah seorang selebriti, dan saat kabar ini keluar fansku akan tetap membelaku bukan? Lantas, apa kau bisa menjamin dengan butik kecilmu itu?


Kau gila


Jadi kau masih ingin mengakhirinya?

Untuk beberapa lama Hinata termenung, di tengah hujan deras tanpa ada rasa dingin dan takut.

Haruskah sekarang?

Pertanyaan itu terus berulang di kepalanya. Bukan sekali atau dua kali ia mendapat ancaman seperti ini. Dan bukti yang dikirimkan pun itu benar benar bukan tubuhnya. Hinata bahkan tidak pernah tidur bersama jadi bagaimana bisa Toneri menyebarkan foto foto seolah mereka sedang berhubungan.

Jari jemari lentiknya mengerat pada setir mobil sesaat hingga akhirnya ia memutuskan untuk mengambil ponselnya meminta pertolongan.

"Neji-nii bisakah kau menolongku?"

CLOSER | SHIKAHINATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang