02

285 242 123
                                        


HAPPY READING ♡
Jika ada kesalahan kata atau ketikan, mohon di koreksi dalam kolom komentar🙏

"Sama kamu adalah part yang paling menyenangkan"

-Gianina elena-

Tak terasa, waktu berjalan dengan cepat. Bel yang paling di nanti nanti siswa pun tiba, anak anak remaja dengan seragam putih abu abu mulai saling berpencar menempati setiap sudut sekolah, beberapa siswa juga ada yang mulai membuat kelompok kelompok kecil di kantin, ada yang segera merapat untuk eskul, ada juga yang langsung pulang ke rumah masing masing. Hari ini kelas 12A tidak melaksanakan latihan tari, karena beberapa hal.

Gia melangkahkan kakinya keluar kelas 12A, setiap langkahnya seperti seseorang yang kehilangan harapan, ia menyusuri lorong sekolah dengan muka malas, karena jika boleh jujur saja hari ini adalah salah satu hari terberat bagi Gia.

"Apa yang terjadi? Banyak pikiran keknya" suara lelaki dengan nada ledekan, terdengar dari seberang lorong yang di lalui Gia, Gia langsung menoleh ke arah sumber suara tersebut.

"Arggg, hari ini ngeselin banget, pengen aku puter balik aja ini bumi" jawab Gia dengan nada tinggi dan melangkahkan kaki nya menuju ke arah lelaki tersebut. Lelaki dengan kumis tipis tersebut adalah Cakra, anak tengil yang berasal dari kelas 12B.

Cakra hanya tersenyum tipis mendengarkan hal tersebut, mereka berdua berjalan menuju sebuah tempat duduk di bawah pohon besar di sudut sekolah, tentu saja tempat duduk tersebut menjadi tempat duduk favorit para siswa, karena suasananya yang nyaman dan juga sejuk.

"Kenapa? Ada masalah apa?" Lontar Cakra di saat mereka berdua baru saja menduduki kursi di bawah pohon besar, bahkan Gia pun belum sempat mengambil nafas.

Mendengarkan hal itu, Gia menceritakan semua kesulitan yang ia alami saat berada di kelasnya, dan Cakra hanya tersenyum tipis sambil menangguk anggukkan kepalanya saat mendengarkan ami mengoceh.

"Kayanya aku perlu usaha lebih keras lagi ya? Selama ini aku selalu kurang usaha. Mereka yang pintar saja selalu berusaha, berarti usahaku harus lebih keras dari mereka ya ga?" Ucap Gia dengan wajah malas.

"Setiap orang nggak bisa di sama in, kamu rajin itu udah luar biasa banget, nggak perlu juga takut kalah sama anak ambis gitu..." sulut Cakra, "rajin itu juga bagian dari usaha, kamu juga nggak jauh beda sama mereka yang sama sama berusaha. Tapi, ya kalo kamu mikir harus gitu si nggak apa, asal dirimu nggak tersiksa aja..." lanjut Cakra.

Gia menghela nafas panjang saat mendengarkan hal tersebut, ia mengangguk anggukkan kepalanya sebagai tanda mengerti dengan apa yang di sampaikan oleh Cakra.

Melihat hal tersebut, Cakra menyodorkan sebuah permen, "Pasti cape banget, Good job today, girl"

Gia mengambil permen tersebut dengan senyum tipis di bibirnya, ia berdiri dari duduknya lalu melangkahkan kakinya meninggalkan Cakra, ia membalikkan punggungnya ke arah Cakra, "makasiiii, aku pulang dulu ya babayy" sambil melambai lambaikan tangannya yang menggenggam erat permen yang di berikan Cakra sebelum membelakangi punggungnya.

Cakra tersenyum dan membelas lambaian tangan Gia dari bawah pohon besar tersebut. Menatap ke arah Ami memastikan gadis tersebut benar benar hilang dari pandangannya.


Di saat matanya benar benar kehilangan sosok Gia, ia mulai mengeluarkan sketchbook dan sebuah pensil dari dalam tasnya, di temani dengan angin sepoi sepoi dan suara daun yang berjatuhan dari pohon tersebut, Cakra mulai menggores gores stetchbooknya tersebut. Menurutnya, ini adalah saat dimana ia bisa merasakan kenyamanan dan ketenangan setelah beraktivitas seharian.

Daripada meminta seseorang untuk bisa mengerti tentang perasaanya, ia memilih untuk duduk di bawah pohon besar sembari menggambar. Menurutnya, bercerita tentang masalahnya kepada orang lain, hanyalah akan membebani orang tersebut. Padahal sejatinya, manusia tetaplah manusia dimana selalu membutuhkan orang lain selama ia masih di beri nyawa.

Meskipun begitu, ia tetap saja selalu ingin mendengarkan curhatan orang orang di sekitarnya, dan walaupun ia berpikiran begitu, di dalam lubuk hatinya yang paling dalam ia selalu berharap ada seseorang yang bisa mengerti akan dirinya yang rumit.

Satu jam telah berlalu, sekolah sudah mulai sepi dan langitpun sudah mulai redup. Cakra membereskan stetchbook dan pensilnya, lalu memasukkannya ke dalam tas. Ia beranjak dari kursi tersebut dan melangkah menuju parkiran.

Sesampainya di rumah, hal yang pertama ia lakukan ialah membuka ponselnya.

Udah sampai rumah?

Pesannya kepada kontak yang tertulis Gia.

Tak butuh waktu lama, sebuah notifikasi masuk di dalam ponsel Cakra.

Udah dari tadi

Balas Gia.

Cakra akan merasa tenang ketika menerima pesan tersebut, meskipun gadis tersebut lebih dewasa beberapa bulan darinya, ia tetap saja mengkhawatirkan gadis tersebut. Bagiamana pun nyatanya gadis tersebut tetapnya gadis kecil yang selalu ceroboh.

"Seorang pendengarkan pun akan selalu membutuhkan seseorang yang bisa mendengarkannya"

Old TreeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang