halo

6 2 3
                                    

"eh ayah kameranya uda nyala kesini cepat," ucapku dengan kesal


..



"ayaaaaahhh? ayah dimanaa?"




"ayah kameranya nyala sendiri."




"say cheese!!"




cekrek




ucap wanita itu sambil tersenyum di taman halaman rumah. aku cuma memandang ibuku bertutur setiap hari tentang ayah, ibu lupa ayah sudah tiada.


usianya sudah renta, kini hanya berbaring di sofa, menonton tv dengan infus di tangan nya.


alzheimer sudah lama bersamanya saat aku masuk sma.



kadang aku sedih jika tentang orang tua, ambil rapot, rapat pleno, tutur sana sini sudah ku lalui semua.



aku tidak masalah dengan hidupku, aku hanya perlu merawat nya hingga tua, karena ini bakal susah sembuhnya.



haiii kenalin, aku dara. untuk lengkapnya dara isvara maheswari. maheswari dari ayahku, katanya aku seperti bidadari baginya. dara sendiri dari ibuku, artinya anak perempuan.
aku anak pertama dan terakhir.

sebenarnya aku memiliki seorang kakak, tapi ia gugur dalam kandungan. sedih rasanya, tapi untuk apa? aku bersyukur bisa lahir ke dunia ini.



aku mahasiswa semester 2 dan aku mengambil jurusan kedokteran.
lucu ya? bahkan aku sudah punya pasien dari lama, lebih lucunya lagi aku tak bisa menyembuhkan nya, aku hanya bisa menemaninya, bercanda dengannya, dan mendoakannya.



aku biasa dipanggil dara, dan memang ga ada kata lain untuk bisa dijadikan nama panggilan.
one n only 'dara' haha























tepat jam makan siang, perkuliahan ku usai ketika perut ini lapar. makan apa ya enaknya?
segerombolan anak datang kepadaku.

"dorrrrrrr, heheheheh, bengong mulu mangan ngapa mangan," ucap ajeng sohib dari ospek

"kebiasaan ya? paksel paksel, ngapak jaksel, kamu ini orang jawa, tapi jangan di campur-campur juga kan aneh jadinya haha," ucap qumi temanku yang paling pengertian

"gimana kuliah hari ini? seru ga?" tanya ajeng

"ya, hmm," ucapku

"pasti lagi badmood ya?" tanya qumi sambil merapikan rambutku yang berantakan

"aku gak selera makan, ibuku gak mau makan seharian, aku harus gimana?"

"pake teknik yang di tiktok itu aja dar, yang uwing-uwing dulu abistu baru di nyam nyam, hahahaha," saut ajeng

"apaan si jeng, itu mah buat anak kecil," ucap qumi yang nggak terima

"tapi aku udah nyoba kok sama mas doi," saut ajeng dengan pedenya

"yeuhhh nggak iri!!!" jawab qumi dengan sedikit mengejek

aku tersenyum melihat tingkah mereka yang ada-ada saja setiap hari, kemudian mataku tertuju pada gerobak lotek , lalu aku berhenti "eh mau beli lotek ga?" tanyaku pada mereka berdua

"aku nggak doyan sayur," ucap ajeng

"aku udah kenyang dar, kayaknya kamu aja deh yang beli", saut qumi

"yaudah deh, aku beli lotek dulu ya,"

"eh dar, aku mau ada urusan aku cabut sekarang ya bye," ucap ajeng terburu-buru

"buru-buru amat si ajeng, ada apa ya?" tanya qumi

ketika kita berdua menoleh ke arah gerobak loteknya ternyata ada seorang pria yang menatapnya dari tadi

qumi menghela napas "oalah, mas mantan tohh."

aku tertawa kecil lalu membeli lotek dua bungkus.


tiba-tiba qumi dijemput ibunya, ibunya habis mengantar kue.

"eh dar, aku pulang duluan ya, ibuku malah jemput padahal mau balik bareng"

"eh iya gapapa qum, aku pulang sendiri aja santaii"

"oke byee daraa"

ibunya sempat mampir ke kampus untuk menjemput qumi, setelah berjualan, lalu melihat senyuman anaknya ketika dijemput, betapa beruntungnya yaa? aku sendiri iri melihat mereka berdua.

"ini mbak, loteknya, yang pedes yang dikaretin dua ya"

"makasi mas--" ucapku belum selesai

tiba-tiba datang pria tak tau dari mana asalnya dia mengambil lotek punya ku.

"heh! itu punyaku!! aku udah pesen duluan!! budayakan antri!!" tegasku sambil menepuk pundaknya

"apaan si sakit tau!! main nepok aja emang gua adek lo apa, gua udah pesen duluan disini!! yakan mas?" ucap dia dengan kekeuh bahwa lotek itu miliknya

mas loteknya lalu tersenyum dan berkata "masnya tadi beli lotek yang sebelah sana ya?"

mas penjual loteknya menunjuk ke arah gerobak lotek yang berada agak dekat di sebelah kanan nya

aku tidak kuat menahan tawa melihat muka bingungnya dia pasti sangat malu

mukanya kelihatan malu banget dan kesal,

"aduh mas maaf ya salfok haha lagian ngapain si jualan deket-deketan," ucapnya malu tapi kesal


"eeee ini," dia memberikan lotek itu kepadaku


"apa? hah? buahahahhahahaha," tawa ku pecah melihat dia langsung canggung memberikan loteknya


"maap salah"


dia langsung berlari tanpa basa basi, lalu terlihat dia membayar lotek di gerobak sebelahnya



"hahahahahha aduh gak kuat, lagian main nyelonong aja" ucapku sambil tertawa



"hadeh mbak, itu tuh akibat salah fokus, soalnya emang sering kejadian kayak gitu mbal disini hahaha," ucap mas penjual lotek tertawa




"hadeh, ada-ada saja emang ya, nggak tau malu," ucapku masih heran lalu membayar loteknya





sampai dirumah, seperti biasa aku mencari ibuku untuk makan siang "ibuuuu, daraaa pulang, ayo makan siang sama-sama"





hening






kemana ya dia?







ku dengar suara dari ruang makan, ternyata ibuku sedang makan dengan lahapnya



"eh dara, udah pulang? ibu baru mau makan neng," ucap embak nia yang sedang menyuapi ibuku





"tumbenan mbak? kenapa?" ucapku berbisik senang





"dia nemu foto ayahmu di laci meja mu, dia senang gak karuan," ucap embak sambil tersenyum




aku menghela napas dan tersenyum tipis, "ibu rindu banget ya sama ayah?" tanyaku dalam hati




"hehehehe yaudah mbak, ayo makan lotek bareng, aku beli dua bungkus!!"



"eh ga usah neng, nanti embak masak sendiri"



"sssttt gak ada penolakan hehe,"



"okelah ayo makan sama-sama"




suasana di ruang makan kembali hidup, cahaya penerangan nya cukup untuk kita tertawa, yah walaupun ngga sama ayah, tapi mereka adalah keluarga ku sekarang.





Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 28, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Dunia DaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang