🏥
Wanita berparas cantik, mata sipit, hidung mancung , surai hitam yang panjang yang dibiarkan tergerai dengan dress hitam selutut yang dikenakan tengah berdiri menyandar di samping mobilnya sembari menghisap batang nikotin yang terjepit apik di jari tangannya yang cantik. Helaan napas kasar keluar dari bibir mungilnya kala matanya melihat rentetan panggilan tak terjawab dan pesan masuk dari ponsel yang ia genggam.
Wanita itu tak berniat membalas pesan dan melakukan ulang panggilan, justru ia mematikan ponsel dan melemparnya asal ke dalam mobil. Lalu matanya menatap bangunan rumah sakit yang ada di depannya dengan tatapan menahan kesal dan muak. Ia menginjak batang nikotin yang tersisa setengah sembari melangkah masuk ke dalam rumah sakit.
Tampilannya yang terlalu mencolok membuat wanita itu menjadi perhatian orang-orang yang ada di rumah sakit. Tapi, wanita itu tak peduli ia terus berjalan menyusuri lorong rumah sakit hingga langkah kakinya tertahan ketika matanya menangkap keberadaan kedua orang tua serta adik laki-lakinya tengah berdiri sendu di depan sebuah ruang perawatan. Lantas si wanita menarik napas dan membuangnya perlahan sebelum melanjutkan langkahnya.
"Mam-"
PLAK!
Sebuah tamparan keras menjadi sapaan dari sang ibu yang kini tengah menatap si wanita penuh amarah dan air mata yang tak kunjung usai dari mata sendunya.
"Mau ngapain kamu kesini?! Masih ingat kamu punya tanggung jawab?!" Bentak sang ibu.
"Mah udah, waktunya ga tepat buat marahin mbak Sita disini."
"Iya mah betul kata Bima, waktunya ga tepat. Sita, masuk ke dalam temani su-"
"Gausah suruh dia masuk pah! Dia mana mungkin peduli sama Raga!"
Wanita cantik yang diketahui bernama Sita itu lantas beranjak pergi dari hadapan sang ibu, tapi tangan sang ibu lebih dulu menahan pergerakannya.
"Dari mana saja kamu jam segini baru datang?!"
"...."
"Sita jawab mamah! Dari mana saja kamu? Mamah sudah mencoba menghubungi kamu bahkan mengirim puluhan pesan buat ngasih tau kamu kalo Raga suami kamu drop. Tapi ga ada satupun pesan dan panggilan dari mamah yang kamu respon!"
"Mah udah ya ini rumah sakit jangan bikin keributan"
"Diam kamu Bima! Mamah mau dengar jawaban dari kakak kamu ini!"
Sita menyugar surainya dengan kasar lalu menjawab ucapan sang ibu, "Aku sibuk. Di kantor lagi banyak kerjaan dan aku ga sempat pegang handphone mah, lagian Raga udah langganan drop tiap minggu. Raga penyakitan mah jadi wajar, mamah ga seharusnya bereaksi berlebih-" ucapan Sita terpotong karena ibunya kembali melayangkan tamparan.
"Jaga mulut kamu Sita! Mamah ga pernah mengajarkan kamu berbicara tidak sopan seperti itu! Bagaimana pun kondisi Raga, kamu harus menerima dan merawatnya karena dia suami kamu."
"Tapi aku ga pernah minta dia jadi suami ku kalo aja mamah dan papah ga maksa aku untuk menikah sama dia!" Sita reflek menaikkan nada suaranya.
"Sita, masuk, temui suami kamu" ujar sang papah menengahi keributan saat ini sembari memeluk istrinya yang kembali menangis.
Sita yang sudah malas untuk berbicara hanya mengangguk dan bergegas masuk ke dalam ruang perawatan suaminya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Lembar Kisah
FanfictionHaloooo gaessss kalo kalian mampir ke book ini isinya cuma cerita random aja ga bakal berkesinambungan antara episode satu ke episode yang lain karena tiap episode beda cerita, beda tokoh, dan pastinya beda alur sesuka hati author aja klo dapat ide...