1. Video

860 86 29
                                    


"Aku hamil."

Seperti pribahasa, habis manis sepah dibuang. Takdir yang dibuat dari kesalahan dua insan berbeda jenis kelamin itu, sangat memberatkan salah satu pihak. Sang laki-laki bersikap tidak bersalah dan pihak wanita akan menangis seperti barang bekas yang akan dibuang setelah menerima penolakan.

"Gugurin gitu aja ribet."

"Kamu gila, Zun."

Laki-laki yang dipanggil Zun itu hanya mengendikkan bahu acuh, matanya melirik kesana-kemari melihat dinding ber-cat putih, saat ini ia berada di rumah Vanilla, kedua orang tua Vanilla sudah pergi bekerja.

Vanilla duduk bersimpuh di lantai dengan tangan kanan mengusap perut dari balik seragam SMA. Penyesalan memang tidak akan merubah apapun, tapi yang dapat dilakukannya saat ini hanya kata menyesal.

Janji manis yang terucap dari pacarnya terus berputar di kepala Vanilla. Kenangan terindah berubah menjadi memori buruk dalam satu waktu. Vanilla syok, bodohnya ia memberikan segalanya kepada cowok brengsek yang tidak mau bertanggung jawab.

"Kamu jahat, Zuan."

"Jangan menangis air mata lo nggak bisa membeli rasa simpati orang," ujar Zuan menatap intimidasi Vanilla.

"Aku harus bilang apa ke orang tua ku, Zun? Sebelum melakukan itu kamu janji akan bertanggung jawab," tutur Vanilla.

Zuan berdecak. "Gue bilang gugurin, orang tua lo nggak perlu tau. Lagian lo juga kecentilan mau aja di unboxing."

Apa yang diharapkan dari mahasiswa semester tiga seperti Zuan? Belum berpenghasilan, jiwa bersenang-senang is number one, dan belum siap menikah.

Zuan berjongkok di depan Vanilla, kedua tangannya meraih wajah Vanilla lalu mencium kening gadis itu. "Itu salam perpisahan kita, jangan pernah hubungi gue lagi," ucap Zuan lalu pergi dari sana.

"Kamu akan merasakan karmanya, Zun. Gimana jika saudara perempuan kamu diperlakukan seperti ini?" lirih Vanilla.

"Sayangnya gue anak tunggal." Zuan menoleh sebentar, bibirnya tersenyum mengejek.

___


BAGIAN SATU

Video

Bandung, 2023.

"Fanesa!"

Seorang gadis manis berlari tergopoh-gopoh menghampiri wanita paruh baya yang baru saja memanggilnya.

"Mana kopi saya?" tanya Arin, Ibu tiri Fanesa.

"Gulanya habis," sambil memilin ujung baju sekolah Fanesa menjawab takut.

Puk!

Arin melempar Fanesa menggunakan remot televisi. "Kan sudah saya bilang kerja jangan cuma numpang aja di sini!" serunya lalu pergi keluar rumah dengan marah.

Fanesa mengusap keningnya yang sedikit memerah, hal seperti ini sudah sering terjadi membuat Fanesa terbiasa tidak menangis ketika diperlakukan kasar.

Fanesa mengambil tas sekolah yang tergeletak di atas kursi kayu, waktu sudah menunjukkan pukul 06.45 WIB, Fanesa harus segera bergegas pergi ke sekolah sebelum terlambat.

Mama, Vanilla, aku rindu kalian.

Setiap kali Fanesa keluar dari pintu rumah kalimat itu selalu dirafalkan dari dalam hati, kebiasaan yang diucapkannya sejak 10 tahun lalu. Fanesa berharap saat membuka pintu, ia akan bertemu dengan dua orang yang sangat dicintainya.

Kamu Itu LukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang