Happy Reading!
Sorry for typo(s).Hari-hari berjalan seperti biasanya bagi Jake, seorang pemuda blasteran Brisbane-Korea, setidaknya sampai siang ini. Ia merasakan firasat buruk saat melihat ibunya berjalan tergesa dengan raut panik ke arahnya.
"Ibu? Ada apa? Pelan-pelan saja, nanti ibu jatuh," Jake berucap lembut sambil mengusap pundak ibunya yang naik turun karena berusaha mengais oksigen sebannyak mungkin.
Saat ibunya bisa bernafas dengan tenang, ia menangkupkan tangannya dipipi anak semata wayangnya, lalu berkata dengan muka serius.
"Nak, tolong jujur pada ibu. Apakah kau pernah bermimpi ada di sebuah perang bersama enam orang pemuda lainnya?"
Ibunya mengangguk pelan melihat reaksi anaknya, badan tegang dan mata sedikit membelalak. Ia berucapa pelan, "Ramalan takdir sudah dimulai."
Jake melepaskan tangan ibunya yang berada dipipinya, lalu menggenggamnya penuh kehangatan.
"Ibu, boleh jelaskan apa maksud dari gumaman ibu? Aku rasa, aku tidak pernah bercerita tentang mimpi itu pada ibu. Dan sekarang ibu bertanya kepadaku seperti sudah tahu jika aku pernah bermimpi seperti itu?"
Ibu Jake terdiam lirih, ia mengelus wajah putranya, sambil menahan haru ia berucap, "Jika nanti ibu menyuruhmu berlari, maka cepatlah berlari kearah Utara tanpa mengalihkan pandanganmu kebelakang, kau mengerti? Anak ibu kan pintar sekali."
Kening Jake mengerut, pertanda tak mengerti akan ucapan yang aneh—menurutnya—dari ibunya.
"Ibu, kenapa aku harus berlari? Aku akan berlari dengan ibu kan? Aku tak akan berlari tanpa ibu."
Ibu Jake hanya tersenyum, Ia berkata, "Nanti kau akan tau dengan sendirinya, Ibu tak bisa memberitahumu karena dinding saja mempunya telinga. Ibu akan baik-baik saja, ibu janji, anakku."
Tak lama badannya menegang seakan menyadari sesuatu, "Mereka sudah datang disini, kau jaga diri baik-baik anakku." Raut paniknya semakin kentara saat terdengar suara ketukan—atau mungkin gedoran dari pintu rumahnya.
"Dengar Jake, ingat kata ibu dan kau bisa keluar lewat pintu belakang, paham?"
Jake hanya mengangguk, berusaha menenangkan pikirannya, hatinya, dan badannya padahal tidak bisa. Ia dapat melihat ibunya berjalan dengan cepat kearah pintu dan langsung memasang muka datar saat membuka pintu itu, omong-omong Jake sedang mengintip dicelah tembok rumahnya.
Samar-samar, Jake dapat mendengar perseteruan ibunya dengan orang, bukan maksudnya makhluk yang tidak ia ketahui identitasnya.
"Dimana anak itu? Hahahaha, kami akan mengambil jantungnya."
"Lancang sekali kau berbicara seperti itu dihadapanku, Centaur!"
"Diam, sekarang tunjukan dimana putra terkutuk itu."
Ia melihat dengan jelas ibunya terjatuh karena didorong yang kira ia manusia ternyata siluman manusia setengah kuda yang mengerikan, ia tersentak saat ia mendengar teriakan ibunya menyuruh ia untuk segera bergegas kabur dari rumah ini.
"JAKE, LARI!"
Sebenarnya Jake ragu, ia tidak mungkin meninggalkan seseorang yang sangat disayanginya disni dengan seekor monster. Tapi, saat ia ingin mendekati ibunya yang tergeletak, ia malah didapati suara lengkingan ibunya yang menyuruhnya cepat pergi.
"JAKE, TIDAK USAH KHAWATIRKAN IBU! CEPAT LARI!"
"Haha, rupanya anak terkutuk itu ada disini. Enyahlah kau manusia lemah!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Fate || Enhypen
FantasyRamalan itu menjadi kenyataan. Dimana 7 cahaya bertempur dengan kegelapan, menentukan bagaimana nasib 3 dunia sekaligus kedepannya. Takdir itu pasti akan terjadi. Dimana 7 pemuda tangguh bersatu dengan kokohnya dan menumpas segala keburukan dan kutu...