Cahaya

49 4 1
                                    

Alunan suara burung gagak disertai semilir angin malam bertiup dengan kencang, bayangan itu mengikuti sang pemilik raga dan berjalan cepat. Malam Jumat Kliwon dimana setiap kali dia telat pulang selalu saja suara-suara aneh mengikuti belum lagi bisikan penuh tekanan membuat dia merasa jika keramaian ternyata hanya sebuah tipuan belaka.

Namanya Rani-- sejak kali pertama dia bisa melihat dunia yang tidak semua orang bisa menatapnya dengan mata biasa, lebih tepatnya hantu-hantu yang setiap hari selalu saja ingin memangsa dan mengajaknya untuk pergi dari dunia.

Terkadang pandangan aneh dan ribuan hinaan selalu saja datang menghampirinya, genap sudah lima tahun yang lalu saat sosok perempuan berambut panjang yang selalu menempel di jam dinding kamarnya datang mengetuk jendela namun ternyata bukan dari arah jendela ketukkan itu berasal dari jam dinding yang dibelikan temannya, jam dinding petaka yang membunuh orang-orang terdekatnya. Sejak hari itu dia merasa bahwa dunia dan makhluk tak kasat mata sangat dekat.

"Rani...Rani...Ran...RANI!" Panggilan terakhir itu menyadarkan Rani jika itu bukan manusia tetapi makhluk dunia lain yang mengingkan darahnya.

Air hujan ikut turun menemani langkah kaki Rani yang cepat, dia melihat aliran hujan itu berubah menjadi aliran darah dan seketika darah itu semakin kencang menutupi wajah dan pandangan matanya.

"PERGI!"teriak Rani sambil menangis, mahkluk besar dengan bulu tebal menutupi tubuhnya gambaran perempuan berambut panjang yang sudah berubah menjadi makhluk berbulu menakutkan, semakin dekat dan dalam hitungan beberapa detik mahkluk itu mengeluarkan suara menghempaskan tubuh Rani mengenai batang pohon. Setelah itu hanya kegelapan yang menghantui Rani, darah yang mengalir disekitar wajahnya membuat kesadarannya ikut menghilang.

***

Sinar mentari pagi memasuki barisan ventilasi seperti mengajak sang pemilik mimpi untuk berbenah dan terbaik dari tidurnya, sudah beberapa kali pendengaran Rani seperti bersahutan. Sekarang dia tidak lagi berada di hutan tetapi di sebuah rumah besar dengan berbagai perabotan yang lengkap. Entah kenapa rumah ini memang mewah tetapi ada banyak energi luar biasa yang menarik Rani untuk ikut bermain bersama mereka.

Kepala Rani masih sangat pusing, ingatannya kembali kepada suasana mencekam yang dialaminya malam itu, ternyata dia masih sangat takut untuk kembali lagi, setahunya makhluk menakutkan itu bernama 'Gocar' dimana dulu sering kali mamanya berpesan untuk tidak keluar malam terlebih jika itu malam Jumat Kliwon karena Gocar tidak akan segan untuk membunuh dan memangsa darah.

Awalnya, Rani tidak percaya Gocar memang ada, karena setiap kali dia melihat makhluk halus semuanya sama saja, mengerikan dan hanya ingin mengincar darah serta nyawa.

Ketukan pintu menyadarkan Rani ada banyak orang yang masuk, mereka memakai baju seragam Kuning, jika dilihat ada enam orang masuk dengan senyuman.

"Halo, kami dari tim relawan yang bertugas malam tadi, eits kamu harus tau ini bukan sembarang Relawan tetapi relawan pembasmi hantu. nama saya Jila," jelas salah satu perempuan berkaca mata sambil memberikan senyum serta mengecek keadaan Rani dengan memegang tangannya.

Seketika Rani tertegun mendengar penjelasan itu. Sejak kapan ada relawan pembasmi hantu, dia kira itu hanya khanyalan yang disebutkan perempuan berkacamata itu saja tetapi ternyata di dalam ruangan itu ada banyak alat penangkal hantu.

"Bener Kak, kita semua ditugaskan untuk menangkap hantu, serta balas dendam sama orang-orang yang kelakuannya kaya setan," balas Yakup seorang laki-laki berperawakan tinggi yang juga memiliki lesung pipi di bagian kirinya.

Rani bisa tahu nama-nama mereka dari name tag hitam yang terukir di bagian baju mereka. Rani masih diam saja menyimak mereka semua bersuara seolah energinya masih habis untuk sekadar menjawab. Rasa takutnya masih menghantui, jika saja bisa mengeluarkan seluruh pertanyaanya dia ingin banyak sekali bertanya.

"Aku Rawon, Kak. Jadi tadi malam kita berhasil menangkap Gocar, karena udah banyak banget yang kena hal buruk kalo ketemu hantu satu itu," omel Rawon sosok laki-laki tinggi yang juga memakai kacamata dengan rambut keriting yang membuat dia seperti bayi di dalam kelompok itu.

Sisanya Ada Lara, Gea, dan Fian. Ketiganya masih fokus dengan luka yang dialami Rani, karena menangkap hantu Gocar tidak semudah yang dibayangkan tentu saja banyak hal dan kejadian yang sudah mereka lalui.

Tiba-tiba dari arah jendela ada sebuah bayangan hitam yang sangat menyilaukan, dari atas dapat terlihat sosok pocong dengan dipenuhi darah sedang berdiri di balik batang pisang sambil menganggukkan kepalanya, wajah yang hancur membuat siapa saja yang melihatnya akan lari ketakutan.

Fian yang dekat sekali dengan Jendela segera mengambil Guci yang ada di sekitaran kamar dan melemparkannya ke arah pocong tersebut sebuah peloton tajam seperti ingin mengeluarkan mata dari pocong itu membuat bulu kuduk Fian merinding.

"Seperti biasa lagi-lagi hantu pocong yang sering sekali meneror," jawab Lara yang melihat kerut kebingungan dari Rani.

"Kenapa banyak sekali hantu menyeramkan?" tanya Rani akhirnya dengan tangan yang menggenggam erat sprai putih di kasur panjang tempat dia tidur sekarang.

"Karena mereka haus akan darah," timpal Fian lagi yang melihat pocong itu sudah menghilang.

Tidak lama salah satu handphone dari saku celana Jila berbunyi, nada panggilan dari salah satu orang yang memerlukan bantuan.

Jila segera menatap ke pada sorot mata penuh pengharapan dari ke-lima temannya, untuk hari ini.

"Ada mayat baru yang ditemukan," ungkap Jika setelah mendengarkan suara laporan di seberang telepon.

***

Wajah penuh darah yang menetes hingga sekujur mayat perempuan itu, bekas daging busuk yang mengeluarkan nanah serta belatung bergantian keluar. Keheningan terjadi tatkala Jila, Yakup, Fian, Rawon, Para, Gea, tidak ketinggalan Rani yang memaksa untuk ikut dengan mereka untuk melihat langsung ke TKP.

Namun, ketika mereka sedang memperhatikan bagian luka mayat tersebut dengan seksama. Tangan Yakup terasa di genggam dan siapa sangka genggaman itu berasal dari mayat yang sedang terbaring, dengan seringai tajamnya dia menarik tangan Yakup dan membantingnya hingga Yakup dapat terpental mengenai besi rumah bekas itu.

Yang lainnya masih sangat terkejut dengan kejadian itu. Mayat perempuan itu menghujam mereka dengan tatapan berapi serta mengikat mereka dengan laser api panas yang mengelilingi keempatnya. Wajah penuh darah dan belatung itu menampilkan deretan gigi tajam serta air liur yang terus saja menetes dari mulutnya.

Suara berat yang sangat mengerikan itu manyapa mereka, "Darah aroma melati yang aku cari."

"Iblis kuyang yang sedang menyamar," ungkap Jila yang baru sadar Jila telepon yang memberikannya informasi bukanlah manusia sungguhan tetapi jin yang sedang menyamar.

Yakup sudah jatuh di tanah sambil menahan sakit. Sekarang mereka bertujuh dikurung dalam bola api yang melingkar, sedang setan yang sangat mengerikan itu mencoba untuk terus menyakiti mereka dengan mencekik satu persatu dari Jila hingga Rani. Tatapan bengis dari Setan perempuan itu sangat tajam sekali saja mereka lengah maka akan mengikuti apa yang dikatakan perempuan itu.

~Bersambung~





Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 07, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Kisah BerdarahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang