Disclaimer:Masashi Kishimoto
"Na-naru...akh..."
Hinata menggelinjing dalam pelukan Naruto. Wajahnya melengos kesana kemari dengan kedua matanya yang merem melek ketika merasakan jilatan panas lidah Naruto pada buah dadanya. Rasa geli bercampur dengan nikmat, tercampur menjadi satu, yang kemudian berubah menjadi sebuah gairah yang berkobar-kobar. Membuatnya tak mau berhenti dengan aktifitas yang sedang dijalaninya.
...
Setelah selesai bermain dengan kedua bagian tubuh yang mencuat itu, Naruto menyejajarkan wajahnya pada gadis yang setengah telanjang dipangkuannya.
Hinata perlahan mengatur nafasnya yang memburu, dengan perlahan pula ia mulai membuka kelopak matanya yang tertutup. Setelah kedua matanya terbuka kini dihadapannya disuguhi wajah tampan kekasihnya yang sedang tersenyum mesum.
Dengan perlahan Naruto mendekatkan wajahnya kemudian mendaratkan kecupan lembut di pipi gembil yang kini penuh dengan rona itu. Hinata yang merasakan bibir kekasihnya mendarat di pipinya membuatnya kembali menutup kelopak matanya, pada saat itu juga bibirnya secara spontan langsung mengeluarkan kata "Ah" yang terdengar begitu seksi ditelinga Naruto. Membuat sesuatu dalam perut Naruto tiba-tiba bergemuruh.
"Saatnya ganti posisi Hinata-chan," bisik Naruto lalu meraih daun telinga Hinata dan kemudian dihisapnya. Sementara Hinata hanya mampu mengangguk sembari meremas kepala jabrik yang ada pada kedua tangannya.
Tangan Naruto yang tadinya merangkul punggung telanjang kekasihnya kini beranjak berpindah meraih bokong sintal kekasihnya, memberinya remasan kuat lalu berpindah meraba paha menempatkan kedua tangannya disana.
"Na-naru.. Emh!"
Naruto kembali memagut bibir tipis kekasihnya, saat itu juga Naruto berdiri dengan Hinata yang ada pada gendongannya. Ia berputar sedikit kemudian membaringkan Hinata. Setelah merasa mendapatkan posisi yang pas, Naruto lalu menghentikan ciumannya.
Hinata berbaring sementara Naruto setengah berdiri diatas kasur bertumpu pada kedua lututnya.
"Kau menikmatinya 'kan?" Pertanyaan retoris yang terlontar dari mulut Naruto itupun membuat Hinata tersenyum malu.
"Ayo kita mulai lagi!"
"mmhh"
Pagutan panas kini pun tak terelakkan agi, Naruto merangkak diatas Hinata yang kini terbaring pasrah, dadanya yang bidang dijemput jemari lentik kekasihnya, menari-nari diatasnya sebelum akhirnya menindih tubuh mungil kekasihnya.
Tangan kekar Naruto meraih tengkuk kekasihnya guna memperdalam ciumannya, turun kebawah kemudian berhenti tepat diatas payudara yang berukuran super itu, meremasnya dengan perlahan, membuat tubuh Hinata kembali melengkung keatas dibuatnya. Pagutannya terhenti, mulutnya pun terbuka disertai dengan erangan manja yang terdengar begitu menggoda
"Ah..."
Bagai belum puas atas apa yang tadi dilakukannya, bibir Naruto kini kembali berpindah pada leher jenjang yang penuh dengan bercak merah itu, mengecap rasa hangat nan memabukkan itu.
"Ah.. Na-naru...!"
Desahannya semakin terdengar ketika salah satu tangan Naruto sudah sampai pada area selangkangannya. Menggosoknya perlahan dari atas ke bawah berulang-ulang.
Kedua kakinya bergerak gelisah, dan kadang pinggulnya terangkat ketika permainan tangan dan mulut Naruto menjadi semakin gencar.
"Mmhhaah.."
Kecupan bibir Naruto perlahan menuruni leher berhenti tepat diatas belahan dada kekasihnya, kedua tangannya lalu meraih kedua buah dada yang mencuat itu, meremas-remasnya secara perlahan penuh dengan gairah.
"Akh..."
Kecupan Naruto kini sudah sampai pada area perut dan berhenti tepat diatas pusar, lidahnya menjulur lalu mulai memainkannya dalam lubang pusar kekasihnya,hisapan-hisapan singkat pun ia lakukan yang akhirnya membuat tubuh kekasihnya itu menggelinjing bak cacing kepanasan.
Sementara Hinata sedang menikmati kecupan-kecupan serta permainan lidahnya , kedua tangan Naruto kini sudah mulai menarik celana abu-abu yang dipakai kekasihnya itu hingga terlapas, meninggalkan cd berwarna putih yang menutupi bagian sensitif kekasihnya.
Setelah terlepas, Naruto lalu menegakkan badannya, mengangkat salah satu kaki jenjang kekasihnya. Tak hanya tubuh bagian atasnya saja, dari jemari kaki hingga sampai selangkangan Hinata, tak luput dari belaian kecupan serta hisapan mulut Naruto. Ia melakukannya dengan perlahan secara bergantian.
Setelah puas dengan kaki-kaki jenjang nan mulus milik kekasihnya, kini Naruto sudah sampai pada hidangan terakhirnya. Kedua tangannya kini mulai menarik kebawah cd berwarna putih itu, secara perlahan area sensitif kekasihnya itupun mulai terlihat.
Setelah cd itu terlepas, Naruto langsung saja menelan ludah atas apa yang tersaji dihadapannya kini. Bau semerbak wangi yang menguar dari bagian kewanitaan kekasihnya itu dengan sekejap memenuhi indra penciumannya
Berwarna kemerahan dikelilingi bulu tipis berwarna hitam dibumbui dengan sedikit cairan kental yang menempel disekitarnya, hampir saja membuatnya gila sesaat kalau saja kekasihnya itu tidak menyadarkannya.
"Na-naru...jangan dilihat terus,,,!" Rengekkan manja kekasihnya itupun berhasil menyadarkannya.
"Ba-baiklah...!"
Naruto perlahan mendekatkan wajahnya pada bagian kewanitaan kekasihnya, Hinata yang melihat apa yang akan dilakukan kekasihnya itu langsung menggigit bibir bawahnya kuat-kuat.
"Ngghhh...!"
Hinata melenguh merasakan nikmat ketika bibir kekasihnya itu memagut bagian kewanitaannya. Pinggulnya secara reflek bergerak keatas ketika merasakan sensasi nikmat yang belum pernah dirasakannya.
"Mmmh!"
Setelah mendaratkan bibirnya diatas bagian sensitif kekasihnya, kini giliran kedua tangan Naruto yang memperlihatkan salah satu keahliannya. Kedua tangannya meremas-remas bokong sintal kekasihnya dan sesekali menariknya guna memperdalam pagutannya pada bagian tubuh yang menurutnya paling memabukkan milik kekasihnya.
"Nggh... Ah..Na-Naruto-kunnah..hah."
Dirinya mulai meracau, bagian sensitif tubuhnya bagaikan digelitiki dengan bulu-bulu lembut tiada henti, yang membuatnya serasa ingin bersin dibuatnya. Tapi bukan bersin biasa.
"Mmh.."
Setelah puas menghisap bagian sensitif kekasihnya, kini giliran lidahnya yang menari-nari diatasnya, memainkan klitoris kekasihnya dengan sesekali menariknya menggunakan kedua ibirnya.
"Na-Naru... A-aku.. A...
"Sayang sekali... Hari ini tidak akan cepat berakhir seperti yang kau pikirkan sayang..." Naruto bangkit mengangkat wajahnya dari bagian sensitif kekasihnya, salah satu tangannya ditarik, ia kemudian menyiapkan jari tengahnya untuk memperlihatkan permainan tangannya .
"Ja-jangan Naruto-kun, yang hanya boleh masuk dalam diriku hanya itu," cegah Hinata dengan menahan salah satu tangan Naruto yang tadi sudah dipersiapkannya.
"Apa?" Tanya Naruto heran.
"I-itu!" Hinata langsung menunduk sembari menunjuk selangkangan kekasihnya yang sepertinya terlihat begitu sesak dimatanya.
"Oh!" Naruto ber-Oh-ria kemudian kembali memperlihatkan senyum mesumnya. Kedua tangannya lalu bergegas membuka celana yang ia pakai secepat yang ia bisa.
"Baiklah jika itu kemauanmu, tapi tetap saja, hari ini tidak akan berakhir begitu cepat sayang!" Naruto kemudian meraih salah satu tangan kekasihnya dan kemudian menuntunnya.
Sementara Hinata langsung membulatkan kedua matanya, jantungnya serasa berhenti ketika telapak tangannya dituntun untuk memegang sesuatu yang hangat berbentuk panjang. Ekor matanya menyelidik keatas untuk melihat apa yang ada pada genggamannya kini.
"I-i..."
Tenggorokannya serasa tercekat ketika melihat apa yang ada digenggamannya kini. Tangan kekar kekasihnya menuntun tangannya bergerak maju-mundur diatas benda hangat dan besar milik kekasihnya.
"Tenanglah sayang, mengingat kau yang memintanya, bisa kupastikan kalau kau akan menikmatinya!" Naruto kemudian melebarkan kaki-kaki jenjang kekasihnya.
"Nggh..."
Hinata langsung saja menggelinjing ketika ujung kemaluan kekasihnya menyentuh bagian kewanitaannya. Menggeseknya perlahan naik turun berulang-ulang.
"Bersiaplah sayang, mungkin ini akan terasa sakit." Naruto membungkuk merengkuh kekasihnya dalam pelukannya, memberi ciuman singkat pada bibir ranum kekasihnya. Salah satu tangannya mengarahkan penisnya untuk mempersatukan tubuhnya dengan kekasihnya.
Dengan sekali hentakan, selaput keperawanan kekasihnya langsung jebol dibuatnya. Hinata memekik kesakitan, matanya terpejam sementara kedua tangannya mencengkeram punggung kekasihnya kuat-kuat.
"Sa-sakit Naru...!" Hinata merintih, cairan bening pun mengucur bersamaan dengan cairan kental berwarna merah pada bagian kewanitaannya, rasanya bagaikan disayat dengan pisau tumpul, seperti seekor gajah yang menerobos memasuki lubang semut dan dirinyalah lubang semutnya.
Setelah kurang lebih dua menit Naruto terdiam, kini dirinya mulai menggerakkan pinggulnya maju dan mundur secara perlahan. Bibir kekasihnya yang tadinya meracau kini sudah ia eksploitasi kembali, kedua tangannya kini pun sudah kembali pada pekerjaan yang tadinya sempat ia hentikan, meremas dada super kekasihnya dengan sesekali memilin puting berwarna kemerahan yang mencuat dipuncaknya.
"Mhhh!"
Gerakan maju-mundur yang seharusnya perlahan berubah menjadi gerakan cepat dan menghentak, pantulan dari kasur itupun menjadi penyebab utamanya, membuat tubuh Hinata sedikit demi sedikit bergeser keatas karna kuatnya hentakan yang ia terima dari pinggul kekasihnya.
"Ah..."
Pagutannya terhenti, dirinya pun mulai kembali merintih merasakan nikmat pada bagian sensitifnya, rasa nikmat pun perlahan mulai mengmengalir kesekujur tubuhnya.
Matanya yang sayu memandang kekasihnya yang kini tengah menghujam dirinya memberi kenikmatan. Wajahnya kian memerah kala ia melihat tubuh telanjang kekasihnya dipenuhi dengan keringat. Dan pemandangan yang dilihatnya kini otomatis akan masuk dalam daftar hal terindah didunia yang pernah Hinata lihat.
"Kenapa wajahmu selalu terlihat begitu cantik dan manis sih," Kini giliran Naruto yang takjub akan kecantikan dan keindahan tubuh kekasihnya. Naruto berujar lirih sembari memandang wajah kekasihnya. Selang beberapa detik dirinya sudah tidak kuasa untuk menahan keinginannya untuk kembali mengeksploitasi wajah cantik kekasihnya.
"Ah...Naru..."
"Saatnya ganti posisi sayang.." Naruto kemudian segera membalikkan tubuh kekasihnya menjadi tengkurap, mengangkat sedikit bokongnya keatas. Tak lama kemudian Naruto kembali menancapkan penisnya dalam-dalam paa tubuh kekasihnya.
"Hinata.."
Naruto mengeram nikmat sembari memejamkan kedua matanya, pinggulnya yang bergerak maju-mundur itupun sudah tak lagi perlahan.
"Hyanh..."
Hinata merintih merasakan sakit dan nikmat secara bersamaan ketika Naruto mendorong pinggulnya agar masuk lebih dalam kedalam tubuhnya. Kedua tangannya meremas seprei kasur sekuat yang ia bisa guna menyalurkan rasa nikmat dan sakit yang kini menghujam tubuhnya secara bertubi-tubi.
"Na-naru... A-aku... Ma..!"
"Tunggu aku sayang..!"
Naruto secara cepat langsung saja membalikkan tubuh kekasihnya, dirinya kinipun mulai kembali menghujam tubuh kekasihnya dengan gerakan mautnya.
"Nggh..."
Keduanya mengeram berat menyalurkan rasa nikmat yang dialaminya. Kedua tangan Hinata mencengkeram tubuh kekasihnya, sementara kedua kakinya mengait pada pinggul kekasihnya.
"Gyaaah!"
Proses persetubuhan itupun akhirnya diakhiri dengan teriakan yang melengking dari mulut keduanya, tubuh keduanya menegang secara bersamaan.
Naruto ambruk disebelah tubuh Hinata yang mesih menegang. Selang beberapa saat dirinya kemudian segera menarik selimut lalu merengkuh tubuh kekasihnya kedalam pelukannya.
"Kau menikmatinya sayang?" Hinata mengangguk mengiyakan.
"Kita berdua harus sering melakukannya, rasanya begitu hebat 'kan?"
"Yeah,,, aku suka saat Naruto-kun mengucapkan namaku tadi..!"
"Sungguh?"
"Ya... Naruto-kun terlihat begitu seksi tadi!"
"Oh ya... Aku baru tau... Kau ternyata juga sama sepertiku..."
"A-apa?"
"Mesum!" Gelak tawa dari keduanya pun terdengar ketika kata 'mesum' itu nyerocos keluar dari mulut Naruto.