❛❛ He is good, but he lies. ❜❜
•╌╌╌╌╼⃘۪۪❁⃘̸۪۪⃗╾╌╌╌╌•
"Ice, kamu lihat charger punyaku tidak?"
Ice tersentak dan hampir menjatuhkan benda yang dipegangnya ketika Blaze masuk tanpa permisi ke kamarnya. Ia buru-buru mengantongi benda tersebut ke dalam saku dan menoleh pada kembarannya itu.
"Tidak, aku tidak lihat," ucap Ice dengan nada malas, "mungkin Kak Gempa tahu, dia 'kan yang biasanya membereskan barang."
"Oh, tidak! Habislah aku diomeli nanti," balas Blaze nelangsa sembari buru-buru keluar dari kamar Ice. Remaja itu menunggu sampai langkah kaki kembarannya tak lagi terdengar sebelum mengembuskan napas lega. Hampir saja ia ketahuan.
Ice mengeluarkan benda yang tadi buru-buru disembunyikannya ketika Blaze datang. Ia tatap lamat benda tersebut sembari pikirannya menerawang entah kemana. "Sudah habis," gumamnya pelan.
Pandangan Ice kemudian beralih pada sebuah kalender di meja belajarnya. Maniknya terpaku pada satu tanggal yang ditandai titik merah dengan spidol warna.
"Memang sudah waktunya, ya?" gumamnya lagi pada diri sendiri. Ice berdiri dan meraih jaket biru yang tersampir di kursi kemudian memakainya sembari menuruni anak tangga menuju lantai satu.
Malam itu terasa sepi meskipun semua penghuninya ada di rumah. Ice berhenti di ruang tengah, hanya ada Solar yang duduk di sofa sambil bermain gawai. Biasanya di jam-jam seperti ini Trio Troublemaker akan bermain game di depan televisi. Namun, sekarang tampaknya hampir seluruh saudaranya menghilang dibalik pintu kamar masing-masing.
Ah, mungkin kecuali Solar yang tidak biasanya berada di luar kamar. Sungguh kebetulan yang aneh, batin Ice. Ia mengambil sepatu di rak dan hendak menuju pintu depan sebelum suara si bungsu menghentikannya.
"Kak Ice mau ke mana malam-malam begini?"
Oh, dia peka juga rupanya.
Ice berbalik menghadap Solar yang kini memusatkan atensi penuh padanya. "Ke toko sebentar, beli camilan untuk stok di kamar."
Solar ber-oh ria dan kembali fokus pada gawainya. Ice mengedikkan bahu dan berjalan keluar. Tidak, dia tidak pergi ke toko untuk membeli camilan. Itu hanya alasan agar Solar tak bertanya lebih lanjut karena seluruh saudaranya tahu Ice selalu mempunyai stok jajanan di kamarnya.
Sudah pukul sepuluh malam, tetapi Ice masih juga belum kembali. Solar yang sedari tadi berada di ruang tengah menjadi khawatir. Kenapa Kak Ice lama sekali? Dia bilang hanya beli jajanan di toko, 'kan?
Puk!
"OPOCHOT!"
Di tengah lamunannya, seseorang menepuk pundak Solar hingga membuatnya terkejut dan melatah. Bahkan gawainya saja sampai terjatuh ke lantai. Ia menatap nanar pada gawai miliknya yang tergeletak tak berdaya selama beberapa saat sebelum menoleh untuk melihat pelaku yang membuatnya terkejut.
"Kak Gempa?"
"Kamu kenapa masih di sini?" Gempa melirik jam dinding di ruang tengah dan kembali menatap Solar. "Sudah malam, pergi tidur sana."
Solar memajukan bibirnya, "Kak Gempa juga belum tidur, tuh?"
Gempa berkacak pinggang, "Aku turun untuk memastikan seluruh pintu dan jendela terkunci sebelum tidur. Nah, kamu sendiri kenapa belum tidur?"
"Aku sedang menunggu Kak Ice. Dia keluar untuk membeli jajanan."
"Ice keluar? Dari jam berapa?"
"Hmm, kalau aku tidak salah, sekitar pukul tujuh."
![](https://img.wattpad.com/cover/343024139-288-k474052.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Good Lies [ BoBoiBoy Ice ] ✓
Fanfiction[ #GEMINI Series - 02/07 ] Sequel of Imperfect [Boboiboy Thorn] Orang bilang, dia paling malas daripada yang lain. Dia tidak suka kegiatan fisik dan tidur menjadi hobinya setiap hari. Dia tak banyak bicara, tetapi lekat dalam mengamati. Dia hanya re...