Part three

82 4 0
                                    

"kau dengar justin, gadismu telah menentukan pilihannya. Apa kau masih berkeras dengan pilihan bodohmu," suara Jeremy kembali mendominasi. Aku menatap fame sendu. Baiklah, ini yang pilihanmu sayang, tapi bukan pilihanku dan takkan pernah memilih untuk melepaskanmu.
"baiklah, aku pulang bersama mu. Lepaskan fame & biarkan aku bicara padanya sebelum kau membawaku pergi."
-----------------
"kau terluka, apa ini perih hhmm," kusapu darah yang sedikit menetes di pipi mulusnya. Goresan kecil yang berhasil meninggalkan luka disana.
"aww.. tidak, aku baik baik saja. Ini tidak perih,"aku tahu kau berbohong fame. Ya aku memahaminya. "pulanglah, semua akan baik baik saja. Kau akan bahagia justin, dengarkan lah apapun yang ayahmu minta. Jangan pikirkan aku lagi. Ku mohon lakukan jika kau menyayangiku."
"tidak, tidak akan pernah. Lakukan semua ini hanya untuk kita sayang. Jangan pernah katakan ini yang terbaik untukku. Tidak sama sekali."
"tapi sudah terlalu banyak kau mengalami masa masa buruk bersama ku. Kau takkan bahagia bersama ku. Pergilah. Aku bahagia untukmu. Percayalah," fame berkata lirih kemudian beringsut mengecup pipi ku lembut.
"sudah selesai mengucapkan salam perpisahan," suara mengelegar yang teramat mengganggu. Dan aku tidak peduli, hanya sedikit waktu, sebelum aku benar benar melakukan hal gila.
"cepat pergi justin, tinggalkan aku."
"tidak, percayalah aku akan bahagia bersama mu. Aku tidak akan pernah meninggalkanmu. Kau pernah berjanji akan melukiskan sebuah ending bahagia di hubungan kita. Dan aku akan selalu menagihnya, karena aku akan selalu berada disampingmu sampai akhir. Percayalah. Jangan pernah menyerah, aku sudah melangkah sejauh ini hanya untukmu. Maka tetaplah berjuang, kau mengerti."
"tapi..."
"percayalah pada ku, semua akan baik baik saja," fame akhirnya mengangguk ragu."dengar sayang, pergi lah dari sini. Tunggu aku di balik bukit tennesse. Aku akan menemuimu. Tunggu aku, jangan pernah takut sayang. Kita hadapi ini bersama oke. Everything gonna be aright," ku kecup puncak kepala fame lembut sebelum beranjak pergi meninggalkannya yang masih mematung di pelataran kedai dimana tadi kami masih sama sama tersenyum bernyanyi demi lembaran uang untuk makan hari ini.
----------------------------------
--still juni 2012--
Dua hari sudah aku berada disangkar burung yang telah dirancang agar tak ada celah sedikitpun untuk ku bisa pergi. Tapi aku takkan pernah menyerah dengan sebuah keadaan. Aku yakin, aku bisa melakukannya. Aku takkan membiarkan gadis mapleku sendirian disana menungguku dengan ketidak pastian. Tidak akan. Aku akan selalu berusaha untuk melakukan nya.
"mom lakukanlah, izinkan sekali ini aku untuk melakukan yang terbaik dengan pilihan ku," mom tepekur menatap ku. Ada setetes buliran bening yang mengekor di sudut matanya. Jangan menangis, ku mohon jangan.
"kau begitu mencintainya dengan hidupmu. Tapi mom sama sekali tak tahu cara untuk membuatmu terlepas dari semua ini. Maafkan mom justin, maafkan."
"mom tidak bersalah, mom telah melakukan dengan baik selama hidup mom untuk menjaga & membahagiakan ku, meski aku tahu mom tersakiti karena harus hidup dengan suami yang tidak pernah menghargai mu. Kau hidup hanya untukku, aku menyayangimu mom," kupeluk tubuh mom. Mom kau bagian terkuat dihidupku, hingga melahirkan & membesarkan ku hidup dengan pilihan yang kuat. "mom berikan obat tidur dosis tinggi ini pada pembantu untuk melakukannya, tepat tengah malam saat reaksi obat itu telah terlihat, aku akan meninggalkan rumah ini. Jaga dirimu mom, aku akan terus mengabarimu, disaat aku bisa melakukannya tanpa sepengetahuan Jeremy."
"bawa sebagian perhiasan mom untuk kalian hidup. Larilah sejauh yang kalian bisa untuk tetap bertahan hidup bersama pilihanmu."
"hhmm,, terimakasih mom. I love u."
----------------------------
--Agustus 2012--
Berlari sejauh kemana langkah kaki kami mampu berlari. Tepat malam itu aku menemui gadis ku, menepati seutas janji ku padanya, membawa kami berlari sejauh yang kami bisa untuk tetap berlari, meninggalkan rasa perih hanya untuk memperjuangan kebahagian yang terus kami yakini. Hingga akhirnya kami menemukan kediaman sederhana, sangat sederhana tapi setidaknya tempat inilah tempat teraman yang bisa kami miliki dengan uang hasil penjual perhiasan mom kala itu. Meski sederhana tapi suasana inilah yang begitu fame sukai. Di kelilingi rimbunan pohon pohon maple yang menggantungkan jelujur daun berwarna kekuningan saat musim gugur. Gadis maple ku, dan takkan pernah berubah.
Ku tatap lembut wanita cantik dengan balutan selimut yang senantiasa menghangatkan di balik kehangatan tubuhku. Tubuh polosnya tersembunyi dalam rengkuhan tubuh hangatku, tergulung dengan selimut yang masih bisa dipakai untuk sekedar menghangatkan tubuh kami berdua. Di atas dipan beralaskan kasur tipis diruang sempit istana kami. Istana kecil yang aku yakin jika disinilah kami bisa melukis sebuah ending bahagia di akhir perjalanan cinta kami.
Dua minggu setelah pelarian itu aku berhasil merampungkan sebuah mimpi terindah dalam hidupku. Kami menikah dengan sebuah keyakinan jika tak ada satu manusiapun yang bisa memisahkan kami, kecuali Tuhan yang mampu membuat kami terpisah. Dan aku berjanji saat Tuhan menakdirkan sebuah perpisahan di antara kami, maka itu adalah hembusan nafas terakhir yang bisa kumiliki untuk tetap menatap wajah cantik malaikatku. Aku percaya Tuhan telah mempersiapkannya dengan waktu yang cantik & kesempatan yang begitu menarik.
"kau sudah bangun, apa aku terlalu siang untuk terbangun, hhmm," suara serak dengan alunan merdu mengganggu lamunan ku. Wajah cantik nan lembut itu berhasil membuat seuntai senyum dengan lekukan sempurna mengorbit di wajah tirusku. Aku semakin mencintainya, famella lucyana bieber, istri yang telah memilih untuk tetap berada disampingku, merasakan penatnya hidup dalam pelarian & merasakan bagaimana hidup yang jauh dari kata cukup untuk meniti bahtera sebuah rumah tangga.
"tidak sayang. Matahari masih nampak malu malu menampilkan sinar cemerlangnya. And selamat pagi my wife, I love u so much," ku edarkan bibir lebamku pada setiap lekukan wajah cantiknya, menyambut malaikat cantik yang telah berhasil membuka penuh mata indahnya. Telapak tangan lembut fame, nampak mengeluh permukaan pipiku. Tuhan, izinkan aku terus bersamanya, sunggu aku begitu mencintainya lebih dari hidupku.
"selamat pagi my husband. I love u too, love u sooo,, " fame tersentak, sebuah gerakan aneh ketika pagi mengawali aktivitas kami ditempat tidur. Wajahnya terlihat memerah dengan telapak tangan yang tersampir menutupi mulutnya. Apa yang terjadi, fame ku nampak tidak baik baik saja.
"kau kenapa sayang, apa yang kau rasakan,"
"uueeeek,, ueek," tanpa jawaban fame berlari, beranjakan meninggalkan ku dengan sebuah perasaan khawatir akan keadaannya. Jangan Tuhan, jangan buat sebuah kemungkinan terburuk ketika ku dapati keadaan fame yang terlihat tidak baik baik saja.
------------------------
"apa yang kau rasakan, hhmm. Jika kau tidak dalam keadaan baik, kita bisa ke dokter siang ini," ku elus lembut rambut brunette yang terurai. Berkibas indah oleh sentakan semilir angin pagi yang berhasil menerbangkan helaian helaiannya.
"tidak, aku dalam keadaan baik baik saja. Pergilah bekerja, aku akan menunggumu hingga kembali," wajah putih nan pucat itu berujar mantap dengan segurat senyum. Aku berada di antara celah pintu kayu yang terbuka. Bersiap meninggalkan kediaman kecil kami untuk pergi kedesa terdekat, bekerja tentu saja. Hanya bekerja sebagai seorang pelayan pada kedai kopi. Hanya itu yang bisa kulakukan, tapi setidaknya itu yang sekarang bisa membantu kami hidup, dengan sebagian kecil uang yang berhasil kami sisih untuk sekedar menabung.
"baiklah. Jangan terlalu lelah. Tunggu aku hingga kembali. Jika merasa tidak baik, pergilah ke rumah bibi mary di sebelah. Aku akan segera kembali," ku kecup lama kening fame.
