Ironi

164 38 9
                                    

Saat ini jam di pergelangan tangannya sudah menunjuk pukul satu dini hari. Matanya melirik raga yang masih sibuk berbincang di telepon. Posisi sofa yang didudukinya memiliki pemandangan yang pas untuk melihat bagaimana cantiknya pemandangan kota ini, ya sudah tertebak untuk penthouse dengan harga yang fantastis tidak akan mengecewakan.

Shikamaru menyandarkan tubuhnya pada sofa. Bersamaan dengan Temari yang mengakhiri obrolannya bersama sang manager. "Aku tidak habis pikir kau benar benar tidak main main dengan ucapanmu waktu itu, delapan tahun huh?!" cibir Temari sembari mendudukan dirinya tepat di sebelah sang kekasih.

Tangan mungil dengan kuku yang begitu cantik mulai melingkar di pinggang Shikamaru. Kepalanya pun bersandar dengan nyaman di dada sang pria menyalurkan rasa rindunya.

Temari mulai merasakan kehangatan dari Shikamaru, sebab tangan berurat pria itu juga mengelus dan sesekali mengurut pinggangnya.

"Kau lelah?" Pertanyaan itu bukan sekedar basa basi, mengingat mereka sudah mengenal begitu lama. Rasa peduli dan perhatian sudah menjadi hal yang paling utama dan mungkin bisa dikatakan salah satu hal yang membuat keduanya saling bertahan.

Wanita yang masih setia bersandar itu mengangguk, menampakan kelelahannya karena baru selesai syuting belum lagi diskusi dadakan yang membuat kepala Temari berdenyut nyeri.

"Sudah lama sekali kita tidak seperti ini, aku benar benar merindukanmu." Temari menatap sendu Shikamaru setelah berucap seperti itu, berharap mendapat balasan ciuman atau sekedar kecupan singkat di bibirnya dari sang pria.

Iya, tatapan mereka saling bertemu. Tapi yang Temari rasakan hanya sebuah tatapan dingin yang tidak Temari kenali sama sekali. Hingga Temari mengangkat kepalanya memberikan kecupan singkat di pipi kanan Shikamaru. Tapi justru yang ia dapatkan hanyalah sebuah kecupan dingin di pucuk kepalanya, meskipun Shikamaru mengeratkan dekapannya tapi itu semakin membuat gelanyar aneh di dadanya.

"Soal ayahmu, aku terakhir mengantarnya untuk check up dan.."

"Sudah tidak usah dibahas. Buktinya ayah sekarang sudah baik baik saja."

"Maaf, seharusnya aku bisa meluangkan waktu lebih banyak untuk mengecek keadaan ayah. Aku benar benar menyesal" ucapnya sendu.

Shikamaru menghela nafasnya. "Aku paham, jangan terlalu dipikirkan. Lagian kau punya pekerjaan yang memang tidak bisa ditinggalkan begitu saja bukan?" Temari semakin mengeratkan pelukannya seolah mengatakan penyesalan terbesarnya. Dan Shikamaru hanya membalas seadanya.

Banyak sekali obrolan ringan yang mereka utarakan. Tidak, bisa dibilang hanya Temari yang lebih sering menceritakan lebih dulu kegiatan kegiatannya yang dilalui selama ini tanpa Shikamaru. Shikamaru mendengarkan, tapi sorot matanya mengarah pada jajaran parfum milik Temari dimana beberapanya adalah parfum milik pria. Oh, jelas Shikamaru sudah tahu pemilik parfum itu. Ia bukanlah orang bodoh yang bisa ditipu begitu saja. Apalagi ia sebelumnya sudah melihat satu kotak yang di sembunyikan Temari dibawah jajaran bajunya dan itu bukanlah kumpulan baju baju wanita.

Senyum kecil terbit dari wajahnya "parfummu banyak sekali" sindir Shikamaru.

Temari sontak bangkit dari sandarannya "ahh-itu"

"....semua tidak hanya milikku, beberapa milik temanku. Kau tahu kebanyakan aktris tidak punya banyak waktu untuk pulang jadi mereka banyak menginap disini." Jelas Temari

"Kau tidak perlu terbangun seperti itu hanya untuk menjelaskan parfum saja, Temari." Mendengar ucapan Shikamaru, Temari merutuki dirinya. Aktris macam apa yang tidak bisa mengatur situasi.

