1. Tamu Tak Terduga

120K 937 12
                                    

Delvina Wirawan, seorang wanita berusia 23 tahun yang sedang menikmati masa-masa sebagai pengangguran kaya raya. Dia pengangguran, tak memiliki pekerjaan. Namun karena ayahnya adalah seorang pengusaha kaya, jelas statusnya sebagai pengangguran bukan masalah besar.

Delvina pernah berpacaran dengan seorang pria bernama Tiko yang usianya tiga tahun di atasnya. Namun hubungan mereka kandas ketika Delvina tahu kalau Tiko selingkuh dengan seorang anak kuliahan. Sempat drop, namun sekarang Delvina sudah mulai bisa menikmati hidup lagi.

Hari ini, adalah hari pertama Delvina sendirian di rumah. Ayahnya, yang satu minggu yang lalu baru menikah lagi sedang bulan madu bersama istri barunya ke Jepang. Dan entah kapan mereka pulang.

Hari ini, Delvina benar-benar hanya diam di rumah saja. Menonton televisi, makan, dan tidur. Sangat membosankan sekali memang hidupnya sekarang. Saat Delvina sedang meratapi hidupnya yang membosankan, terdengar lah suara bel yang berbunyi. Delvina, atau yang kerap di sapa Vina itu terlihat mendengus kesal. Namun akhirnya dia tetap berdiri dan menghampiri pintu utama rumahnya yang megah tersebut.

Pintu terbuka, dan Vina pun bisa melihat sesosok pria tinggi yang cukup dia kenal. Pria itu tersenyum ke arah Vina, dengan tangan terlihat membawa tas.

"Ah, Om Kevin. Masuk saja, Om."

Vina membuka pintu dengan lebar dan mempersilahkan pria bernama Kevin itu untuk masuk. Setelah Kevin masuk ke dalam rumah, Vina pun menutup pintu kembali.

"Orang tuamu kemana?" Kevin bertanya ketika merasakan rumah itu yang sepi.

"Papa dan Mama kan pergi ke Jepang, bulan madu." Vina menjawab. Dia kemudian duduk di sofa, berseberangan dengan Kevin.

"Benarkah? Sayang sekali. Padahal aku kesini mau mengantarkan beberapa barangnya," ujar Kevin. Ya, Kevin merupakan adik dari ibu tiri Vina. Secara tak langsung, mereka sekarang juga keluarga walau tidak sedarah.

"Barang apa, Om? " Vina bertanya, terlihat penasaran.

"Cuma beberapa foto saja, Vin." Kevin menjawab. Vina mengangguk pelan mendengar itu.

"Biar aku simpan saja di kamar mereka kalau begitu, Om." Vina menawarkan. Kevin mengangguk lalu menyerahkan tas tersebut pada Vina.

"Kalau begitu, aku pamit pergi," ujar Kevin seraya berdiri.

"Langsung pergi, Om? Gak tinggal dulu?" tanya Vina.

"Kebetulan aku ada urusan juga di sini. Jadi aku akan cari hotel dulu untuk menginap," jawab Kevin.

"Ah gitu. Kenapa harus cari hotel, Om? Menginap saja disini. Banyak kamar kosong kok." Vina menawarkan. Ya, rumahnya sangat luas dan memiliki beberapa kamar tamu.

"Memangnya kamu tak keberatan?" Kevin bertanya dengan heran.

"Kenapa harus keberatan? Kita kan sudah jadi keluarga sekarang." Vina menjawab. Kevin tertawa pelan mendengar itu.

"Baiklah. Aku terima tawaranmu. Terima kasih banyak karena sudah mengizinkan aku menginap di sini." Kevin berterima kasih disertai dengan senyuman. Senang saja karena dia tak perlu mencari hotel atau penginapan.

"Santai saja, Om. Anggap saja rumah sendiri." Vina berujar. Setelah itu, Vina pun pamit untuk menyimpan barang-barang milik ibu tirinya ke kamar. Kevin juga pamit pergi keluar untuk menemui kenalannya.