"aku akan baik baik saja, percayalah.
---------------------------
"tidak, kau tidak sedang baik baik saja. Kita harus pergi kedokter fame, kau membuatku khawatir," aku tak bisa menghentikan analogi yang terus bermain dalam benakku. Fame masih sering muntah muntah tanpa sebab hingga waktu menunjukkan tepat jam 12 malam.
"hssst, aku baik baik saja. Percayalah justin. Tak perlu kedokter, kita simpan saja uang hari ini untuk tabungan," istriku ini masih saja bersikap tidak peduli dengan keadaannya. Tak tahukah dirinya jika aku tak bisa menghindari rasa khawatir akan keadaannya hari ini .
"tidak, kita bisa kembali menabung nanti, ku mohon dengarkan aku. Aku hanya ingin kau baik baik saja."
"tapi,,,, "
"jangan ada kata tapi, hanya cukup kau bilang iya, itu sudah mampu membuatku merasa lega. Aku hanya ingin memastikan jika kau baik baik saja. Jika kau berkeras, maka aku takkan pernah memaafkan diriku sendiri karna tidak becus membiayai hidup kita dengan lebih layak. Aku membuatmu tidak berada dalam kehidupan yang nyaman."
"aku nyaman, aku bahagia, aku merasa cukup dengan hidup kita. Percayalah jika aku akan baik baik saja. Dan ya, kita akan memeriksakan keadaanku besok. Sekarang tidurlah. Kau terlalu lelah bekerja, istirahatlah."
"aku mencintaimu," "aku lebih mencintaimu sayang,"
----------------------------
Dunia menghujani ku dengan sejuta kebahagiaan. Tepat hari ini Tuhan memberikan sebuah tanda kemurahanNya dihidup kami. Wanita ku, wanita yang satu setengah bulan lalu resmi menjadi istriku kini telah membawa kehidupan lain di dalam rahimnya. Ya, Tuhan Maha Pemurah, Dia menitipkan kehidupan pada bagian lain di hidup istriku. Fame hamil 2 minggu, tanda kemurahan yang membuat aku & fame merasakan jika hidup kami lengkap.
Aku berjanji akan terus menjaga kedua malaikatku. Menghabiskan semua kemampuan yang dapat kulakukan untuk bekerja, demi mendapatkan uang lebih. Uang yang bisa ku pakai untuk memberikan asupan bergizi untuk fame & calon anakku. Uang yang bisa ku pakai untuk terus memeriksakan kandungan fame ke depan.
----------------------
--nopember 2012--
Dia tetap cantik, tetap memberikan sebuah siratan keanggunan, meski kini bagian tubuhnya terlihat berbeda dari biasanya. Benjolan kecil yang terlihat dari luar dres lusuh yang biasa membungkus tubuhnya itu terlihat mengagumkan. Tahu kah kalian jika di sana benih yang telah kutanamkan tengah tumbuh, berbagi kehidupan & nafas dengan wanitaku.
"berhati hati lah, jaga dirimu baik baik. Aku akan sedikit terlambat untuk pulang, karna harus bekerja di dua tempat sayang." Entah mengapa sesuatu terasa menyusup perih di bagian hatiku. Ada siratan rasa khawatir ketika hari ini aku kembali harus meninggalkannya di rumah. Meninggalkannya sendiri di sebuah pemukiman yang hanya di tinggali oleh 3 orang keluarga lainnya.
"ya, aku akan berhati hati. Dan percayalah aku akan baik baik saja. Jangan bekerja terlalu keras, aku tak ingin kau sakit. Hasil yang kau dapat sudah lebih dari kata cukup untuk kita sehari hari."
"tidak apa apa sayang. Aku hanya ingin berusaha memberikan yang terbaik untuk mu & juga untuk calon bayiku," ku elus lembut permukaan dres coklat soft yang membalut tubuhnya. Justin, tetap pada kosentrasi terbaik yang kau miliki, enyahkan pikiran negative yang terus mengusik benakmu. Tak ada hal buruk yang akan terjadi hari ini. Percaya lah Tuhan akan menjaga kedua malaikat mu. Ya,, percayalah.
"baiklah sayang, kembalilah masuk. Kunci rumah dengan baik. Jangan lakukan kegiatan apapun diluar rumah. Sudah memasuki musim dingin, jadi tetap lah hangat di depan perapian & tunggu aku hingga kembali. Aku mencintaimu."
-------------------------
"selamat sore anak hebat," suara dengan intonasi berat menyambut kedatanganku sore ini. Tepat ketika aku berhasil mendorong kembali pintu rumah yang tengah ku masuki.

The story of usWhere stories live. Discover now