"Mau kemana habis ini? Udah laper belum?" tanya Galih dengan sedikit berteriak, takut-takut Lana gak dengar.
"IYA!" jawab Lana teriak juga.
"HAH?!"
"IYA KESANA AJA."
Tau kan, posisi di mana kalian ngobrol di motor dan jadinya agak setengah budeg karena suaranya bercampur sama angin. Nah ini, Lana sama Galih begitu.
Selepas kelas mereka selesai, keduanya memutuskan untuk berjalan-jalan sebentar sekalian melepas penat. Kelas tadi sedikit menguras tenaga serta pikiran.
Motor yang dilajukan Galih berangsur pelan lalu berhenti. Lampu merah.
"Kamu tadi denger yang aku omongin gak sih?" tanya Galih.
Lana yang masih setengah budeg mengangguk, "Denger kok."
"Apa?"
"Mau beli bubur?"
"Bukan!"
Keduanya tertawa keras, seakan gak peduli kalau mereka masih terjebak di lampu merah persimpangan dan banyak pasang mata yang melihat ke arah mereka.
"Terus apa dong?" tanya Lana.
"Aku nanya mau ke mana habis ini, kamu udah laper belum? Kalau udah, kita mampir ke langganan mie ayamku dulu. Kalau belum, ya kita muter-muter aja ngehabisin bensin."
"Ohhhh, bilang dong!" Lana tepuk pundak Galih pelan, "Belum sebegitu laper sih, tapi ke mie ayam aja boleh daripada habisin bensin."
"Oke, mie ayam."
Lampu berubah menjadi warna hijau, Galih lajukan lagi motornya membelah jalanan kota yang siang itu lumayan pada. Lana sibuk nikmatin pemandangan yang jarang dilihatnya, jalanan ini bukan jalanan menuju rumahnya, bukan juga jalanan menuju kampus, jadi dia sibuk perhatikan bangunan-bangunan dan juga beberapa tanaman yang tumbuh rindang. Sedangkan Galih, anak itu fokus menyetir tentu saja, namun sesekali dia melirik ke arah spion di sebelah kananㅡpandangi wajah penasaran Lanaㅡdengan wajah yang menahan senyum.
Perjalanan selama kurang lebih 20 menit telah selesai. Galih memarkirkan motor dan bencengkrama singkat dengan tukang parkir layaknya kawan lama. Lana yang melihatnya sunggingkan senyuman, this is Galih's side that Lana most love.
"Bang, mie ayamnya dua porsi kayak biasa."
Dengan ditemani dua mangkuk mie ayam dan hiruk piruk kedai yang semakin ramai karena memasuki waktu makan siang, keduanya menghabiskan waktu terbaiknya. Didominasi oleh candaan garing yang dilempar Galih dan Lana yang tertawa ketika mendengarnya, that was their best time in their comfort place.
Maka, ketika kedua manik hitam kecoklatan itu kembali bertemu setelah 2 tahun di kedai yang menjadi awal dan juga akhir kisah mereka, yang Lana dan Galih lakukan hanya saling membeku. Tak ada sapaan, tak ada senyuman, seolah-olah tidak saling mengenal. 2 tahun berlalu dan keduanya masih samaㅡmembangun sebuah dinding besar yang sulit ditembus sebagai pembatas di antara mereka.
"Let's broke up and learn to love ourselves first."
Hubungan yang mereka jalani 2 tahun yang lalu bukanlah hubungan yang sehat. Mereka putuskan untuk saling belajar, merenungkan segalanya yang telah terjadi, memperbaiki diri masing-masing sampai keduanya mengerti bahwa hubungan itu melibatkan dua orang.
Sampai saat itu tiba, semoga semesta masih mendukung untuk mereka agar bisa kembali bersama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hygge.
Teen Fiction(n.) life moments brimming happiness, comfort, loved ones, favorite things, beautiful place, savoring the present moment, the good life.