✶ "Aku bukanlah seorang Putri yang seperti kalian bayangkan. Aku hanyalah aku, seorang Putri yang tak tau tujuan hidupku apa.."❇❇❇
"Putri Enne, mengapa kau melamun di jendela?! Turun dari sana Putri, nanti kau terjatuh!" Seorang wanita tiba - tiba masuk dan berjalan dengan cepat menarik tangan Putri Enne sebelum terjadi sesuatu kepada Putri Rajanya ini. Wajahnya menatap Enne dengan khawatir, terlihat dari beberapa kerutan di wajahnya."Oh ayolah Melda.. aku hanya ingin menikmati hembusan angin pagi hari, rasanya sejuk sekali! Apa kau mau mencobanya?"
Putri Enne mendorong Pelayannya menuju jendela sampai ia membungkuk. Putri Enne memasang wajah tanpa dosanya ke arah Melda. Sebenarnya Enne tidak menganggap Melda pelayannya, dia lebih menganggap Melda temannya sendiri. Bahkan perbedaan umur Melda dan Enne pun tidak jauh. Tetapi perbedaan kasta membuat mereka terlihat sangat jauh di mata semua orang.
"P-putri, aku tidak mau. Tolong lepaskan aku!"
"Ah maaf Melda.. apa aku membuatmu ketakutan?" Putri Enne terkejut atas pernyataan Melda lalu segera ia tarik tangannya yang tadi memegang badan Melda untuk membantunya tidak jatuh. "Ma-maafkan aku Melda.. aku pikir kau akan suka, aku tidak bermaksud seperti itu" Putri Enne memeluk erat temannya itu.
"Menakutkan sekali Tuan Putri ini.. untung dia temanku" Pikir Melda ia menghembuskan nafas pelan sembari mengelus surai lembut milik Enne, matanya menunduk menatap Enne yang sedang menunduk juga.
"Tidak apa - apa Putri. Aku mengerti." Melda menangkup wajah Enne. Ia sedikut terkejut karena tiba - tiba Putri Enne menangis. "Putri? Apa kau baik - baik saja?"
"Y-ya! Aku hanya takut kau menjauhiku, Melda."
"Itu tidak mungkin! Hapus air matamu putri, kau terlihat jelek ketika menangis"
"Ah melda, Kau tidak pernah serius!"
"Hahaha. Oh iya putri? Kau ingatkan nanti malam kau akan bertemu dengan Pangeran dari Kerajaan Kendlard untuk makan malam. Apa kau sudah siap?"
"Entahlah Mel, apa kau tidak bisa menggantikanku? Aku ingin menghabiskan semalaman untuk membaca Novel ku.."
"Bagaimana bisa begitu?! Mukamu dan aku saja berbeda, dasar!"
"Hehe.. kau tidak boleh seperti itu dengan Tuan Putri mu sendiri Mel"
"Tidak akan jika ia tidak menjengkelkan!"
"Baiklah teman baikku, karena nanti malam aku akan bertemu seorang Pangeran yang Katanya tampan maka tolong bantu aku untuk bersiap - siap ya?" Ucap Putri Enne sambil menekan kata 'Katanya' dan tersenyum cerah ke arah Melda.
"Baiklah Tuan Putriku, hamba akan membantu Anda untuk bersiap - siap dengan cepat, kilat, dan lugas" Melda menanggapi sembari membungkukkan badan sedikit memberi hormat kepada Enne seolah mereka akan melakukan hal yang sangat resmi. Dan berakhir mereka tertawa terbahak - bahak berdua.
Tidak ada yang tau apa yang mereka tertawakan setelahnya. Orang - orang diluar kamar Putri Enne pun terheran - heran terhadap kelakuan dua remaja perempuan yang ada di dalam sana.
❇❇❇
Putri Enne berjalan sembari melompat - lompat kecil dilorong istana. Mulutnya tak berhenti menyanyikan lagu yang ceria. Padahal ini sudah malam, tetapi energinya masih penuh seperti orang baru bangun tidur dipagi hari.
Entahlah moodnya hari ini sangat baik. Bahkan ia bersikap baik pada apapun yang ia temui seperti tanaman, hewan maupun manusia. Tak segan - segan ia mengucapkan kata - kata penenang untuk makhluk yang berpapasan dengannya meskipun mereka tak sedang membutuhkan kata - kata penenang...
Disisi lain Kerajaan seorang Pangeran berwajah angkuh dan dingin berjalan dengan tegas memasuki istana. Wajahnya tak berhenti menatap ke depan. Para pelayan istana tak henti - hentinya mengucap kata - kata kagum pada Pangeran itu.
Kaki nya berhenti di depan sang Pemimpin Kerajaan disana, ia membungkuk sejenak memberikan hormat pada sang pemimpin. "Selamat datang Pangeran Kavian Halios. Selamat datang di Kerajaan Negri Willone ini" Sang pemimpin membalas bungkukan Pangeran Kavian dengan senyum cerahnya. "Terimakasih Raja, emm.. dimanakah Tuan Putri Anrienne Melliodis?"
Beberapa detik setelah Pangeran Kavian bertanya, sang Putri Enne datang sembari melompat - lompat kecil. "Ow? Kau sudah datang Pangeran Kavian. Salam kenal ya aku Anrienne Melliodis Putri dari Kerajaan Willone" Putri Enne menjabat tangan Pangeran Kavian. Tangannya mengayunkan tangan Pangeran Kavian ke atas ke bawah menatap Pangeran Kavian dengan senyum lucunya.
Tidak tau saja bahwa semua Pelayan Kerajaan Willone yang menyaksikannya hanya menepuk jidat mereka pelan. Mereka terheran - heran dengan apa yang dilakukan Tuan Putri nya itu didepan Pangeran. Dan ayahnya hanya bisa memasang wajah sedih karena Putrinya ini tidak bisa lebih sopan lagi terhadap tamunya.
Sang Pangeran terkekeh kecil, lalu badannya membungkuk memberi hormat kepada sang Putri, Putri Enne pun membalasnya. Setelah sesi perkenalan antara sang Putri itu Sang Raja negri Willone itu pun mengajak Pangeran Kavian untuk berkeliling. Lalu Kavian mengiyakan ajakan itu.
Sang Raja berjalan terlebih dahulu, diikuti Kavian dibelakangnya. Tangan Kavian yang sedari tadi masih menjabat Enne pun menarik tangan Enne supaya Enne lebih dekat dengannya. Tangannya memeluk pinggang Enne dengan erat dari samping. Langkahnya mengikuti kemana Raja pergi.
Tiba - tiba wajah Kavian mendekat ke arah telingan Enne. "Senang bertemu denganmu Tuan Putri. Perkenalkan, aku adalah calon suamimu. Kavian Halios" Bisik Kavian di telinga Enne. Enne yang merasa mereka terlalu dekat pun berusah menjauhkan dirinya dari Kavian. "Dalam mimpimu, Pangeran!"
"Tidak, karena bagaimanapun caranya aku akan tetap menjadikanmu Ratuku. Walau nanti aku akan mengorbankan diriku untukmu pun, aku akan siap."
✧✧✧
Cr by Pinterest
Princess Anrienne Melliodis
❇
Princess of the Willone KingdomCr by Pinterest
Prince Kavian Halios
❇
Prince of the Kendlard Kingdom
KAMU SEDANG MEMBACA
✧ 𝐏𝐫𝐢𝐧𝐜𝐞𝐬𝐬 𝐀𝐧𝐫𝐢𝐞𝐧𝐧𝐞
Teen Fiction"Ini bukan kisahku, bagaimana bisa kau menulis kisahku dengan sempurna seperti ini?" "aku menulisnya karena memang telah sempurna.. hanya kau saja yang tak mengerti. Padahal kisahmu sangatlah sempurna. Ini kisahmu.. aku tidak melebihkan atau mengura...