***

Vina berbaring di atas ranjang dengan kaki yang terbuka lebar. Di sampingnya ada laptop yang terbuka dan menampilkan sebuah blue film. Sementara di lubang bawah Vina, terdapat sebuah alat berwarna merah muda yang Vina gerakan secara manual untuk keluar masuk di lubangnya.

Ya, Vina adalah seorang wanita yang cukup senang dengan seks. Dulu, dia biasa melakukannya dengan sang kekasih. Namun setelah putus, seringnya Vina melakukannya sendirian, seperti sekarang.

"Ahh...."

Vina mendesah panjang disertai dengan tubuhnya yang bergetar dan mengejang pelan. Gelombang kenikmatan akhirnya sampai, dan Vina tersenyum puas karena bisa mencapai puncak kenikmatannya. Walau ya, melakukannya seorang diri tidaklah senikmat saat melakukannya dengan seorang pasangan.

Vina menghembuskan nafas panjang lalu mengeluarkan dildo berwarna merah muda itu dari dalam liangnya. Sebuah cairan melumuri dildo itu dan Vina pun langsung membersihkannya dengan tisu.

Setelah memulihkan tenaga, Vina pun bangun. Dia lalu mematikan laptopnya dan mulai membereskan semua sex toys yang dia miliki. Vina menyembunyikan semua mainan itu di dalam lemari, di bawah pakaian.

Tubuhnya sedikit lemas karena orgasme barusan. Namun Vina yang merasa haus memaksakan diri berjalan ke dapur untuk mengambil segelas air putih.

Sesampainya di dapur, Vina terkejut dengan kehadiran Kevin. Lalu akhirnya Vina mengingatkan diri sendiri kalau sekarang ada Kevin di rumah tersebut. Vina lupa kalau dia sendiri yang menawari Kevin untuk menginap.

"Oh, hai Vina. Belum tidur?" Kevin bertanya pada Vina dengan tangan memegang cangkir kopi.

"Belum ngantuk, Om." Vina menjawab. Dia lalu berjalan mendekati kulkas dan mengambil botol air. Kemudian Vina menuangkan air dingin tersbut ke dalam gelas.

Saat sedang menenggak air dingin tersebut, Vina tak sadar kalau Kevin yang berdiri di belakangnya sedang memperhatikan. Bagaimana tidak, Vina memakai sebuah gaun tidur berwarna biru langit dengan panjang di atas lutut. Sebuah tali tipis di bahunya tak mampu menutupi bahu Vina yang putih dan mulus. Belum lagi bagian dadanya yang rendah, memberikan pemandangan indah dan gratis untuk Kevin.

"Jadi, Om sedang ada urusan pekerjaan kah di sini?" Vina bertanya, mengalihkan perhatian Kevin dari bagian-bagian tubuh Vina yang bisa terlihat olehnya.

"Iya begitulah. Sekalian hari Minggu nanti mau menghadiri pernikahan salah satu teman," jawab Kevin. Dia lalu duduk di kursi meja makan. Matanya sesekali mencuri-curi lihat ke arah dada Vina.

"Begitu ya. Semoga Om betah menginap di sini. Maaf saja kalau untuk makanan, mungkin Om harus cari diluar. Karena aku juga gak pernah masak. Selalu beli diluar," ujar Vina diakhiri dengan senyuman canggung. Kevin tertawa mendengar itu.

"Tak masalah. Itu bukan hal besar," balas Kevin.

"Baiklah. Aku kembali ke kamar lagi. Selamat malam, Om."

"Selamat malam juga."

Setelah mengucapkan selamat malam, Vina pun melenggang pergi meninggalkan Kevin yang masih berada di dapur. Kevin tersenyum, berakhir dengan mengumpati dirinya sendiri.

"Sial sekali," umpatnya pelan pada dirinya sendiri. Mata Kevin lalu terarah pada bagian bawahnya sendiri, lebih tepatnya pada bagian celananya yang tiba-tiba terasa sesak. Ya, sepertinya efek menduda selama tiga tahun, yang akhirnya membuatnya mudah terangsang hanya dengan melihat Vina dengan gaun tidurnya barusan.

***

Vote dan komennya jangan lupa ya guys😘😘

Hot UncleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang