Di tengah malam yang sunyi di sebuah rumah kosong terdengar suara jeritan keras. Konon memang bangunan tua itu memiliki cerita mistis dan bagi para pendengar cerita itu akan ketakutan,
dengan penuh keberanian Bagas melewati rumah itu, dengan mengambil langkah seribu.Di tengah pelariannya ia sempat menoleh ke rumah itu, Bagas sangat terkejut dengan apa yang dia lihat. Pria berusia enam belas tahun tersebut melihat sosok wanita yang sedang duduk di depan rumah kosong itu.
"Laahaula walaa kuwwata illaa billah" itulah yang ia baca sembari berlari.
Keesokan harinya, di kelas Bagas sedang menyendiri dan tak sengaja mendengar peristiwa aneh yang sering terjadi belakangan ini. Tidak lain dan tidak bukan, keseraman yang kemarin dia rasakan sendiri.
Karena penasaran ia pun ikut nimbrung dalam percakapan itu.
"Hei ..., kalian sedang membicarakan apa?" tanya Bagas penasaran.
"Gas, kamu tau nggak tentang rumah kosong yang ada di dekat jembatan itu?" tanya Ila penasaran.
Mendengar hal itu, Bagas menelan ludah seraya berkata, "e-emang kenapa?"
"Kamu tidak tau?" tanya Ila lalu dijawab oleh Bagas dengan anggukan.
"Di rumah itu pagi tadi di temukan organ manusia yang terpisah-pisah," jelas Ila yang
membuat Bagas mendadak mual.Bagas mengingat kejadian yang dia alami malam tadi. "Wuek ...," pria malang itu berusaha menahan makanan yang dimakan tadi pagi agar tidak keluar.
"Gas, kamu kenapa?" tanya gadis berusia lima belas tahun itu.
Bagas hanya menggeleng lantas duduk di samping Ila dan menceritakan apa yang terjadi kemarin.
....
"Apa? Kamu mendengar suara jeritan dalam rumah itu?!" tanya Ila penuh penekanan dengan ketakutan.
"Gas, yang teriak itu laki-laki atau perempuan?" tanya Gissel yang sedari tadi menyimak percakapan Bagas dan Ila.
"Perempuan, sih ...," jawab Bagas.
Gissel memegang bahu Bagas, "hari ini, di sekitar rumah itu di temukan kepala seorang perempuan yang berambut panjang, dan di depan halaman belakang bagian organ tubuh wanita itu berserakan."
Hal itu membuat Bagas kembali merinding. "Nggak usah di terusin." timpalnya di tengah ketakutan yang dia sembunyikan.
Di tengah pembicaraan mereka bertiga, Gissel merasa heran entah sejak kapan suasana ruang kelas yang tadi ramai kini menjadi sunyi senyap.
Mereke bertiga dalam kebingungan dan bertanya-tanya di mana perginya teman-teman yang lainnya? Dengan penuh penasaran pria berperawakan seratus enam puluh sembilan sentimeter itu melangkahkan kakinya ke depan kelas.
Langkah Bagas tiba-tiba terhenti setelah mendengar suara pintu yang tertutup sangat kencang dari arah belakang, sehingga membuatnya terpisah dengan kedua temannya sekaligus membuat pria itu terkejut. Tidak terkecuali dengan Ila dan Gissel yang masih duduk di bangku belajar.
Brak!
Dengan spontan tubuh Bagas berlari karena kaget. Sementara itu Gissel Dan Ila segera melangkah menuju pintu dengan penuh kepanikan dan berusaha mendobraknya dengan kuat.
"Bagas, buka!" teriak Ila dan Gissel sembari menggedor-gedor pintu dengan tangannya.
"Tenang saja, kalian tunggu di situ, aku akan mencoba mendobrak pintunya." pinta Bagas sembari mengambil ancang-ancang.
Bruk!
"Sial! Nggak bisa kebuka." Bagas memegang bahunya yang sakit. "Tunggu ... jangan panik!" lanjut Bagas sembari berlari ke ruang peralatan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Poppo (Telah Terbit)
HorrorPoppo adalah jenis makhluk jadi-jadian yang berasal dari pulau sulawesi. Pada zaman penjajahan, orang terdahulu menjadi poppo karena ingin bertahan hidup dan ingin hidup abadi. Konon katanya, poppo masih ada sampai sekarang.