"Kau tidak mikir yang lain-lainkan?"

Shikamaru berdecih "kau menyepelekanku? Itu hanya parfum bukan?"

Mata Shikamaru tak sengaja menatap keraguan pada mimik wajah lawan bicaranya kali ini. Tangannya kembali menarik tubuh mungil itu untuk kembali bersandar. Setelah ini mungkin Shikamaru perlu untuk menertawakan dirinya sendiri. Aktingnya cukup bagus bukan untuk debut menjadi aktor?

Mungkin alasannya sudah jelas mengapa Shikamaru tampak tidak bereaksi apa apa. Padahal sejak menyambutnya datang ke apartement, Temari menggunakan pakaian yang tipis dan seharusnya itu cukup untuk membangunkan gairahnya. Belum lagi, sentuhan fisik yang Temari berikan. Tapi semua itu hanyalah sebuah angin lewat baginya. Rasa rindu yang ada hanyalah sebatas rindu biasa. Tidak seperti pasangan pada umumnya. Seharunya ia sudah terbiasa dengan hal ini, tapi tidak. Sisi lain Shikamaru masih merasakan amarah ketika melihat dengan jelas kelicikan yang dilakukan sosok yang paling dipercayainya.

"Tidurlah di tempat tidurmu Temari. Bukankah kau lelah?" Temari semakin mengeratkan pelukannya. Kali ini, Temari benar benar merutuki kebodohannya.

.....

"Pura pura bodoh adalah hal yang menyenangkan" Shikamaru berdecak mendengar ucapan sarkas dari pria berisik di sebelahnya, membuang puntung rokoknya keras. Langit bahkan masih bersih pagi ini tapi pria berambut nanas itu sudah mengotorinya.

Sudah dua batang rokok ia habiskan, tapi sepertinya Shikamaru tidak berniat berhenti di rokok keduanya. "Sepertinya kau benar benar harus cepat menikah, Shikamaru. Wajahmu seperti gelandangan di ujung jalan"

"Diamlah Naruto!" Pria berambut kuning itu hanya tertawa keras. Lelucon paling lucu memang menertawakan kisah teman lamanya yang baru saja ia temui setelah sekian lama melarikan diri.

"Aku pikir aku manusia paling bodoh karena semua orang mengatakan itu. Tapi setidaknya, aku tidak bodoh karena wanita." Shikamaru melirik tajam, membalas perkataan Naruto pun sama sekali tidak ada gunanya.

"Jadi kau datang hanya untuk berbicara omong kosong?"

"Wow! Wow! Santai"

"Aku kesini karena membutuhkan bantuanmu. Ya anggap saja aku tidak tahu malu"

Naruto menyandarkan tubuhnya pada kap mobil yang baru ditumpanginya "sebenarnya agak rumit dan aku tidak tahu harus menceritakannya darimana, tapi ada yang meminta bantuanmu sebagai seorang hacker?"

"Aku sudah lama tidak melakukan itu" Ucap Shikamaru.

"Aku tahu! Aku tahu! Tapi sepertinya kali ini kau harus membantunya!"

"Pacarmu?"

Naruto menggeleng keras "ituuu.."

"Adik Neji"

"Putri bungsu hyuga."

Shikamaru menoleh mendengar nama yang tidak asing di telinganya. "Ahh pemilik rumah sakit itu?"

Naruto mengangguk keras. "kali ini kau harus membantu, karena aku rasa jika berhasil kau banyak mendapat peluang yang besar bukan?"

...

Haiiiiii

Pagi pagi buta emang enaknya updatee wkkkkk!!

Karena tahun ini aku sudah 22 thn jadi legal kan nulis yang sedikit lebih dewasa yaaa?? Atau maunya banyak??? Hahahahhahah

Aku berterima kasih karena setelah berhenti cukup lama tapi masih mendapatkan respon yang cukup baik dari teman teman semuanya. Jadi semoga suka sama ceritanya.

Dan tunggu chapter selanjutnya yaaa!!!

Jangan lupa vote dan komen!!!

CLOSER | SHIKAHINATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang