1. Pertemuan Pertama Di Kota Palembang

107 46 41
                                    

"Palembang sebuah kota yang memiliki sejuta kenangan yang bermakna."

—Rembulan Kinara Cahaya
____________________________________


~~~~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

~~~~

Malam ini udara di Palembang sangat sejuk dan dingin apalagi, pada Jembatan Ampera yang ada di Palembang terlihat sangat indah pada malam ini. Berbeda dari malam sebelumnya, Rasanya Palembang malam ini terlihat sepi hanya saja terdengar bisingan dari kendaraan yang melintas di Jembatan Ampera. Langit di malam ini juga sangat indah banyak bintang yang terukir di malam itu.

Lampu-lampu di pinggir Jembatan itu juga turut menghiasi pada malam itu hingga, terlihat sangat indah. Walaupun, ini terbilang sudah larut malam tapi, Cahaya tetap berdiri di pinggir Jembatan Ampera ini sambil menikmati indahnya langit malam itu dengan hiasan bintang-bintang yang mendampinginya, rasanya Cahaya ingin terbang bersama bintang-bintang di atas sana. Udara pada malam itu sudah semakin dingin untungnya, Cahaya memakai cardigan rajut dengan motif bunga putih hingga, membuat suhu tubuhnya hangat.

Kini, pandangan Cahaya teralihkan oleh sosok ibu pengemis dan kedua anaknya yang masih kecil yang berumur sekitar empat atau lima tahunan. Yang sedang duduk di pinggir jembatan dengan di lapisi karung sembari memakan roti dari tong sampah sungguh, bahagia keluarga kecil itu walau, hanya sepotong roti yang tidak seberapa itu. Tapi mereka terlihat bahagia ketika mendapatkan roti dari tong sampah itu. Saat itu hati Cahaya sangat terharu melihat keluarga kecil itu.

Cahaya berharap ia juga bisa seperti mereka tapi, Cahaya sadar ia tidak akan bisa seperti mereka karena, dia hanya hidup sebatang karang dan kedua orang tuanya pun sudah meninggal sejak lama.

Cahaya hanya bisa melihat keluarga kecil itu, Sebenarnya Cahaya merasa iri dengan keluarga kecil itu ia sangat ingin merasakan semua itu. Secara berlahan air mata perempuan itu jatuh mengenai pipi manis nya ia tidak bisa menahan air matanya itu terasa menyakitkan baginya kini, perempuan itu hanya bisa menangis merantapi hidupnya yang penuh dengan kesedihan.

Beberapa detik kemudian, seorang laki-laki melintasi Jembatan Ampera dengan sepeda onthelnya, dengan kecepatan lumayan cepat untuk memburu sate tengah malam ini karena kakaknya yang menyuruhnya. Sejujurnya laki-laki itu, malas untuk keluar tengah malam begini tapi ia terpaksa harus menuruti keinginan sang kakak yang sedang hamil besar. Saat sedang melintasi Jembatan itu pandangan nya tidak sengaja teralihkan oleh sosok perempuan yang sedang berdiri di pinggir Jembatan itu. Laki-laki itu berpikir perempuan itu akan mengakhiri hidupnya dan melompat ke dalam sungai Musi itu.

Tanpa berpikir panjang laki-laki itu segera mendekati perempuan itu dan memarkirkan sepeda nya di pinggir Jembatan. Dan segera menghampiri perempuan itu untuk mencegah agar tidak melakukan hal bodoh itu. Dengan cepat laki-laki itu menarik perempuan itu agar tidak melakukan hal itu.

Aku Kamu Dan PalembangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang