main story

423 31 3
                                    

Doyoung menggulirkan layar di ponselnya sembari membaca berita yang ditampilkan pada salah satu situs kanal berita kotanya dengan cermat. Satu persatu kalimat yang disajikan ia cerna dengan perlahan, khawatir akan ada informasi yang tertinggal. Saat ia merasa kepalanya sedikit pening, ia mengangkat kepalanya dari layar dan memandang sekeliling. Dapat ia lihat, hampir semua orang dalam kereta itu juga tengah membaca berita yang sama dengannya. 

Berita kematian seorang pria berusia 50 tahunan ini memang sangat menggemparkan semua orang. Pria yang juga merupakan atasan Doyoung di kantornya itu dibunuh dengan keji. Hampir seluruh tubuhnya terdapat luka sayat yang menurut keterangan polisi didapat sebelum kematiannya. Di telapak tangannya juga terdapat sebilah pisau yang menancap hingga menembus kulitnya. Penyebab kematiannya pun tak kalah sadis, lehernya hampir putus karena tenggorokannya disayat dengan pisau. Dapat Doyoung tebak, ia pasti sangat menderita dan kesakitan sebelum kematiannya.

Doyoung tak tahu sudah berapa kali ia membaca tiap detail kasus itu, bahkan saat di pemakaman sang atasan pun, ia tak mau berhenti mendengarkan cerita yang mengalir dari mulut ke mulut para karyawan. Sebut Doyoung kejam atau tak berperasaan, karena nyatanya ada sedikit rasa lega dihatinya saat mendengar atasannya itu meninggal. 

Doyoung sangat membenci atasannya itu. Atasan yang selalu bersikap semena-mena dan membentak-bentak dirinya. Tak peduli seberapa keraspun usaha yang dilakukan Doyoung, selalu saja semua tampak salah dimatanya. Ia bahkan pernah menampar Doyoung saat mereka kalah dalam tender sebuah proyek. Bukan hanya itu saja, atasannya itu pernah hampir melecehkannya saat makan malam perusahaan. Beruntung rekan-rekan kerjanya segera datang dan berusaha menjauhkan Doyoung darinya. Doyoung bukannya tidak berusaha melawan, tapi rasa takut akan kehilangan pekerjaanlah yang membuatnya menutup mulut. Karena bagaimanapun juga, ia membutuhkan pekerjaan itu untuk dirinya.

Tak berapa lama, kereta yang dinaiki Doyoung pun tiba di stasiun dekat rumahnya. Ia pun turun dengan beberapa penumpang lain yang memiliki tujuan sama dengannya. Saat sudah berada diuar stasiun, Doyoung mengadahkan kepalanya ke langit. Tak ada satupun bintang yang terlihat. Hanya ada awan pekat dan kilatan cahaya yang menandakan sebentar lagi turun hujan. Buru-buru Doyoung berlari ke apartemennya yang terletak tak jauh dari stasiun. Beruntung, hujan lebat disertai gemuruh petir turun setelah ia tiba di unit apartemennya. 

Segera ia masuk dan melepaskan sepatunya. Juga jas dan kemeja yang ia gunakan untuk ke pemakaman sang atasan hari ini. Ia ingin segera mencuci semua bajunya, dan membasuh tubuhnya dengan air mengalir. Ia merasa harus segera membuang sial yang ia bawa karena pergi ke pemakaman atasannya itu sekaligus merayakan kebebasannya. 

Selesai mandi, Doyoung yang hanya mengenakan jubah mandinya itu pun duduk di sofa depan televisi yang tak menampilkan apapun. Pikirannya berkelana kesana kemari memikirkan semua yang terjadi di hidupnya. Pandangan matanya pun tertumbuk pada foto seorang bocah kecil yang ia letakkan pada meja di samping sofa, putranya. Putranya yang telah terlebih dulu meninggalkannya di dunia ini karena kelalaian sang guru yang tak dapat menjaganya. Doyoung tak dapat membohongi bahwa ia sangat merindukan putranya itu. 

"Kenapa kamu menangis? Apa seseorang menyakitimu lagi?" Doyoung mendongak ke arah sumber suara. Ia tak sadar sejak kapan orang itu berdiri di balkon apartemennya sembari memegang sebatang rokok. Orang itu pun segera mematikan rokoknya dan berjalan menghampiri Doyoung.

"Kutanya kenapa kamu menangis? Apa ada yang menyakitimu lagi?" Orang itu kembali mengulangi pertanyaannya. Doyoung buru-buru menghapus air matanya dengan kasar dan menggeleng.

"Tidak Taeyong, tidak ada yang menyakitiku. Aku hanya….hanya merindukan putraku." Air mata Doyoung kembali menetes saat mengatakan itu. Taeyong yang melihatnya segera duduk di samping Doyoung dan mendekatkan tubuhnya pada Doyoung. Dicengkeramnya rahang Doyoung dengan satu tangannya.

Obsession || TAEDO Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang