BAB 1 : BASAH

1 0 0
                                    

Hari ini adalah hari yang sangat melelahkan bagi ku dan tentu saja bagi team ku. Pekan depan adalah pekan olahraga pelajar tingkat SMA untuk DKI Jakarta. Aku tergabung dalam team bola volley putera sekolah ku, tentu saja tenaga dan fokus kami tengah di forsir habis – habisan oleh coach Andre seperti saat latihan sore ini.

Kami diberi waktu istirahat 20 menit oleh coach Andre yang tentu saja tidak akan kami sia - siakan. Aku langsung beranjak menuju kursi dimana tas dan botol air ku berada. Saat ingin berjongkok sambil minum tiba – tiba tubuhku limbung begitu saja. Sadar karena ada yang mendorongku, aku menggeram pelan dan menoleh kepada sang biang kerok penyebab air minumku tumpah mengenai celana.

Aku berharap bahwa yang menyenggolku adalah salah seorang kawanku di team atau setidaknya anak laki – laki sepertiku agar aku bisa melemparkan botol kosongku padanya, supaya bisa mengurangi mood burukku. Namun sepertinya dewi fortuna tidak sedang memihak ku karena ternyata sang pelaku adalah seorang gadis cantik yang berdiri disamping Lendra, kapten team ku.

Aku hanya menatap gadis itu dari tempat ku berdiri tanpa ada keinginan untuk menghampiri apalagi melempar botol kosongku ke arahnya seperti niat awalku karena Bunda selalu menasehati agar tidak bertindak seenak jidatku kepada makhluk yang berjenis perempuan. Aku terdiam sambil menunggu ektikad baik dari gadis itu untuk meminta maaf padaku namun sebaliknya gadis itu justru hanya menatap ku dengan tatapan datar yang mungkin hampir setara dengan papan tulis di kelas.

Saat menuju lapangan untuk memulai latihan lagi tiba – tiba Lendra dan Bagas terdengar memanggilku

Woi Sabri lo habis ngapain elah Panggil si Bagas dengan wajah usilnya. Aku hanya menatap nya dari depan net.

Lendra yang ada di depan coach Andre tiba – tiba terbahak menatapku. Aku merinding dan sedikit takut jika Lendra kerasukan penunggu sekolah karena memang sekarang sudah hampir menjelang maghrib.

Aku pun juga dapat melihat coach Andre yang berusaha untuk meredakan tawa Lendra yang meskipun dia sendiri juga sedang terbahak sambil memandang ku.

Sabri... Sabri perasaan tadi rehat Cuma 20 menit dan lo sempet – sempet nya ngelakuin aktifitas laki di toilet? Tuh celana lo basah semua Ucap Lendra sambil menunjuk bagian tubuhku yang itu

Aku langsung reflek melihat ke arah yang ditunjuk oleh Lendra, dan benar saja di bagian itu ku terlihat basah. Aku juga mendengar anak – anak lain yang juga ikut menertawakanku, karena bagi kami anak cowok hal seperti itu sama hal nya dengan lelucon semata. Aku kemudian mengambil bola volley di samping kiriku dan langsung melemparkan nya ke arah Lendra sambil mengumpat Anak setan.

Tawa mereka semua justru semakin keras setelah aku mengumpat, karena aku sendiri dikenal sebagai tipe orang yang jarang mengumpat. Jangan kan mengumpat, bicara saja rasa nya mager sekali. Saat aku ingin mendatangi Lendra di pinggir lapangan langkahku berhenti begitu saja. Disana ada gadis penyebab tragedi ini tengah menghadap padaku sambil senyum, ingat sambil senyum dan tentu saja aku yang jomblo dari zigot ini terpesona saat melihatnya.

Untuk nama terkutuk lah mereka yang mengubah nama ku menjadi Sabri. Namaku adalah Satya Nagari Puspandanu. Terkesan patrotisme sekali ya namaku, itu karena aku dilahirkan Bunda saat menemani Ayah yang tengah dinas di Papua sebagai Abdi Negara. Oleh karena itu sejak kecil kakak ku selalu memanggilku Beta karena Ia adalah salah satu anak yang suka melihat iklan Aqua. Aku pikir sekarang karena kakak ku sudah sibuk kuliah dan dan jarang dirumah aku akan aman dari derita pengubahan nama, namun ternyata aku salah. Justru di sekolah selama dua tahun ini aku dipanggil dengan sebutan Sabri.

Sebenarnya nama Sabri sendiri aku mendapatkan nya bukan tanpa alasan. Alasan nya karena pada saat aku kelas 10 aku oleh coach Andre pelatihku mengikutkan aku untuk seleksi pencarian pemain volley junior untuk mewakili salah satu club volley yang ada di Jakarta dan pada akhirnya aku terpilih. Pada saat itu belum banyak yang mengenalku di lingkungan kompetisi karena memang aku baru menekuni bidang ini dan juga umurku yang saat itu masih 16 tahun. Namun seolah berbanding terbalik dengan umurku, menurut teman – teman sekolah yang ikut menonton turnamen pertama ku dari tribun mereka bilang jika aku banyak melakukan aksi brilian seperti smash – smash keras yang tidak dapat di halau oleh team lawan dan tentu saja dapat menambah poin bagi team ku.

Sejujurnya aku tidak sadar sama sekali jika video yang berisi aksi ku di lapangan turnamen viral di kalangan siswa SMA, terutama SMA Mentari yang tak lain adalah sekolahku. Sejak saat itu akun Instagramku banyak diikuti oleh para pecinta bola tangan dan tentu saja para siswa SMA Mentari. Kemudian nama Sabri muncul begitu saja. Menurut teman – teman eskul ku di sekolah Sabri itu singkatan Satya Bintang SMA Mentari begitu singkat cerita nya.

Setelah sadar dari lamunan ku, aku terkejud melihat Lendra yang sekarang berdiri di hadapanku Namanya Wulan Aninda, kelas 11 Mipa 2, sepupu gue dan katanya maaf dia menyesal udah bikin lo malu hari ini kemudian dengan wajah sok rupawan nya Lendra meneruskan lagi Siapa tau jiwa jomblo dari zigot lo sedang penasaran dia siapa.

Aku lantas menoleh kearah gadis itu, ternyata dia sudah membalikkan badan dan mengayunkan kakinya menuju tempat parkir yang ada di samping lapangan volley. Aku rasa comedi untuk hari ini cukup sekian dan aku harus kembali ke habitatku masuk ke dalam lapangan bersama manusia – manusia aneh yang saying nya adalah teman satu tean ku itu untuk latihan.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: May 21, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Satya NagariWhere stories live. Discover now