MESKI tanpa alarm untuk membangunkannya, dalam sebuah selimut yang terlihat seseorang bergulat di dalamnya. Selimut itu terangkat.
Seorang laki-laki dengan dengan piyama tebal berwarna krem yang dipenuhi dengan gambar motif beruang cekolat. Di kepalanya berbalut sebuah headband yang tebal dengan warna merah muda. Dengan wajah segar dan sedikit masih mengantuk, dia meregangkan kedua lengannya.
Dengan senyum yang lebar dia turun dari ranjang tempat tidurnya, berjalan menuju jendela untuk membuka gorden putih berlapis. Langit masih belum begitu cerah, laki-laki itu sudah beranjak dalam kamar mandi yang ada di kamarnya. Tidak lupa mengambil handuk yang ada di gantung dekat dengan kamar mandi.
Sehabis mandi, dia berganti pakaian dengan kaos merah muda yang pastel dengan celana jogger abu-abu. Langkahnya berlanjut ke arah meja dengan rak lemari di sisinya yang berisikan produk-produk untuk merawat wajah juga badan.
Tanganya dengan lihai membalurkan setiap produk yang di perlukan ke wajahnya. Wajah mulus, cerah, dan terawat miliknya suka menjadi inceran untuk dielus oleh anak-anak perempuan di kelasnya. Kecuali satu anak perempuan yang di kelasnya yang tidak ikut mengelus wajah berharganya.
Perempuan itu jarang tersenyum, lebih sering tersenyum tipis atau terpaksa. Perempuan yang pandai dalam segala hal dan melakukan apa pun.
Perempuan yang selalu meliriknya cuek. Sulit untuk didekati oleh siapa pun namun tidak begitu sulit untuk murid perempuan.
Untuk seorang Denis Nathanael yang imut, baik hati, ceria, juga rajin menabung, dengan usaha yang sangat mudah mendekati Cherry. Fakta yang paling Denis suka adalah, komplek rumah perempuan itu tidak jauh dari komplek rumahnya.
Denis melirik speaker bluetooth yang terdapat jam digital di atas meja belajarnya, sudah hampir jam delapan. Dengan langkah ringan dan semangat berjalan keluar dari kamarnya.
“Pagi baby boy!” sapa seorang wanita yang tengah asik memasak di dapur di pagi hari ini. Seren, dengan riasan tipis di wajahnya, berpenampilan terlihat modis meski pagi-pagi dia sudah berada di dapur.
“Mi, aku ke taman komplek sebentar yah,” pamit Denis menghampiri Seren.
“Sarapan dulu,” perintah Seren.
Denis menggelengkan kepalanya. “Nanti aja abis dari taman. Aku pergi dulu sebentar yah Mi! Emergency ini buru-buru kalo enggak aku telat!” Suara Denis menghilang bersama langkahnya keluar rumah.
Dengan langkah ringannya menuju taman yang berada di tengah komplek perumahannya. Rambutnya yang tebal ikut berterbangan lompat-lompat mengikuti gerak langkah kakinya. Taman bermain ini masih sepi, Denis dengan sengaja duduk di ayunan yang kosong di taman.
Denis sudah mengamati selama seminggu, dan ini akhirnya dia dengan sengaja duduk di ayunan taman tengah komplek. Menunggu sambil mengayunkan pelan tubuhnya menikmati angin yang diciptakannya.
Penantian Denis akhirnya terbayarkan. Dari ujung matanya, Denis melihat siluet yang di kenalinya. Perempuan itu berjalan santai menghampirinya dengan tangan yang di masukkan ke dalam saku celana. Duduk tepat di samping Denis.
Denis menyapanya, Balasan yang terkesan cuek dari perempuan itu, “hai.”
Denis sedikit sedih tapi tidak berlangsung lama. Pertanyaan beruntun tanpa sadar keluar dari mulutnya selagi melihat penampilan perempuan dengan teliti. Kaos putih polos dengan luaran jaket berwarna biru navy, dengan celana jeans straight biru muda. Keingintahuan Denis teralih oleh senyum manis perempuan itu.
Terasa pipi Denis terasa hangat. Denis menunduk melihat ke arah kakinya. Perempuan protes dengan pertanyaan Denis yang beruntun. Denis dengan nadanya yang pura-pura merajuk kembali bertanya. “Ih! Cherry gimana sih? Ya udah, kamu mau ke mana pagi-pagi udah siap gini?”
KAMU SEDANG MEMBACA
Cherry
RandomCherry melihat segala hal dengan positif. Kecuali menjalin hubungan. Menjalin sebuah hubungan merupakan hal yang rumit untuk Cherry, terlebih Cherry menyukai seseorang yang sulit untuk diterima logika. Denis, laki-laki yang menyukai hal yang berbau...