Bruk!! Maryam merebahkan tubuhnya di kasur. Kepalanya terlalu penat sampai-sampai ia tak sanggup melanjutkan perkuliahan hari ini. Ternyata kehidupan di luar pondok keras sekali. Gumamnya dalam hati.
Gosip yang santer beredar di seantero kampus semakin membuatnya tidak tahan. Entah, setan apa yg merasuki mulut mereka sampai bisa mengatai Maryam ada main dengan Jayanti, yang jelas-jelas sesama perempuan. Tjuh! Naudzubillah.. Membayangkan saja tidak sanggup.Apa yang salah memangnya dengan tidak punya pacar, bahagia bersama sahabat yang memang satu-satunya Maryam punya. Padahal mereka pun biasa saja. Tidak pernah berlaku aneh apalagi mesum di kampus. Maryam lulusan pondok, Jayanti anak kiai. Mereka sama sama tahu hukumnya berhubungan sesama jenis. Tapi mengapa.. Di luaran sana orang orang memandang persahabatan mereka aneh dan terlihat risih. Ingin rasanya Maryam pulang ke Jogja, kembali ke pondok dan mengabdi pada nyai ageng. Tapi... Rasanya sungkan, selama ini dia sudah terlalu banyak merepotkan keluarga terpandang di seantero Jogja itu.
Drrt drrrt drrrt..
"Kuliah!!"
"Males. Titip absen boleh gak?"
"Gak boleh. Dosa!!"
"Yauda biarin bolos aja kalo gitu"Drrt. Handphone dimatikan. Maryam kembali membenamkan wajahnya di bantal sambil terus merenung dan merutuki nasibnya yang mendadak sial ini.
Kriiiiiiiiiing. Alarm wisma berbunyi. 5 menit menjelang adzan magrib, Maryam masih terjaga. Saking penatnya dia sampai ketiduran. Bisa kena marah teteh teteh kalau dia ketahuan bolos kuliah tanpa sebab.
"MasyaAllah... Setidaknya masih ada yang bisa membuatku bersyukur di dunia ini. Bisa melihat pemandangan sunset hampir setiap hari. Ah biar saja mereka berpikiran macam2. Toh nyatanya aku tidak begitu. Teuku.. Seandainya saja keberadanmu nyata."
Adzan magrib berkumandang. membuyarkan lamunan Maryam akan sosok masa remaja yang selalu membuatnya gusar. Bergegas ia ke kamar mandi untuk berwudhu. Kekalutan lagi lagi membuatnya malas untuk mandi. Dasar jorok!
***
Pukul 9 malam. Lepas solat isya, maryam masih berusaha muroja'ah hafalannya kembali dengan sekuat tenaga. Walaupun hanya satu dua ayat yang berhasil ia hafalkan malam ini. Sekarang dia tahu, mengapa Teuku memilih pergi ke hutan. Tanpa membawa ponselnya yang memang sudah butut itu.
"Kehidupan dunia ini begitu menggoda dan tentu saja fana. Saya takut, hafalan saya tidak akan sampai" . Begitu katanya 5 tahun lalu sebelum memutuskan pergi entah ke negeri antah berantah.
Tok tok tok. Suara ketukan pintu kamar lagi lagi membuyarkan lamunan Maryam akan pria di masa lalunya.
"Siapa ?"
"Jayanti!"Astaghfirullah.. Maryam lupa mematikan HP sejak asar. Pasti habis dia dimarahin sahabat satu-satunya itu.
"Kurang lama buka pintunya"
"Maaf. Lagi ngafalin. Ayo masuk.. "
"Nih... Pasti lupa makan" Jayanti menyodorkan kresek berisi nasi bungkus, lengkap dengan lauk pauknya.
"Hee iyaa tau aja lagi pengen makan bebek"
"Kamu ngafalin atau mikirin Teuku ?"
"Dua duanya. Eh astaghfirullah.
Udah ayo masuk nanti kedengeran teteh teteh ."Lalu dua perempuan berhijab syari itupun masuk ke dalam kamar. Semula mereka masih saling menggerutu. Lama lama termenung lagi lagi merutuki nasib sial yang menderanya.
"Kalo kata abahku. Dunyo iki wis gendeng. Arek jilbaban isone diomong pacaran"
"Aisssh apo dio lah budak sikok ni, dah tau pulak kawannya tak paham bahasa jawa"
"Yo iki Mar.. Dunyo wis edan. Kita ini kan gak pacaran. Coba aja aku nurut abahku mungkin sudah jadi nyai agengnya Jombang".Lalu.. Keduanya pun saling tertawa. Berusaha menutupi kekecewaan mereka pada kejamnya dunia luar pesantren.
***
Kriiiiiiiiiiiiing. Alarm menjelang subuh kembali berbunyi. Lagi lagi Maryam masih terjaga dengan guling kesayangannya itu. Hampir saja ia lewat jamaah bila tak dibangunkan Jayanti yang memutuskan menginap karena merenungi nasib sampai terlalu larut semalam.
"Mar.. Mar.. Tangi! Subuhan"
"Isssh apo dio kau ni tak paham aku"
"Tangi.... Subuh! "
"Astagfirullah.. Matilah aku kalau sampai terlambat."
"Yo wis ndang wudhu. Aku lagi em.."
"Em?" Tanya Maryam sambil menggaruk kepalanya yang tak gatal.
"Menstruasi Maryaaaam"Buru-buru Maryam ke kamar mandi. Membasuh muka lalu berwudhu dan bergegas menuju masjid. Meninggalkan Jayanti yang masih terjaga dalam mimpinya dengan sedikit mendengkur, membuat Maryam tak nyenyak tidur semalam.
****
Lepas sholat subuh, Maryam kembali melanjutkan murojaah. Sementara Jayanti melanjutkan tidurnya. Ini hari sabtu. Tak ada jadwal perkuliahan di kelas mereka. Jayanti lagi mode hemat, jadi tidak pulang ke Jombang. Maryam.. Sebenarnya ingin melihat sunrise di pantai. Tapi kalau sendiri rasanya aneh. Jadi ia putuskan hanya menikmatinya lewat loteng wisma ditemani secangkir cokelat panas dan buku karya Pak Cik Andrea Hirata berjudul Maryamah Karpov.Setelah hampir satu tahun dibiarkan ngamprak di lemari, akhirnya buku itu tersentuh juga. Awalnya Maryam membeli karena tertarik pada judul bukunya yang mirip seperti namanya. Tapi setelah dibaca beberapa lembar ternyata ceritanya menarik juga. Membuatnya berkhayal jika mungkin, Teuku pun saat ini sedang mencarinya ke seantero Lahat atau daerah sumatera lainnya. Walaupun ia tahu, hal itu mustahil terjadi. Teuku dan Maryam bak langit dan bumi. Teuku seorang hafizhullah, calon pemangku pesantren terbesar di Sumatera. Setelah menyelesaikan hafalannya di Indonesia kelak, Teuku akan melanjutkan studi ke Turkey. Saat pulang nanti, abahnya pun pasti sudah menyiapkan putri-putri kiai terbaik untuk bakal mantunya. Sedangkan Maryam, hanya santri mogol yang sekarang nyaris terjerembab ke dunia hitam. Jauh dari kata shaliha.
KAMU SEDANG MEMBACA
Almamater Biru
Short StoryMasa perkuliahan tak akan kalah menarik dari masa putih abu. Terlebih, bagi Maryam yang selama ini terkungkung di dalam pesantren yang letaknya pun jauh dari hiruk pikuk keramaian kota. Bak camar keluar dari sangkar, Maryam seolah menemukan dunia ba...