P R A K A T A

4 2 0
                                    

"Ketika aku tidak bisa bercerita, jalan satu-satunya yang tersisa hanyalah mengukirnya dalam tulisan "

##

Dia berlari, terus berlari dibawah hujan yang entah kenapa semakin deras, berbeda dengan gerimis kecil pagi tadi. Sesekali gadis dengan rambut coklat bergelombang itu menutup mata, gemertak hujan kali ini terasa sakit tajam menusuk mata. Tengah malam, di malam natal ini dia masih harus terus berlari dengan satu kaki bertelanjang dan satu laginya lagi entahlah hanya terbalut sandal yang juga akan putus.

Sesekali dia menoleh kebelakang, melihat jalanan gelap dengan satu mobil diujung jalan minim penerangan itu. Seketika lampu mobil itu menyala, sang gadis terhenyak dia tersungkur. Rambutnya yang sudah acak-acakan karna basah kini menutupi hampir separuh wajahnya, hanya dari sela-sela rambut itu terlihat bibir pucatnya gemetar, dia kedinginan dan juga ketakutan.

"Tolong aku" bibirnya terbata, namun suaranya melirih dan terisak.

Mobil dibelakangnya segera mundur dan pergi, menghilang dipersimpangan. Yang tersisa saat itu hanyalah cahaya remang-remang dari lampu jalan tua, dia dan juga hujan yang seolah menertawakan nasibnya.

Sial!

Hidupnya memang sudah sial.

Bersusah payah ia kembali berdiri, berjalan terseok-seok dengan lutut berwarna merah. Iya dia berdarah, telapak kakinya pun lecet. Gadis dengan piyama itu sepertinya harus berjalan cukup jauh. Beberapa pengendara motor yang berlalu, memang melihatnya tapi tidak ada yang berani mendekat, mereka hanya melihat dan pergi karena merasa tidak mungkin ada orang waras yang hujan-hujanan saat tengah malam. Pastilah orang dengan gangguan jiwa atau mungkin taktik pelaku criminal untuk mengambil alih paksa kendaraan mereka, seperti inilah wajah ibu kota, terlihat egois tapi semua orang berhak untuk bertahan hidup dan mementingkan dirinya.

Jadi gadis itu tidak masalah, dia tetap berjalan namun dia berani bersumpah jika dia tidak gila, gadis itu 100% waras tapi mungkin besok pagi dia benar-benar akan kehilangan kewarasannya atau bahkan mungkin nyawanya. Tinggal pilih saja caranya, pergi dimakan lautan atau mungkin pergi dengan mengapung di langit-langit.

Manakah yang paling tidak sakit untuk menyudahi sakitnya dunia yang sudah tidak waras ini?

selamat membaca!!!

sebelumnya aku terkena wroter block dan kali ini aku mencoba membuka lagi cerita yang mungkin jadi bagian terkelam.

terimakasih sudah membaca

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 02, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Before The SundownTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang