Bond

5 0 0
                                    

Saat ini jam di dinding menunjukkan pukul 8 pagi. Pada suatu ruangan menyerupai bangsal rumah sakit. Dimana hanya ada satu pasien di ruangan itu. Ruangan itu cukup gelap oleh karena tidak adanya sinar matahari yang masuk. Hanya ada cahaya lampu kecil redup yang menerangi ruangan itu. Suhu pada ruangan cukup dingin, namun pasien di ruangan itu dibasahi keringat. Ia tidur dalam gelisah. Detak jantungnya berdetak cepat, dan sesekali ia mengerang. Berteriak-teriak dalam tidurnya, yang pasti membuat orang lain berpikir jika ia sedang dikarantina pada ruangan itu. Namun kenyataannya dia tidaklah sakit

Setelah berkali-kali mengerang, dia terbangun dari tidurnya. Raut wajahnya menunjukkan ketakutan yang mendalam. Nafasnya terengah-engah. Dadanya bergetar naik turun. Sesaat ia menyeka keringat di wajahnya. Segera dia meraba-raba dalam keremangan, mencari sesuatu yang amat berharga baginya. 

Sebuah tongkat yang tergeletak di meja sebelah ranjangnya.  Sebatang tongkat  ber ukuran 13 setengah centi, terbuat dari Pear wood, dengan inti sihir bulu burung phoenix di dalamnya. Sebagimana yang selalu dikatakan oleh para pembuat tongkat sihir, jika Pear Wood hanya memilih penyihir yang hangat, dermawan dan bijaksana. Namun demikian, pasien itu berharap agar tongkat sihirnya yang akan memberikan dia "Kebijaksanaan" untuk kondisi dia saat ini

Sesaat ketika dia baru saja mengangkat tongkatnya, masuk seorang perawat ke dalam ruangan itu. Perawat itu adalah seorang wanita muda, dengan wajah angkuh. Tatapannya tertuju pada tongkat yang ada di gengaman si pasien. Dengan pandangan acuh tak acuh, dia menembakkan mantra expelliarmus ke arah pasien, sehingga tongkat kesayangannya, terbang beberapa senti dari gengamannya, sebelum jatuh dan tergulir ke sudut ruangan.

Marah, pasien itu hendak bangkit, dengan santai, perawat itu mengayunkan tongkatnya, sehingga muncul tali-temali yang mengikat tubuh si pasien, sehingga memaksanya untuk kembali berbaring di ranjang.

"Lepaskan aku" kata si pasien setengah berteriak. "Apa yang kamu lakukan...aku tidak sakit.."

Tidak peduli dengan teriakan si pasien,  perawat itu mengarahkan tongkatnya kembali ke arah pasien itu dan berkata "Kamu masih dalam pengecekan. Kamu tidak bisa keluar sampai hasil pengecekan menyatakan kamu dalam kondisi stabil".

"Dimana ini..." Pasien itu masih berusaha melepaskan diri dari jeratan tali si perawat. Namun jelas usahanya sia-sia. Pasrah, dia hanya bisa memandang kesal ke si perawat. Sementara perawat itu, masih sama angkuhnya dengan sebelumnya, mengayunkan tongkatnya dan memunculkan beberapa botol kecil ramuan dan peralatan kesehatan yang melayang-layang di udara.

 "Buka mulut mu"kata si perawat dengan menyodokkan termometer suhu tubuh ke mulut pasien, namun dielak oleh pasien dengan pandangan tak menyenangkan.

"Buka mulut mu atau terpaksa aku harus memasukkannya pada lubang yang lain" jawab perawat itu kepada pandangan tak menyenangkan dari si pasien. Dengan engan, pasien itu membuka mulutnya dan membiarkan termometer itu masuk ke dalam mulutnya.

"Suhu normal" Kata perawat sambil mencabut termometer dari mulut pasien setelah beberapa waktu.

"Apakah ini cara mu merawat pasien mu?" tanya pasien itu dengan tatapan mencela. "Dengan mengikatnya secara paksa dan bahkan tidak mengijinkan pasien mu untuk memegang tongkatnya?"

"JIka dianggap perlu, maka akan ku lakukan seperti itu" Kekeh si perawat. Sementara dia mengambl beberapa botol ramuan obat yang saat ini sudah mendarat di meja sebelah ranjang.

"Aku merasa sehat dan tidak merasa sebagai seseorang yang butuh perawatan" tantang si pasien

"Oh...lalu kenapa kamu mengerang dan merengek selama tertidur beberapa hari ini?"senyum penuh sindirian menghiasi wajah si perawat. "Mungkin otak mu yang bermasalah, bukan tubuh mu" lanjut si perawat.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 30, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Darkest HoursTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang