Pandangan Kedua

262 26 2
                                    

Masih dengan Jion yang belum mengetahui Van lah yang membunuh orangtuanya<<<

Sepulangnya dari pemakaman, Jion sudah pulang ke rumahnya. Rasanya orangtuanya masih ada disini, tidak, dia tidak terima dengan apa yang sudah membuat orangtuanya tiada. Itu sudah jelas bahwa ini adalah pembunuhan.

Jion berjalan menuju dapur, lalu menatap sekeliling. Kemudian ada sesuatu yang menarik perhatiannya, Jion menunduk dan mengambil benda bulat yang kecil itu.

Sebuah kancing pakaian?

Kancing ini pasti milik pelaku itu, ini bisa menjadi langkah pertama untuk Jion mencari pelakunya.

Sepertinya Jion tidak kuliah hari ini, mungkin dia akan langsung bekerja di cafe.

"Jion, aku turut berduka atas kematian orangtua mu, seharusnya kau mengambil cuti dulu beberapa hari untuk menenangkan pikiran mu" ucap Hares, ya karena cafe nya baru saja dibuka, jadi Hares dan Jion sedikit bersantai dahulu.

"Dirumah membuat ku teringat orangtua ku, mungkin kedepannya aku akan jarang dirumah"

"Aish tidak boleh seperti itu, tenanglah"

Jion menghela napasnya.
"Bagaimana aku bisa tenang, sedangkan pembunuh orangtua ku masih berkeliaran Hares? Aku akan mencari pembunuh itu dan membuatnya mendapat hukuman yang pantas dia dapat, dia harus di penjara"

Kemudian Hares menggenggam tangannya, "Kau bisa memanggilku jika kau butuh bantuan, aku pasti akan membantumu."

"Terimakasih"

Hares dan Jion melihat ke arah pintu masuk cafe, sepertinya orang-orang akan mulai berdatangan. Mereka bergegas untuk kembali bekerja.

Jion mendatangi satu pelanggannya, dan mulai bertanya apa yang pelanggannya pesan.

"Apa yang ingin anda pesan, tuan? "

Awalnya pelanggan itu menggunakan masker, kemudian dia melepasnya.

"Jion? Ah kita bertemu lagi"

"Van? " Jion ingat, dia adalah Van. Orang yang Jion tolong malam itu, malam dimana terbunuhnya orangtuanya.

"Aku senang kau masih mengingatku, sepertinya kita memang ditakdirkan untuk selalu saling bertemu, bukan begitu?" Van tertawa kecil yang dibalas senyuman oleh Jion.

"Apa yang ingin kau pesan, Van?"

Setelah memesan, Jion mengantarkan pesanan itu pada Van. Saat ingin pamit pergi, Van menghentikannya.

"Jion, duduklah disini. Temani aku sebentar, boleh kan? "

"Ah tapi pekerjaan ku masih banyak-"

"Ku rasa mereka tidak masalah, hanya temani aku sampai selesai saja. Lagipula rekan-rekan mu mengerjakan semuanya dengan baik" ujar Van.

Jion mengangguk pelan, kemudian duduk di depan Van.

"Aku baru pertama kali ke cafe ini, sepertinya aku akan sering-sering kesini karena dirimu" Van membuka percakapan.

"Benarkah? Kau bisa datang kapan saja Van"

"Sebenarnya ini tidak baik karena mengganggu privasi mu, tapi aku tidak sengaja mendengar percakapan mu dengan rekan mu tadi. Tentang pembunuhan? " Van menyadari raut wajah Jion berubah ketika dia mengatakan itu. Van ingin memastikannya.

"Maaf jika itu menyakiti dirimu-"

"Tidak apa-apa, itu memang benar. Dan itu menimpa orangtua ku" Jion tidak ingin membahas ini lagi sebenarnya, tapi entah kenapa seolah-olah dia terpengaruh sesuatu untuk membahas itu.

Van mengangkat sebelah alisnya. Dia menopang dagunya dan sedikit memajukan dirinya pada Jion. What if?

"Bagaimana bisa terjadi? " Van mulai bertanya.

"Aku tidak tahu, kejadian itu saat malam dimana aku menolongmu. Saat aku sudah tiba dirumah, mereka sudah dalam keadaan tidak bernyawa" Jion menunduk, bayang-bayang itu masih berada dipikirannya.

Van menatap Jion dengan tatapan yang sulit diartikan. Tangannya terulur dan mengusap surai Jion.
"Tuhan memberimu takdir dalam hidup, mungkin salah satu nya dengan cara mengambil orangtua mu, agar kau menjadi kuat dalam semua jalan hidupmu."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 19, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Love in revenge -SungJake-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang