Apakah sesuatu yang telah hilang bisa ditemukan kembali?
Iya, Kania sudah tahu jika seluruh makhluk hidup di dunia ini pasti akan merasakan dan mengalami kehilangan. Kehilangan materi, kehilangan teman, kehilangan empati, atau kehilangan hal-hal lainnya. Ia juga sering mengalaminya. Kania juga sudah mencari makna hilang dalam kamus, dan dalam kamus yang dibacanya, hilang berarti lenyap. Hilang berarti tidak kelihatan. Hilang artinya sudah tidak ada.
Tapi, setelah sesuatu itu menghilang, bisakah kita menemukannya kembali? Ataukah kita malah akan kehilangan hal-hal yang kita miliki satu persatu hingga yang tersisa hanyalah kehampaan?
Gadis itu mendongak. Memandangi orang-orang yang berlalu lalang di setiap rak buku. Memperhatikan beberapa orang yang tengah fokus membaca di bangku-bangku. Suara-suara disekitar tak lagi riuh. Mungkin karena hari mulai malam, jadi keadaan perpustakaan tak seramai saat ia datang.
Kemudian, secara alami Kania juga menatap pemuda berkacamata yang sedang duduk dekat jendela, berjarak 3 meja darinya. Lelaki yang sedang memfokuskan pandangan dan pikirannya pada setumpuk buku misteri dihadapannya. Ah, rupanya ini hari jumat.
Tempat ini adalah perpustakaan umum. Tempat yang sudah Kania anggap sebagai rumah keduanya. Kania telah jatuh hati sejak pertama kali menginjakkan kakinya di tempat ini 4 tahun yang lalu. Jatuh hati pada buku berbau apek yang tersusun di rak, kursi dan meja yang berjejer rapi, pada ramainya perpustakaan di pagi hari.
Dan juga pada pemuda berkacamata yang selalu duduk dekat jendela, yang memantulkan cahaya matahari dari kemeja putihnya pada jumat sore, yang selalu membaca setumpuk buku bergenre misteri. Yang selalu menatapnya tiba-tiba.
Jika kalian berpikir Kania benar-benar menyukai lelaki itu secara harfiah, maka kalian salah. Kania tidak mengenal lelaki itu, tapi dapat Kania akui bahwa lelaki itu sangat tampan sampai-sampai Kania berpikir dia adalah aktor pendatang baru. Namun tetap saja ia tidak berminat untuk mendatanginya dan mengajaknya berkenalan. Hal yang Kania sukai dari lelaki itu mungkin hanyalah konsistensinya. Selama 4 tahun ini, lelaki itu selalu datang ke perpustakaan di hari jumat setiap minggunya. Konsisten dengan kemeja lengan panjang warna putih di musim panas, atau sweater rajut putih tulang yang dikenakannya di musim penghujan. Sepertinya Kania tidak pernah melihat lelaki itu mengenakan pakaian lain.
Dilihat dari wajahnya, laki-laki itu mungkin berusia 2 tahun lebih tua darinya. Namun tebakan itu terpatahkan mengingat Kania yang tak pernah melihat laki-laki itu mengenakan seragam. Terlebih lagi Kania tidak pernah melihat kedatangannya, yang berarti ia sudah datang sebelum Kania pulang sekolah atau bahkan sejak pagi. Yah, mungkin saja lelaki itu memang sudah bekerja dan mendapatkan hari libur dihari jum'at. Tapi apakah sebesar itu cinta si lelaki terhadap perpustakaan sampai-sampai waktu istirahat yang dimilikinya setiap minggu malah dihabiskan ditempat ini?
Laki-laki itu balik menatap Kania.
Kania segera memalingkan wajahnya gelagapan. Ia sedikit gugup, namun tidak terlalu merasa malu. Iya. Kania tidak merasa malu. Lagipula laki-laki itu yang lebih sering memperhatikannya.
Hampir setiap jumat Kania tidak bisa fokus membaca karena selalu merasa diperhatikan dengan tatapan mengintimidasi. Apakah Kania tampak seperti teroris sampai-sampai lelaki itu harus selalu menatapnya tajam? Namun, lama kelamaan Kania mulai terbiasa dengan tatapan itu. Bahkan seiring berjalannya waktu, malah Kania yang berbalik menatap tajam lelaki itu. Seperti barusan contohnya. Dan meski sudah terbiasa mencuri-curi pandang satu sama lain, mereka tak pernah bertegur sapa sekalipun. Padahal mereka sudah melakukan hal itu selama hampir 4 tahun.
Jika sudah begitu, Kania hanya akan tersenyum tipis. Setidaknya laki-laki itu menyadari hawa keberadaannya. Hal itu cukup menyenangkan hatinya. Tidak seperti orang-orang di kampus. Meski saling mengenal, orang-orang di kampus tak pernah menganggapnya ada. Jarang ada yang meminta tolong, jarang ada yang memulai percakapan, juga jarang ada yang mengajaknya pergi ke beberapa kegiatan kampus. Harusnya pihak kampus memberinya gelar manusia paling transparan di angkatannya. Meski begitu Kania tidak terlalu sedih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sama Rasa
Teen Fiction"Kamu suka kopi?" Sontak Kania menatap seseorang yang sudah duduk disebelahnya. Laki-laki berkacamata itu menatapnya dengan senyuman yang hangat. Laki-laki yang selalu meliriknya diam-diam selama 4 tahun. Ya, laki-laki itu hari ini mengajaknya bicar...