Pukul setengah tujuh malam.
Mona mengerjapkan mata, dia menguap, masih sedikit mengantuk. Beberapa saat, Mona hanya terdiam, merasa nyaman dengan kasur empuk yang dibaringinya.
Tunggu. Kasur empuk? Sejak kapan? Kasur miliknya tidak senyaman ini, dan ... bau siapa ini?! Kenapa jauh berbeda dari aroma miliknya?!
Mona langsung terduduk, matanya horor memandangi sekeliling. Kenapa ... kenapa dekorasi kamar ini bernuansa hitam-abu semua?! Kamarnya juga sangat luas, jelas ini bukan kamar miliknya!
Dan Mona menyadari sesuatu.
Rambutnya ... kenapa jadi pendek? Berwarna hitam-hijau tua dengan corak hijau tosca...? DAN KENAPA DADANYA JADI RATA BEGINI?! Lalu baju siapa yang dipakainya ini?!
"KENAPA GUE JADI KAYAK GINI?!" Mona terkesiap mendengar suaranya sendiri.
Kenapa suaranya berubah jadi berat?! Sekarang, apa yang sedang terjadi padanya ini?! Mona gemetar, dia ketakutan. Sebenarnya apa yang sedang terjadi?! Mona benar-benar tidak punya ide apapun!
Dia lalu menemukan cermin berukuran medium di dekat pintu kamar ini. Dengan tergesa-gesa, Mona menuju ke sana.
Dan apa yang dilihatnya membuatnya membulatkan mata. Mona menutup mulut untuk mencegah teriakan lain yang hendak keluar.
".... Xiao?" Bibir Xiao di cermin ikut bergerak saat dia bicara.
Ini... Apa artinya semua ini?! Jangan bilang ...
*****
Sore hari, pukul setengah enam.
Xiao terdiam cukup lama sejak dia menemukan bahwa dia dan Mona telah bertukar tubuh. Sejujurnya dia merasa tertekan. Tetapi Xiao sadar, bersikap panik justru hanya akan memperburuk situasi. Dia berusaha tetap tenang walau pikirannya rasanya sudah tidak waras. Berkali-kali dia menelepon ke nomor handphone-nya sendiri. Sayangnya tetap tidak diangkat. Akhirnya setelah mencoba yang ke-20 kalinya, Xiao menyerah.
Kemungkinan ... Mona yang berada dalam tubuhnya sedang tertidur atau mungkin pingsan. Entahlah. Namun yang pasti ... setelah cewek itu sadar situasinya, tentu dia tidak akan mengabaikan telepon yang datang dari nomornya sendiri 'kan?
Sejujurnya, Xiao cukup terkejut saat melihat kontaknya disimpan dan dinamai dengan emoji hati oleh Mona. Tetapi ... itu bukan hal yang penting sekarang. Dia harus memikirkan cara untuk mengembalikan keadaan seperti semula. Hanya saja ...
Xiao mengerutkan kening. "Kenapa ini bisa terjadi? Gue bahkan ga tau asal-muasal kegilaan ini." Kerutan di dahinya semakin menjadi. Xiao memegang kepalanya, atau lebih tepatnya kepala Mona, yang berdenyut-denyut lagi.
Xiao mengembuskan napas panjang. Dia lalu beranjak berdiri. Daripada terus terkurung di kamar dengan nuansa serba bintang ini, dia lebih baik mencari angin, mungkin dia bisa menjernihkan pikiran dan mencari cara agar mereka kembali ke tubuh masing-masing lagi. Xiao tidak ingin terus-menerus merasa tertekan.
****
Matahari tenggelam adalah pemandangan terakhir yang dilihat Xiao sebelum akhirnya dia kembali ke rumah Mona.
Dia berhasil memikirkan satu-dua cara yang mungkin bisa mengembalikan keadaan seperti semula, walaupun Xiao merasa ... itu terlalu ribet. Dia mungkin akan nemanggil orang pintar untuk membantu mereka, mungkin juga meminta bantuan dari seorang ilmuwan untuk mentransfer ingatannya dan Mona ke kepala masing-masing. Xiao sudah melihat di internet, hal seperti itu mungkin berhasil. Tetapi seandainya tetap buntu ...
Mau tidak mau mungkin mereka akan menceritakannya pada keluarga mereka. Keluarganya pasti akan mengerti walau tentu saja butuh waktu. Sementara keluarga Mona ...
KAMU SEDANG MEMBACA
7 Days
Fanfiction"Seven days. That's the time being you have, and if none of you willingly to die, then both of you will get killed anyway." Semua karakter punya Hoyoverse, aku cuma minjem Warning! modern au, OOC, and klise!