Rumah adalah istana bagi setiap orang yang waras.
"Nanda, kapan kamu mau tidur terus? Ini sudah jam 7 loh?" Ibu saya mengingatkan.
"Iya, aku sudah bangun kok, menata tempat tidur nih!" Jawabku dengan tegas.
"Gitu dong, jangan malas. Kamu sebentar lagi akan masuk usia untuk memasuki masa Taman kanak-kanak."
Aku paling tidak suka dengan Taman kanak-kanak atau TK karena aku mempunyai kenangan yang kurang enak.
"Buk, kalau bisa aku tidak mau masuk TK, langsung ke SD saja, Madrasah Ibtidaiyah di seberang rumah kita sudah cukup kok. Ngomong-ngomong soal rumah, apakah tanah disebelah selatan dan utara rumah ini apakah sudah kita beli. Aku tidak mau memiliki tetangga yang seenaknya sendiri seperti yang aku alami di masa depan." Aku bertanya ibuku.
Orang yang paling aku percayai adalah ibu dan ayahku sendiri. Aku menceritakan tentang masa depan dimana keluarga ini akan melewati masa-masa sulit karena tetangga-tetangga yang seenaknya sendiri. Awalnya mereka tidak mempercayaiku namun setelah aku menunjukkan bukti kepada mereka berdua semuanya berjalan lancar.
"Sudah, tidak usah ditanya lagi. Namun 5,7 juta per hari bagaimana kamu melakukannya?"
"Sulapan, buk." Aku menjawab.
75m×36m itu adalah total tanah milik tuan tanah yang dibeli keluargaku. Untungnya keluargaku adalah keluarga yang suka menyimpan uang dan tidak memboroskan uang untuk hal-hal yang tidak perlu. Membayar tukang kuli (tetangga yang baik) sebesar 3,5 juta per dua Minggu, perkiraan selesai rumahku sekitar satu bulan kurang lebih.
Respon tetanggaku yang dibayar sebagai kuli adalah orang yang tidak berkecukupan dan perlu dibantu keuangannya. Jadi sekitar 10 orang tetanggaku yang berpengalaman sebagai kuli direkrut oleh ayahku.
Di masa depan yang aku berasal ayahku adalah pemulung, sementara ibuku tidak bekerja. Namun sekarang ayahku adalah Bos Pabrik Barang Elektronik, sementara ibuku adalah kepala sekaligus pendiri Koperasi Syariah.
"Monggo, silahkan dimakan rawonnya. Mumpung masih hangat." Aku menyuguhi para kuli dengan makanan yang enak yang akan meningkatkan semangat mereka dalam bekerja.
"Matur suwun Yo le. Awakmu kok repot-repot sih?" Kata seorang kuli sambil mengambil panci berisi rawon.
"Mboten, mboten repot. Niki unjuk-an ne ten mriki." Aku menunjukkan dimana Letak minumannya.
Beberapa orang mungkin akan melihat ini sebagai rumah atau mansion yang futuristik namun itulah letak tujuanku. Untuk menginspirasi orang lain untuk membuat rumah dengan filosofi desain yang sama. Bahkan rumah ini memiliki bunker dan terowongan rahasia yang terhubung dengan sungai di sebelah Utara rumahku sekitar 200 meter berjalan kaki. Bukan untuk sekedar pamer kekayaan yang tidak ada gunanya.
"Untuk rumah Mbah Sim, kita sudah merenovasi dan merombak ulang mas. Supaya tidak jadi bahan omongan orang yang tidak senang." Kuli yang kedua memberitahuku.
Dalam budaya Jawa jika kamu memiliki rumah mewah sementara rumah orangtuamu jelek maka kamu dihukumi sebagai anak yang durhaka. Jadi sebelum rumah ini dibangun lebih luas, rumah Mbah Sim atau kakekku direnovasi terlebih dahulu.
_______________________________________
Sebulan kemudian, rumahku jadi lebih bagus. Sekarang tepat pada tanggal 17 Agustus 2005. Beberapa orang yang di masa depan yang bakalan jadi tetanggaku yang bakalan kalau katanya orang Jawa "nyrekel".
Kelihatan dari raut muka mereka karena tidak bisa membeli tanah yang mereka rencanakan beli. Karena semua tanah paling tidak 100 meter dari rumahku sudah aku beli, mencegah hal yang tidak diinginkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Indonesian Time Traveler Journey
FantasyKembali ke masa lampau adalah hal yang mustahil untuk teknologi modern saat ini. Namun untuk saya apa yang tidak mungkin menjadi mungkin karena teknologi masa depan yang memungkinkan untuk kesadaran, kekuatan, dan kemampuan bahkan anda sendiri ke ma...