"Hai..."
"Aku bawain makan siang buat kamu, makan bareng?" gadis itu menunjukan paper bag berisi makanan yang ia bawa.
"Saya masih ada rapat, kamu bisa tunggu disini." Ucap laki-laki itu tanpa melihat kearah Sashi.
Sashi menghela nafas mendengar ucapan laki-laki yang sudah empat tahun menjadi tunangannya, apa boleh buat Sashi hanya bisa pasrah, marah pun laki-laki itu tidak akan perduli padanya di banding harus mengeluarkan emosi yang menguras tenaga lebih baik Sashi diam saja. menatap sekeliling ruangan Sashi menjatuhkan tubuhnya di sofa hitam yang tersedia.
Dua jam berlalu, Sashi masih setia menunggu dengan setengah mengantuk ia terus menatap pintu berharap laki-laki itu segera datang, perut Sashi sudah perih dan terus berbunyi. Majalah di tangannya, sudah dia letakan kembali ke tempatnya.
Pintu ruangan terbuka, Sashi mendongak melihat Kala datang bersama Juna sekretaris pribadinya.
"Kamu masih disini? Saya kira sudah pulang, Saya sudah makan siang." Ucap Kala tanpa rasa bersalah sedikitpun.
Sashi mengamati laki-laki di depannya tidak percaya, Kala menoleh sekilas pada Sashi lalu melanjutkan langkah menuju meja kerjanya.
Juna hanya menatap Sashi dengan iba, saat Sashi melihatnya Juna membungkuk sopan dan tersenyum tipis menyapa tunangan sang bos.
Hal seperti ini bukan sekali dua kali terjadi, karena setiap Sashi datang berkunjung maka Kala akan keluar dari ruangannya dengan berbagai alasan, Juna tidak habis pikir dengan tunangan bosnya yang pantang menyerah selalu datang dan berakhir di tinggalkan begitu saja.
"Oke." tanpa banyak kata Sashi mengemasi barang bawaannya.
Sebelum mencapai pintu Sashi menoleh ke arah Kala, "Sampai kapan kamu akan seperti ini? Segeralah bertindak, karena diammu tidak akan bisa melindungi gadis itu."
Tanpa mendengar jawaban Kala, Sashi bergegas meninggalkan ruangan tersebut. Jika Sashi bisa Ilmu Sihir, ingin rasanya sekarang Sashi mengubah Kala menjadi butiran debu, sumpah serapah terhadap Kala sudah ia layangkan sejak Sashi keluar dari ruangan laki-laki itu tentu saja hanya dalam hati.
Secepat kilat, Sashi mengambil handphone dalam tasnya dan mendial nomor sahabatnya.
"Lo dimana?"
"Di ruko"
"Gue otw kesana"
Sepanjang jalan Sashi merutuki dirinya sendiri yang bodoh, menunggu hampir dua jam dan berakhir sia-sia.
Mencengkram kemudi, Sashi menatap jari tangannya yang di plester.
"Bego." Desisnya mengingat jari-jarinya yang terluka karena membuat makan siang untuk Kala.
Masih tak habis pikir dengan pola pikir Kala, apa susahnya mengatakan dia sibuk dan tidak bisa makan siang bersama. Sudah empat tahun tetapi hubungan mereka tidak ada kemajuan sedikitpun. Sashi harus segera melepaskan Kala secepatnya. Kalandra Yassar Adhitama namanya, laki-laki yang sudah merebut hatinya sejak Sashi duduk di bangku SMA.
Awal mula hubungan mereka terjalin di karenakan perjodohan dua keluarga, tentu Sashi menerima dengan senang hati kabar tersebut, meski tau Kala sempat menolak perjodohan mereka tetapi hal itu tidak melunturkan niat Sashi untuk merebut hati Kala saat itu, dengan tekad yang kuat dan hati yang penuh cinta Sashi percaya diri bisa meluluhkan Kalandra itulah yang ada di imajinasi Sashi saat itu, berbeda setelah menjalani waktu empat tahun rasanya sekarang Sashi ingin menyerah, telah banyak hal yang dia lakukan untuk menarik perhatian seorang Kalandra dari hal biasa sampai hal extreme tak ada satu pun yang bisa membuat hati Kala luluh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Done For Me
General FictionSashiana akhirnya terbangun dari khayalan, menatap kenyataan jika tunangannya tidak akan pernah bisa mencintai dirinya. Sashi lebih memilih mundur perlahan dan menyiapkan rencana untuk membayar kompensasi agar pertunangannya batal. Bagi Kalandra, pe...