Hai haii haiii🎃
Jangan lupa isi kolom komentar, dengan komentar kalian tentang chapter ini yaaa🎀🎀🎀
Happy reading
Hari ini Aksa tidak pulang dengan Nara. Dia masih nongkrong diwarung depan sekolahnya, dengan Deka, Haekal, Fajar, dan satu temannya dari kelas yang berbeda namun satu kelas dengan Fajar. Cowok itu bernama Janendra, biasa dipanggil Nendra.
Didepan mereka ada sajian es teh, gorengan, dan nasi pecel. Siang-siang begini memang paling nikmat, makan nasi pecel dengan lauk gorengan terus minumnya es teh.
Saat mereka tengah asik menikmati makanan mereka, deruman beberapa motor besar menggema. Mereka pun sontak menoleh, mendapati dua motor dengan empat penumpang, tiga laki-laki dan satu perempuan. Terlihat jelas mereka memakai seragam, dan tidak memakai embel-embel jaket untuk menutupi identitas sekolahnya.
"Cuma motor dua aja berisik banget, busett" ujar Deka sembari mendelik tak suka.
"Motor hasil nendang meja aja belagu."
"Kaya.. anak sebelah, bukan?" Fajar menyahut, menyebut murid sekolah lain.
"Iya, seragam Goldies." Aksa ikut menimbrung, sepertinya tongkrongan mereka bakal membicarakan orang lain sebentar lagi, alias... Ghibah.
"Itu mereka udah kayak preman, suka bikin onar sana sini, merajalela." kata Janendra dengan wajah penuh kekesalan.
"Nendra? Demi apa, lo kok tau?" Deka dengan wajah pura-pura terkejutnya membekap mulutnya sendiri dengan dramatis. Pasalnya, temannya yang ini tipe orang yang gak peduli sekitar, mau ada tawuran, gosip terbaru, primadona sekolah lagi ngadain sayembara, dia mah tidak peduli, lebih parah dari Aksa.
"Gue pernah di kira salah satu dari mereka, hampir diamuk warga." Ucap Nendra ketus, kesal karena mengingat bahwa dirinya hampir saja babak belur karena warga.
"Terus gimana, lo aman?" Aksa tampak tertarik dengan topik mereka. Dia menggeser tempat lebih dekat dengan Janendra tapi menjauh dari Deka, sebenarnya ini juga akal-akalannya saja agar jauh dari cowok itu.
Sedangkan Deka sendiri tidak sadar, dia hanya diam dan fokus mendengar dialog teman-temannya.
"Gue lari."
Aksa sedikit faham, tapi --juga sedikit tidak. Menggelengkan kepalanya, dia mengajukan pertanyaan yang dari tadi terus mengitari kepalanya.
"Apa bener, mereka.. suka cewek?" Aksa berucap ragu sekaligus malu, ini sedikit konten sensitif tapi dia penasaran.
"Maksut lo mereka gay gitu? Pertanyaan lo apaan banget, bro!" Fajar tergelak, ada-ada saja.
"Ekhemm, maksut gue macem-macemin cewek-cewek"
"Gue dengar-dengar gitu. Iming-iming jadiin pacar, padahal mau di grepe-grepe!" Fajar menghembuskan nafas kasar. Merasa kesal dan jengkel dengan manusia tidak bermoral seperti mereka. Memanfaatkan perasaan perempuan hanya untuk memuaskan nafsu bejat mereka.
Mendengar jawaban dari Fajar, Aksa terdiam. Tiba-tiba Nara melintas di benaknya, Nara dengan mata indahnya tengah tersenyum padanya.
Nara.
Aksa jadi panik sendiri, apalagi dia tidak pulang bersama Nara. Seketika pikiran buruk menghantuinya, dengan segera Aksa merogoh hp disaku celananya dan menelepon Nara. Dia sedikit menjauh dari teman-temannya agar tidak mengganggu satu sama lain.
"Nara?" Aksa langsung menyerobot saat panggilan terhubung.
"Kenapa?"
"Lo udah di rumah?"

KAMU SEDANG MEMBACA
Problematic School
Teen Fiction‼️WARNING‼️ Tentang bagaimana anak-anak Garuda High School menghadapi pergaulan bebas disekolahnya. Mulai dari tawuran, narkoba, pregnant before married, violence of sexuality, dll. All pics inspired by pins ©akuiqi | 2023 16/4