Terima kasih yang udah mampir baca cerita ku
Semangatin aku dengan vote,
Kritik dan saran di komentar asal sopan☘️Happy reading☘️
Zeya POV"Hei nak. Jangan jadi pemalas, bangun! Roti tidak bisa begitu saja masuk ke mulutmu tanpa usaha" Suara seseorang terdengar di telingaku. Aku masi mengantuk, tolong. Mencari posisi nyaman, aku kembali terlelap sebelum bahuku diguncang.
"Eenggghh" Aku mencoba memperbaiki pandanganku yang masih belum jelas.
"Dasar pemalas! Cepat bangun, aku menampungmu tidak untuk bermalas-malasan"
Aku melihat ibu-ibu sedang membuka jendela kayu, mama gak mungkin ngomong begitu sama aku kan. Siapa orang ini? Saat aku lihat lebih jelas, semangatku benar-benar menguap begitu saja.
"Kenapa kamu seperti melihat hantu? Cepat bangun" Dia mengomel lagi. Nyatanya ibu itu adalah ibu Rea. Kupikir kejadian aku tersesat hanya mimpi belaka.
"Ibu, jangan membuat Zeya tidak nyaman. Zeya mungkin masih lelah" Rea datang kearahku, yang membuat ibunya berdecak dan keluar dari kamar.
Ya aku memang lelah, karena setelah istirahat kemaren, Tex dan Rea pergi ke hutan lagi untuk mencari tanaman obat. Aku merasa tak enak tinggal dengan ibunya Rea berdua. Jadi aku memutuskan untuk ikut. Dan berakhir kelelahan.
"Aku harap kamu tidak tersinggung Zeya. Ibuku memang bermulut pedas. Tapi dia orang baik, kamu tenang saja. Jangan memikirkan ucapannya" Rea menghibur. Mungkin dia melihat wajah kusutku di pagi hari, yang sebenarnya ini bukan karena ibunya.
"Ayo, kita pergi ke sungai. Temani aku mencuci pakaian. Supaya fikiranmu tenang. Kita juga bisa sekalian mandi"
Aku mengikuti langkah Rea yang membawa sekeranjang pakaian kotor. Suasana disini sangat asri, udara dipagi hari begini sangat sejuk.
Matahari baru akan timbul di depan kami, berarti kami menuju arah timur. Beberapa orang kami jumpai diperjalanan. Mereka menyapa Rea, yang dibalas dengan riang olehnya. Aku hanya tersenyum saat mereka menatapku, Rea yang menjelaskan kalau aku saudaranya.
Kami sampai di sungai, keberadaan sungai memang cukup dekat dari belakang rumah Rea. Jadi kami tidak merasa lelah, akubahkan sangat senang setelah sampai disini.
Airnya jernih, mengalir diantara bebatuan. Saat kakiku masuk, ini terasa dingin. Kami duduk di bebatuan yang cukup besar dan lebar. Sepertinya ini memang tempat Rea biasa mencuci.
Setelah selesai mencuci kami kembali kerumah, aku membantu Rea menjemur pakaian. Rea sudah mandi, aku tidak terbiasa mandi ditempat terbuka. Kecuali kemaren, karena hari sudah gelap aku ikut mandi di sungai bersama Rea.Jadi, aku tadi kembali untuk membawa wadah air. Agar bisa membawa air kerumah.
"Sudahlah Zeya, lebih baik kau pergi mandi sekarang. Setelah ini kita harus pergi ke pasar ingat? " Rea mengingatkanku akan tugas kami selanjutnya. Aku mengangguk dan bergegas pergi.
Selesai mandi, Rea sudah menunggu dikamar. Dia memberi pakaiannya padaku.
"Terima kasih Rea, kamu sungguh baik" Aku berkata tulus. Dia hanya tersenyum.
Setelah makan rati sepotong, kami berangkat menuju pasar bersama Tex, Rea memanggilnya saat kami hendak berangkat. Rumah Tex hanya terhalang dua rumah dari tempat tinggal Rea.
"Aku memikirkan ini semalaman dan membuatku tidak bisa tidur kau tau? " Tex berbicara kepada Rea.
"Apa yang kau pikirkan? " Rea terlihat penasaran.
KAMU SEDANG MEMBACA
ASING (On Going )
FantasyFirst my Fantasy story Zeya Zoraya, siswi kelas 12 SMA yang menjalani hari-harinya dengan biasa. Ia diajak teman-temannya mengikuti perkemahan persami yang diadakan sekolah. Daripada bosan di rumah hanya sekedar rebahan, dia memutuskan ikut. Namun...