6. Yujin

364 30 2
                                        

Cerita ini hanya kiasan dan fiksi serta tidak sepenuhnya sesuai dengan kehidupan asli sang tokoh

Jadi berbijaklah dalam membaca dan memberikan komentar, terima kasih 🙏

-----

-----

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-----

Hari ini, Korea Selatan sedang memasuki musim salju dengan suhu dingin dibawah nol derajat. Membuat semua orang mendekam dirumah dan menunggu hingga suhu kembali menghangat.

Tetapi hal itu tak berlaku bagi seorang pemuda kecil yang kini berada di atap apartemennya.

Tepatnya sedang duduk di pinggir pembatas apartemen tersebut, menikmati pemandangan kota malam yang begitu indah jika dilihat darisana. Sangat indah.

Terlalu indah hingga tanpa sadar dirinya mengukir sebuah senyuman dibalik air mata yang mengalir dalam diam.

Sebab pemandangan seperti ini mengingatkannya kepada seseorang yang dulu pernah berada disampingnya dan sekarang tak lagi bersamanya.

Seseorang yang ia sayangi dan kini sangat dirindukannya.

-----

"Kak, kenapa kau disini?" Tanyanya kepada seorang pemuda bernama Yujin yang kini tersenyum padanya.

"Seharusnya kau jangan berada disini kak, bahaya dan dingin juga" Ujarnya sangat khawatir melihat sang kakak yang tetap duduk dipinggir sembari mengayunkan kecil kedua kakinya yang tak menapak pada permukaan apapun.

"Seharusnya aku yang berkata seperti itu, adik kecil" Dirinya yang dibilang 'adik kecil' pun tak terima dan langsung memasang wajah kesal.

"Kakak! Aku serius!" Yujin hanya terkekeh lalu memintanya untuk mendekat. "Kemarilah"

Pemuda kecil itu pun berjalan perlahan mendekati sang kakak yang mengajaknya untuk duduk disampingnya.

Awalnya ia menggeleng, namun Yujin malah memasang wajah sedih membuat hati si pemuda kecil menjadi tak tega.

Ia pun duduk tepat disampingnya meski pandangannya berusaha untuk tidak menatap kebawah yang berjarak sangat tinggi itu.

Tubuhnya gemetaran entah karena dinginnya musim atau memang karena jarak ketinggian tempatnya saat ini.

Yujin hanya tersenyum geli melihat pemuda kecil itu yang memejamkan matanya kuat-kuat dan meremat erat baju sang kakak dengan tangan gemetaran.

Yujin pun meraih dan menggenggam tangan itu mencoba menghangatkan juga meringankan rasa takutnya.

Akhirnya lamban laun, pemuda kecil itu menjadi sedikit rileks dan melonggarkan eratannya meski genggaman tangannya pada Yujin tak ia lepaskan.

"Nah sekarang, coba kau perlahan lihat kedepan" Ia pun perlahan membuka matanya dan mencoba melihat kedepan seperti yang dipinta Yujin.

Seketika dirinya termangu menatap keindahan kota yang begitu gemerlapan terhiaskan lampu memadu dengan gemerlapnya bintang malam. Begitu cantik.

"Kak, cantik sekali pemandangannya!" Serunya tanpa sadar ikut tersenyum lebar seperti yang Yujin lakukan saat ini.

"Benar, pemandangannya sangat cantik. Untuk musim salju berikutnya apa kau mau datang lagi? Sekalian kita mengobrol kecil, bagaimana?" Tanya Yujin menoleh kearah pemuda kecil itu yang langsung diangguki antusias olehnya.

"Hum! Ayok kak kita datang lagi kesini di musim salju berikutnya!" Serunya dengan riang, menatap Yujin yang sama bahagianya dengannya.

Yujin mengusak gemas puncuk kepala pemuda kecil itu, "Baiklah, kita kesini tahun depan ya"

-----

"Dan tahun depan yang kau janjikan itu adalah tahun ini, kak" Lirihnya dengan bibir yang sedikit bergetar. Mencoba untuk tidak menangis namun rasanya hal itu menjadi sia-sia sebab air matanya sudah tak bisa ia hentikan.

Pemuda kecil itu pun tersenyum ketir lalu beranjak pergi darisana setelah beberapa saat melihat pemandangan kota malam diatas apartemennya.

Meninggalkan setangkai bunga mawar putih yang ia letakkan tepat disampingnya tadi. Bunga mawar yang menjadi perlambangan seorang Yujin, sang kakak yang kini berada disana dalam wujud abadinya.

"Terima kasih kau sudah mau menepati janjiku dan maaf karena aku tidak bisa menepatinya untukmu, adik kecil" Ujar Yujin dibalik senyum tulusnya sebelum menghilang kembali ke dunianya saat ini.

-----

Terima kasih sudah bersamaku

Terima kasih atas pengertiannya

Dalam waktu yang kita habiskan bersama, sangat banyak yang kita lakukan

Jika melihat dulu, kita tak punya kesamaan

Tapi saat kita bernyanyi seperti ini, dunia serasa milik kita

Ada banyak cara untuk menjalani hari yang lain

Seperti anak kecil, mari lakukan apapun yang kita inginkan

Terkadang kita merasa lelah dan tertekan

Bergantung satu sama lain

Hari ini, mari kita bahagia

- Friend by Damsonegongbang

Our Life Is Hope | ZerobaseoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang